AKU DAN SHOLATKU YANG TAK SEMPURNA
Dear Diary
Satu2nya peninggalan si semprul yang masih kuingat jelas adalah nasehat2nya saat membujukku naik haji dan umroh dulu.
" Kerjakan apa yang kita bisa dulu bu, kita bisa nya naik haji, ya naik hajilah dulu mumpung kita mampu, jangan tunggu2 nanti, siapa tahu nanti kita gak ada kesempatan lagi."
" Kita bisanya bayar zakat dan belum bisa sholat, ya bayar zakat saja dulu, sambil ibu belajar sholat ".
Begitu selalu nasehat yang selalu diulang2 saat membujukku untuk umroh setiap ada kesempatan liburan.
Maka, inilah aku.
Mungkin aku satu2nya muslimah yang sholat cuma bisa baca surat Al Ikhlas dan An Nas saja selain Al Fatihah (kalau ayat Qursi tidak dihitunglah, karena dalam anggapanku itu ayat pamungkas dalam menghadapi setan2 betulan dan setan2 berujud manusia ).
Yah rasanya aku satu2nya orang yang Tawaf dan Sai sambil membaca buku panduan doa dalam tulisan latin, yang dikalungkan dileher, yang berkali2 tersaruk jatuh karena membaca sambil berjalan.
Semua rukun islam rasanya sudah kujalankan, hanya sholat saja yang belum sempurna, sampai sekarang.
Dear Diary
Dulu saat aku sehat dan sedang lucu2nya bisa bergerak kesana kemari dg lincah, aku sholat hanya bila sedang kesusahan, menghadapi saat akan rapat dengan pimpinan yang galak dan menyebalkan atau menghadap ibu mertua.
Terima kasih Tuhan, berkat mereka aku jadi sholat.
Bila keadaan damai dan bahagia, mana pernah sih aku ingat sholat ?
Aku malas memakai make up lagi, malas berbasah2 dan berdandan lagi.
Aku tak rela harus make up lagi, bisa habis SK II ku.
Apalagi bila sedang rajin2nya sholat, tiba2 menstruasi.
Yo wis lah, bablas gak sholat2 lagi sampai aku bertemu masalah.
Sekarang, saat untuk ruku dan sujud pun aku sudah tak bisa, aku baru rajin sholat.
Dear Diary
Sejak setahun yang lalu aku sholat dalam keadaan duduk dikursi atau bersimpuh diatas sajadah, tapi tetap saja walau dalam keadaan duduk aku tidak bisa bersujud.
Betapa aku benar2 merindukan sujud diatas sajadah.
Sujud sambil berdoa dan menangis, bercerita tentang semua masalahku.
Bercerita tentang semua yang tak bisa kuceritakan pada orang lain.
Kini dalam keterbatasanku, sujudpun hanya bisa kubayangkan sambil menundukkan kepala dan agak membungkukkan badan.
Tapi itu jarang2 aku sholat duduk diatas sajadah.
Aku lebih sering sholat dengan posisi duduk di kursi.
Aku sholat dengan posisi duduk diatas sajadah hanya bila sholat di mesjid atau di mushola mall.
Karena saat bangun dari posisi duduk itu sangat memerlukan usaha serta keringat dingin.
Benar2 susah untuk bangun, padahal dulu aku biasa petakilan.
Aku hanya bisa sholat sambil membayangkan sujud.
Bagi yang belum insaf dalam waktu dekat, percayalah, sholat seperti inipun merupakan siksaan, merupakan ajang penyesalan dan selalu dikejar2 rasa bersalah, kenapa tidak dari dulu aku rajin sholat, saat aku masih sehat dan bisa sujud?
Ada rasa tidak puas karena melakukan sholat dalam keadaan tidak sempurna.
Sholat diusia tua itu sebenarnya berat, apalagi dalam kondisi duduk, karena lebih banyak yang terlupa.
Perbedaan antara gerakan sholat terlalu samar hanya sekedar menganggukan kepala dan punggung saja.
Saat sholat rakaat kedua, biasanya aku mulai lupa.
" ini rakaat yang keberapa ya?"
Pernah karena aku tidak yakin, kembali ku ulang sholatku dari awal.
Bayangkan kalau yang terlupa sholat dhuhur, ashar atau isya?
Bayangkan kalau sholat qobliyah dan badiyah saat dhuhur itu juga aku lupa, itu kan 4 rakaat semua.
Jadi al kisah, aku pernah sampai sholat dhuhur dan sunah dhuhurnya berulang2, entah berapa puluh rakaat, begitu selesai sholat dhuhur, masih ngos2an kecapekan, sudah terdengar adzan ashar.
Walaupun sholat dalam kondisi duduk, tapi kalau puluhan kali salah dan di ulang2, tetap saja punggungku pegal, ditambah lagi kakiku kesemutan.
