ANTARA AKU DAN BAPAK
Aku masih ingat, bapakku ganteng sekali, putih, tinggi dan jago bahasa inggris.
Kata ibuku bapak campuran dari cina Banten dr pihak ibu, sementara dr pihak bapak berasal dari Bagelen Jawa Tengah yg turun temurun tinggal di Banten.
Pantas saja bapak bermata sipit dan berkulit putih. Rasanya wajah bapak mirip aktor Ferry Salim, entahlah, mungkin itu imajinasiku saja, bayangan wajah bapak dimataku saat kecil.
Dulu bapak bekerja di pabrik baja Cilegon, sekarang namanya Krakatau Steel sebagai pemimpin bagian keuangan.
Dapat rumah dinas dan mobil dinas saat itu kehidupan kami cukup mapan.
Aku ingat setiap minggu kami jalan2 di Anyer naik mobil Land Rover bapak, aku slalu duduk didepan kr slalu ingin lihat wajah bapak saat setir mobil.
Itu kata ibuku.
Keadaan tiba2 berbalik saat tiba2 kami pulang ke Jakarta dan menumpang dirumah adiknya ibu.
Aku ingat bapak dan ibu bertengkar.
Awal nya kr bapak masuk SOBSI.
Ibu menentang mati2an kr ibu tahu itu dibawah PKI. Tapi bapak bilang bapak masuk SOBSI kr terpaksa. Bapak ingin segera naik pangkat spt teman2nya yg lain.
Aku masih ingat sambil memangku aku bapak cerita ttg ibu dan kenapa mereka bertengkar.
Aku tak tahu apa itu SOBSI wl bapak cerita berulang2, yg kutahu SOBSI itu jahat kr membuat bapak dan ibu bertengkar.
Beberapa bulan kemudian mereka bertengkar lagi kali ini kr bapak dipecat.
Saat itu bapak termasuk golongan C yg harus dikirim ke pulau Buru, tempat pembuangan PKI.
Tapi atas bantuan kakak bapak, oom Sumarjo yg saat itu kolonel di Kodam 5, bapak bisa selamat kr terbukti bapak tidak pernah ikut rapat atau kegiatan2 SOBSI lainnya.
Alhamdulilah, aku masih bisa bertemu bapak.
Sehari2 aku lebih banyak bersama bapak kr bapak pengangguran.
Buatku bapak orang terpandai didunia.
Setiap pertanyaan pasti bapak bisa jawab.
Aku suka saat bapak cerita ttg sejarah.
Setiap menerangkan ttg sejarah bapak slalu menggambarkan bajunya, mahkota sampai wajahnya. Gaya bapak bercerita membuat aku seolah2 menyaksikan sendiri.
Itu kenapa pelajaran sejarahku selalu mendapat nilai 10, bukan cuma 9, sejak SD sampai SMA.
Aku bahkan hafal tahun2nya kr bapak mengharuskan aku menghafal sambil mendengar cerita bapak.
Untuk mengisi hari2 bapak sering pergi kerumah kakak perempuannya yg kepala polisi di Kemayoran, atau ke Tanah Abang 2 kerumah oom Sumarjo.
Aku sering ikut bapak.
Pulangnya kami selalu dibawakan makanan, sabun batangan atau pomade utk rambut bapak.
Pulang kerumah bapak selalu dimarahi ibu kr ternyata yg dibawa pulang adalah makanan basi.
Mentang2 kami orang miskin, semua makanan sisa yg sdh basi diberikan kami untuk dibawa pulang.
Saat itu aku tidak tahu apa itu basi, yg penting masih bisa kumakan kenyang.
Kalau ibu marah, bukan cuma bapak yg dimarahi, akupun ikut dimarahi, bahkan dicubit dg kuku ibu yg panjang2.
Sambil menggendongku dipunggung, biasanya bapak membawaku ke dekat tanah lapang, tempat pohon kangkung2an banyak tumbuh.
