HIDUNG OH HIDUNGKU..
Dear Diary,
Saat aku menulis tentang hidung ini, aku membayangkan temanku yang sedang sakit dan perlu dioperasi.
Bukan karena dia pesek, tapi karena hidungnya juga bermasalah, masalah yang berbeda dengan hidungku sebenarnya, tapi intinya hidungnya bermasalah, titik.
Jangan tanya apa sakitnya, aku tak tahu, pokoknya hidungnya sakit.
Itu saja.
Dear Diary,
Dear Diary tahukan kalau hidungku pesek banget ?
Biasanya sih biar keren aku tidak mengakui kalau hidungku pesek, aku hanya bilang hidungku minimalis, malah ada 1 teman FBku yg menghiburku dan bilang bahwa hidungku itu adalah mancung yang tertunda.
Mancung yang tertunda apaan?
Hidungku kan cuma pesek abadi.
Sejak itu aku delete dia dari pertemanan FB.
Dear Diary,
Sebetulnya aku pernah mau operasi plastik agar hidungku mancung, dulu sekali tahun 1985.
Aku sakit hati sekali dipanggil My Sepek oleh pacarku Bambang.
Dia berkilah itu panggilan kesayangan untukku, katanya maksudnya "si pesek milikku, kesayanganku".
Kurang ajar banget kan?
Ya sudahlah, aku delete nama Bambang dari hatiku dengan alasan tidak sreg karena namanya mirip nama adikku, Bambang.
Pokoknya aku selalu sakit hati banget dipanggil pesek Dear Diary walau aku tahu lahir batin kalau hidungku memang pesek.
Ada 1 kejadian yang membuatku makin bernafsu untuk operasi plastik.
Saat sedang serius kuliah, tanpa sadar kaca mataku merosot turun ke pipi karena keringatan.
Kulirik kanan kiri sebelum membetulkan kembali kaca mataku, ternyata disudut kananku kulihat Darma temannya si semprul sedang tertawa terkikik2 melihatku.
Gawat !
Pasti dia nanti lapor ke si semprul.
Besok sorenya kudatangi dokter Rony, aku bilang aku ingin operasi hidungku karena mengganggu.
Dokter Rony mengangguk maklum melihat kondisi hidungku yang kecil menyendiri.
Kelihatan banget kalau dia bersimpati dan bersedih melihat hidungku.
Sayangnya dia menjelaskan prosedur operasi dan menceritakan larangan2 setelah operasi, bahwa aku dilarang memegang hidungku bahkan disaat pilek sekalipun.
" Jadi saya gak bisa ngupil dok?" aku panik.
" Gak bisa, memasukkan apapun kedalam lobang hidung bisa menyebabkan infeksi."
Aku pulang dengan gontai.
Niatku yang menggebu2 langsung surut.
Saat senggang aku suka sekali menarik2 hidungku sambil mengucapkan mantera berulang2 " hidung mancung hidung mancung. ya Allah mudah2an hidungku menjadi mancung."
Childish memang, mana mungkin sih mengucapkan mantera seperti itu bisa membuat hidung kita mancung?
Sayangnya itu sudah menjadi kebiasaanku sejak kelas 3 SD, saat aku diledek oleh temanku sebagai Ida pesek.
Sangat susah merubah kebiasaan apalagi bila kebiasaan itu menyebabkan kita jadi lebih tenang dan percaya diri.
Lagipula ucapan adalah doa bukan ?
Siapa tahu Tuhan kasihan dan membuat hidungku mancung secara perlahan karena sering ditariki.
Jadi yah akhirnya aku gagal operasi hidung hanya gara2 takut tidak bisa mengupil dan memegang2 hidungku lagi.
Dear Diary,
Sebetulnya berhidung pesek itu menguntungkan sekali karena lebih dekat dengan gravitasi bumi, maksudku hidungku kan lebih dekat ketanah.
Pernah saat aku masih aktif bekerja, aku sedang pergi ke bagian umum kantor.
Tiba2 kucium bau kabel terbakar.
Panik kupanggil teknisi kantor, Afif namanya.
" Fif ini bau kabel terbakar, tolong diperiksa Fif, nanti kita kebakaran lagi."
Kantorku memang pernah terbakar hebat beberapa tahun yang lalu.
" Saya gak kecium kok bu. Itu perasaan ibu saja kali bu, lagian ibu kan pesek hidungnya mana kecium sih." jawabnya bercanda.
Aku langsung marah, aku memang cepat marah orangnya, kalau katanya kaum ebong aku itu sumbu pendek.
