NAMANYA ROS DEAR DIARY...
Dear Diary,
Aku mau curhat nih.
Aku punya teman namanya Ros.
Dia temanku sejak 2014.
Kami berteman karena kebutuhan sebenarnya.
Aku butuh tebengan ke Bandung, saat itu aku rajin memantau si bungsu yang kuliahnya tidak kelar2 sambil memantau perkembangan mall2 di Bandung, sementara Ros juga butuh teman bicara saat mengunjungi anak satu2nya, yang kerja di Bandung.
Aku kenal Ros karena anaknya bersahabat dengan anakku, si Tengah, mereka teman sejak masuk kuliah di Fakultas Tehnik Metalurgi UI.
Begitu bertemu kami langsung akrab, mungkin karena kami sama2 alumni UI, dia dari FISIP aku dari Fakultas Hukum.
Mungkin juga karena kami sama2 jomblo yang tidak ada kerjaan.
Dear Diary,
Karena si Ros ini termasuk subur makmur rejekinya, jadi setiap aku mau bayar tol, dia pasti menolak.
Bayar bensin ?
Apalagi bayar bensin.
" Gak usah Rit, gue sih gampang tinggal minta ganti kantor."
Sebagai bos di gedung anggota Dewan Yang Terhormat, dia bukan anggota Dewan lho, seingatku dia slalu punya uang.
Aku yang pemalu seringkali ingin gantian traktir dia, lama2 aku kan malu juga kalau ditraktir terus.
Apesnya setiap mau traktir dompetku slalu pas2an. Paling keren aku akhirnya berusaha traktir dengan pakai kartu kreditku.
Dear Diary,
Sayangnya si Ros ini suka banget nakut2i aku.
Dalam perjalanan menuju Bandung tiba2 dia bilang kalau mobil yang dipakai tidak fit, "siap2 saja mogok di tol Rit. Mobil gue belum diperiksa supir gue mesinnya soalnya, gue asal bawa aja. Tolong bantu doa dong Rit biar gak mogok."
Aku kontan mengambil tasbih dan wiridan sepanjang 120 km, sampai rasanya bibirku tambah dower saking seringnya dibuka dan ditutup.
Pernah juga saat malam2 sesudah aku diantar Ros berobat di Cimahi, saat itu hujan deras banget, dia bawa mobil sambil agak membungkuk melihat kedepan dan bilang " Rit, mata gue kok gak ngeliat ya? hujannya deras banget. Itu pembatas jalan masih jauh ya Rit ? Gue ikutin pembatas jalan aja kali ya? Lo kasih tahu gue ya kalau ada motor atau mobil sudah dekat jaraknya. Gue gak bisa lihat jelas soalnya."
Anjrit !
Jantungku rasanya mencelos.
Aku deg2an, aku belum sempat buat surat wasiat.
Kalau nanti si Bungsu di bully kakak2nya bagaimana?
Bisa bisa dia tidak dikasih bagian warisan.
Dear Diary
Aku khawatir banget.
Rasanya setiap ketemu dia umurku dikorting berjam2 karena jantungku berdetak lebih cepat.
Kalau sekarang kuingat2 lagi, yang ingin kuingat hanya sisi positifnya saja.
Jasanya Ros besar sekali untukku, karena setiap jalan dengannya aku selalu ingat Allah sang pemberi hidup saking ketakutannya.
Setiap siangnya habis ditraktir, maka malamnya aku bahkan sholat taubatan nasuha, takutnya rejekinya itu cipratan dari anggota Dewan yang Terhormat.
Dear Diary,
Sebenarnya dia sempurna sebagai sahabat.
Selalu mau diajak jalan, selalu mau dengarkan curhatanku yang tidak jelas juntrungannya, juga tidak pernah perhitungan tentang uang.
Sayangnya karena dia kerja dilembaga pemerintah, dia terkontaminasi dengan gaya pak Lurah, tahu kan siapa yang kumaksud pak Lurah ?
Dia seringkali tidak menepati janji yang sudah kuharap dengan sepenuh hati.
Kebetulan aku kan saklek orangnya Dear Diary.
Kalau tidak ya katakan tidak.
Tidak ada kata cancell buatku kalau sudah janji.
Terakhir saking kesalnya aku blokir semua jalur ke Ros dari mulai FB, WA, Line dan nomor Telponnya yang berjibun.
Gegara berhari2 aku dibohongi soal pembantu yg tidak disukainya yang rencananya akan diberikan ke si Tengah.
Aku marah karena terkait dengan si ganteng cucuku.
Seandainya tidak bisa kenapa tidak katakan sejujurnya, kasihan anakku tidak masuk kerja berhari2 dengan harapan ada pembantu darinya, kasihan cucuku tidak ada yang jaga karena mengharap2 tanpa kepastian.
Aku paling benci dibohongi Dear Diary.