Untunglah aku kenalan dengan yang namanya sujud sahwi.
Jadi apabila aku salah, kl sudah 2 atau 3 kali mengulang masih tetap lupa juga, akupun menyerah, kuteruskan saja sholatnya, kuambil sholat paling sedikit yang kuingat, setelah selesai baru sujud sahwi.
Misalnya aku lupa, " sudah 3 rakaat atau 4 rakaat ya ", maka akan kuanggap baru 3 rakaat, setelah selesai sholat aku sujud sahwi.
Baru terasa benar bahwa Islam tidak mempersulit umatnya.
Dear Diary
Sebetulnya aku selalu disiplin, selalu sholat tepat waktu.
Begitu adzan, biasanya aku langsung ambil wudhu.
Habis ambil wudhu, kulihat keset kamar mandi miring, kurapihkan dulu pakai kaki.
Melewati meja makan, selalu kulihat meja makanku rasanya selalu berdebu, mungkin karena rumahku ditepi jalan raya besar.
Ya sudah, ku ambil kain gombal, kubasahi dengan air dan ku elap meja makanku.
Setelah ku elap, kuambil kain gombal kering, kulap lagi meja makanku sampai kinclong.
Eh menuju kamar tidurku, kulihat genta angin diatas pintu kok miring, mungkin ke sundul kepalaku.
Ya sudah, kuambil tang dan kurapihkan posisinya kembali.
Didalam kamar saat kugelar sajadah, tiba2 kudengar HP ku berbunyi.
Aku tak bisa membedakan apakah itu sms, email atau WA atau notifikasi FB.
Aku tak bisa membedakannya karena ringtonenya sama.
Tadinya akan kubiarkan saja, aku mau sholat dulu.
Tapi, bagaimana kalau sms itu penting dan mengabarkan bahwa adikku Wiwi sudah kawin lagi?
Bulan kemarin kuabaikan sms darinya, ternyata suami ketujuhnya meninggal.
Padahal almarhum suaminya baik dan penurut, sering kusuruh ini dan itu, kukerjai macam2, tapi tetap saja dia senyum diatas kulit black forestnya.
Ya sudahlah, kuambil HPku, paling cuma semenit.
Ternyata notifikasi FB.
Ah itu kan gak penting, pikirku.
Tapi rasa penasaranku mengalahkan akal sehatku, ku buka notifikasi FB, sekalian saja kujawab semua komen.
Selesai.
Aku tenang sekarang.
Akupun memakai mukena.
Dari sudut mataku kulirik sandalku tidak berbaris rapi.
Kurapihkan dulu sandalku, kujejerkan rapih disudut terjauh lirikan mataku.
Selesai sudah.
Semua rapi tertata.
Akupun sholat, dan....lupa rakaatnya.
Agar konsentrasi, kupejamkan mata walau kuingat nasehat bu guru Nina Emilia bahwa sholat itu gak boleh merem matanya.
Walau masih berantakan dan berkali2 salah karena lupa, aku tetap berusaha sholat.
Aku tahu umurku tak akan sampai berabad2, dan waktuku beribadah hanya tinggal sedikit kesempatan lagi.
Aku tetap berusaha sholat Dear Diary.
Dear Diary
Sejak aku berteman dengan orang yang mengerti agama islam, baik di FB maupun media sosial lainnya, aku tak pernah lagi protes pada Tuhan.
Dulu aku seringkali protes, " kenapa doaku tidak dikabulkan Tuhan, padahal aku hanya ingin bahagia dan kaya raya, paling tidak berilah aku kebahagiaan. "
Kadang kalau sedang bercerminpun aku dulu seringkali mengeluh pada Tuhan, " kenapa aku diberi tubuh yang penuh dengan lemak dan penyakit? "
Tapi sejak aku tahu kekuranganku dalam beribadah, aku tak pernah lagi mengeluh pada Tuhan.
Kupikir, "sholat gue, kewajiban gue aja masih belang bentong dan salah2 melulu kok bisa2nya minta macam2. Memangnya gue siapa sih.".
" lha gue yang makannya banyak makanya jd gemuk kok gue masih salahkan Tuhan, gue aja yg ember dan selalu sapu bersih kalau lihat makanan."
Yah beruntunglah aku masih diberkati rasa malu yang setinggi gunung, jadi aku tak pernah mengeluh lagi kalau doaku belum atau tidak dikabulkan Tuhan.
Siapa tahu Tuhan senang mendengar suaraku sering2 berdoa sehingga tidak dikabulkan.
Yah siapa tahu.
Aku yakin banget didunia ini hanya si semprul mantan suamiku dan anak2ku yang tidak suka mendengar suaraku
Jadi, sudah benarkah sholatku, sholatmu ?
Komentar
Posting Komentar