" Kamu jangan kurang ajar ya. Ibu gak mau tahu, pokoknya cari sekarang juga sumber baunya. Ini bau kabel terbakar. Ayo cari !"
Afif dibantu pelayan langsung mencari2 ke seantero kantor yang luas.
10 menit kemudian Afif datang dan mengakui kalau memang ada kabel terbakar di AC.
Dear Diary
Ada 1 lagi kejadian yang menyebabkan aku percaya akan kecanggihan hidung pesekku.
Pernah dulu aku, si semprul, kakak iparku mas Dadang dan istrinya mbak Susi serta adiknya mas Dadang, Nia berangkat ke Tasikmalaya kampung halaman kakak iparnya si semprul, mas Dadang.
Di tol Cikampek aku mencium bau terbakar, disamping mobil agak oleng jalannya.
" Pak, coba berhenti dulu deh, kok mobilnya agak oleng ya, bau karet terbakar lagi."
Saat itu aku sudah saling berbapak dan ibu dengan si semprul.
Ternyata saat kami berhenti, ban mobil kempes, karetnya pun sudah terbakar kr beradu dengan besi dan aspal.
Untung saja hidungku tajam membaui.
Kalau tidak mungkin mobil kami sudah kecelakaan dan terbalik di jalan raya.
Herannya ke 4 orang lainnya didalam mobil yang hidungnya mancung2, swear, mancung2 semua, tidak ada yang membaui bau karet terbakar.
Aneh kan ?
Dear Diary,
Anak angkatku Dini rasanya mulai kurang ajar gara2 kecanggihan hidungku.
Awalnya bermula dari beberapa kali kejadian tikus yang mati tapi tidak diketahui dimana.
Aku memang rajin menebarkan racun tikus Dear Diary.
Nah itu tikus mati kan seenak perutnya, kadang dibawah pompa air, dibawah kolong kulkas, dibawah rak piring atau diatas eternit.
Bau bangkai tikus menguar keseluruh ruangan tapi tidak ditemui bangkainya ada dimana.
" Bu Dini sudah cari bangkai tikusnya gak ada bu, sudah bolak balik dicari."
" Kamu kan nyium bau bangkai kan Din ?"
" Iya bu, tapi gak ketemu bu."
Terpaksa aku bak detektif Hercule Poirot mengendus endus ke seluruh pojokan.
Aku mendongak keatas eternit dapur anak2 kos.
Ternyata diatas eternit ada bangkai tikus.
Eternit dapur anak2 kost memang sengaja kubuat jaring dr kawat agar uap gampang keatas.
Pantas saja Dini tidak bisa menemukannya diseantero ruangan, padahal hidungnya kan mancung banget.
Tadi pagi2 Dinipun meminta tolong agar aku menemukan bangkai tikus.
Hah ! Gak lucu banget ini anak !
" Bu Dini gak ketemu bangkai tikusnya. Mungkin kalau ibu yang cari pasti bisa temuin, ibu kan selalu bisa temuin bangkai tikus." ujarnya.
Ternyata bangkai tikusnya ada dikolong kulkas.
Jadi temanku yang sedang menderita hidungnya, berbahagialah.
Penderitaanmu tidak seberat penderitaanku.
Bisa kah kau bayangkan bagaimana sakitnya saat sedang mesra2nya pacaran, tiba2 pacar kita pencet2 dan tarik2 hidung kita sambil bilang "kalau kamu hidungnya mancung pasti cantik banget deh yang".
Bisakah kau bayangkan bagaimana malunya, bagaimana sedihnya memandang kaca mata kaca mata hitam koleksimu tapi tidak bisa dipakai karena udara panas dan pasti kacamata itu merosot bila pipimu basah keringatan.
Bisakah kau membayangkan kondisiku saat ini?
Hobbyku selain mengelus2 hidung sambil memencet2 hidung adalah mengupil.
Jangan anggap mengupil itu jorok lho, itu kan tugas mulia, membersihkan lubang hidung kita.
Sekarang aktifitas mengupilku agak terganggu.
Lubang hidungku tetap kecil tapi tanganku makin besar sehingga aku susah mengupil lagi.
Rasanya sedih sekali.
Bisa kah kau bayangkan perasaanku ?
Nah bersyukurlah, kau cuma sakit hidungmu, bukan pesek hidungmu.
Kutukan seorang wanita adalah bila dia berhidung pesek.
Dan aku sedang dikutuk.
Percayalah.
Komentar
Posting Komentar