Jujur saja aku jarang bohong kalau tidak terpaksa.
Korban kebohonganku juga bisa dihitung jari.
Cuma (mantan) pacar2ku yg 28 orang, 2 orang (mantan) suami dan sederet bos2ku di BNI yang menurutku sih layak dibohongi.
Kalau bos yang berjuang demi anak buah, seperti alm. pak Agus Kusbrijantono dan alm. pak Satori sih gak akan mau aku berbohong pada mereka.
Aku bahkan hormat pada mereka dengan sepenuh jiwa, hal yang mustahil terjadi padahal.
Terang saja aku hormat, mereka itu suhunya dunia pengibulan.
Kuhitung2 ternyata jumlahnya masih sedikit Dear Diary, korban kebohonganku gak sampai 50 orang ...cuma sejumlah jari2 tangan 4 orang saja.
Dear Diary
Si bungsu sambil cengengesan menambah bara di kecewaku.
Dia bilang " mamam kan jago ngibul kok bisa dikibulin tante Ros sih?"
Dan aku dengan (pura2) sabar cuma bisa menjawab " mamam itu beda jalur dengan tante Ros Van. Kalau mamam ngibulnya masuk kategori white crime , kalau tante Ros alirannya black crime."
" Bilang saja buaya dikadalin mam", kata si bungsu sambil tertawa garing.
Amarahku pada Ros tanpa terasa berlangsung ber tahun tahun lamanya.
Dear Diary,
Gegara teman2ku banyak yang meninggal " tidak pakai lama", maksudku mereka meninggal mendadak, aku langsung ingat mati.
Satu2 temanku yang kuputus silaturahmi karena egoku, langsung kuhubungi kembali.
Aku minta maaf dengan tulus atas semua kesalahan2ku pada mereka.
Dear Diary,
Kuhubungi Ros kembali.
Ya Tuhan aku kangen dengar suaranya yang gak enak didengar.
Serius Dear Diary, suaranya benar2 tidak enak didengar.
Aku menduga dia sakit bengek menahun, kadang suaranya tiba tiba mengecil, lalu terbatuk batuk.
Saat karaoke di mall Margonda dulu dengan polwan cantik, aku lupa namanya, aku ingat aku bahkan sampai kencing dicelana dengar dia menyanyi dengan gaya presentasi didepan rapat RT.
Mungkin dia juga kencing dicelana juga melihat urat2 leherku yang keluar semua saat menyanyi dengan gaya alm.Broery, gaya tangan diatas sambil menengadah dan bergetar....berteriak2 susul menyusul dengan irama lagu.
Aku bahagia menyambung silaturahmi dengannya Dear Diary.
Kami tertawa bersama dan saling rumpi tentang Robby, sahabatku di BNI sekaligus sahabat SMA nya.
Dia membujukku ikut bisnisnya dan mengajariku zoom meeting.
Aku yang biasa pakai aplikasi Duol untuk ngobrol malah jadi bingung diajari Zoom Meeting.
Tentu saja aku menolak.
Aku kan memang berbakat dan berniat jadi horang kayah Dear Diary.
Aku lebih suka uncang2 kaki dirumah daripada bekerja lagi.
Kami saling berjanji akan pergi melihat panti jompo milik mbak Tutut didaerah Cibubur.
Rencananya aku dan Ros ingin menghabiskan masa tua di panti jompo daripada mengurusi tetek bengek urusan rumah.
Ros punya mimpi dia akan menggoda para pria dipanti jompo.
" Keren2 Rit yang tinggal disana, ada mantan jendral, ada bapaknya gubernur, ada mantan menteri..nanti kita godain mereka Rit, siapa tahu ada jodoh." kata Ros meng iming2 aku agar tertarik.
" Ogah.Gue tinggal di panti jompo juga agar bisa fokus ibadah Ros...biar gak pusing mikir urusan rumah. Kakek2 lo godain sekarang besoknya pasti juga dia lupa nama lo."
Begitulah rencanaku dan rencana Ros, sejalan tapi tidak sinkron.
Dear Diary,
Kemarin, aku WA dia, menanyakan kabarnya.
Tidak dibalas.
Ditelpon juga tidak diangkat.
Yo wis, berarti panti jompo urung kutinjau.
Mimpiku tinggal si panti jompopun kandas bahkan sebelum panti jomponya dilihat.
Untungnya saat ini aku sudah jadi wanita solehah dan bijaksana banget.
Setiap kesal dibohongi Ros langsung aku membaca ayat qursi, kubayangkan dia sebagai mahluk astral yang ingin kuusir melalui ayat qursi 7 kali.
Aku sekarang bisa tertawa kembali Dear Diary, walau kadang tertawa dengan kesal setiap ingat aku dibohongi lagi.
Ini kayaknya karma ya Dear Diary...yah seperti kata si Bungsu..aku itu buaya yang dikadali Ros..
Komentar
Posting Komentar