Kami duduk berdua.
Bapak akan bercerita bahwa ibu tidak salah, bapak yg salah.
Bapak slalu bilang" ingat Da, jangan pernah ikut politik kalau tidak mau spt bapak. Kl bapak menurut ibumu kita skrg sdh kaya dan bapak jd direktur. Bapak akan belikan sepeda buat Ida sekolah, kita akan ke Monas lihat Jakarta Fair dan beli semua buku yg Ida mau." Khayalan bapak membuatku melambung. Kubayangkan semuanya.
Sebelum pulang kembali bapak bertanya "Ida ingat yg bapak bilang tadi? Coba ulangi."
Maka akupun mengulangi cerita bapak walau belum tahu artinya.
Menjadi pengangguran apalagi dg cap PKI didahi membuat bapak susah dpt kerja.
Karena 1 keperluan bapak terpaksa berhutang.
Sekali berhutang membuat bapak ketagihan berhutang.
Aku sampai bingung kl mau sekolah, harus lewat jalan mana biar gak ditagih, kr tetanggaku selalu menagih dan menanyakan pembayaran hutang bapak kepadaku.
Bayangkan betapa susahnya menjawab kl yg ditanya adalah tentang uang.
Saat ibu tahu, semua hutang bapak segera dibayar dg hasil berjualan kue, krupuk dan ikan asin.
Kalau aku diposisi bapak, lebih baik aku kembali ke orang tua bapak di Serang.
Mereka orang kaya.
Rumah mbah di Serang besar dan megah, tepat didepan pabrik es, di Cimuncang.
Untuk apa berdesak2an dirumah Mamah, adiknya ibu. Ternyata dikemudian hari baru aku tahu kl ibu yang tidak mau.
Kata ibuku, mbah perempuan itu judes dan sombong.
Saat ibu bercerai dg bapak, aku ikut bapak ke Serang bersama adikku Wiwik, sementara adik bungsuku Bambang, ikut ibu.
Pertualangan cinta bapak dg mengawini berbagai wanita membuat aku sedih.
Aku bukan lagi jagoan bapak.
Bapak sdh banyak uang, tapi bapak juga punya banyak istri.
Bapak tidak perlu aku lagi, anak kesayangannya. Betapa aku ingin bapakku yg dulu.
Menjelang akhir hayat bapakku cerita bahwa dia dimusuhi orang2 dikampungnya karena dianggap orang PAN, orang Muhamadiah.
Saat itu setelah krisis moneter, karena beras tidak terbeli rakyat, partai2 banyak memberi bantuan beras dan kebutuhan pokok lainnya.
Bapak ikut membantu membagi2kan bantuan dr PAN ke penduduk dikampungnya di Mancak, Cilegon, tempat tinggal bapak.
Bantuan diterima mereka, tapi bapak malah dibenci mereka karena dianggap org PAN, orang Muhamadiah, sementara didaerah Mancak itu basis NU.
Dengan marah kutanya bapak "Bapak ikut2an politik lagi ya. Ngapain sih pak ?!"
Sambil bersumpah bapak bilang " Sejak dulu bapak tidak pernah ikut politik Da. Dulu cuma kr agar gampang naik pangkat bapak ikut SOBSI, sekarang juga sama, bapak cuma membantu membagi2kan saja. "
Kaget aku saat melihat bapak keluar air mata. Mungkin bapak sedih dibentak aku.
Walau kulihat suamiku memberi kode agar aku minta maaf, aku pura2 tidak lihat.
Aku bersikeras tidak mau minta maaf.
Seharusnya aku kesal dg pandangan picik masyarakat di daerah Mancak, seharusnya bukan bapak yg kumarahi.
Sebelum aku pulang kembali ke Jakarta, bapak menasehati aku dan suamiku agar tidak ikut2an politik.
Itu ritual yg slalu bapak lakukan sebelum berpisah. Memangnya siapa yg mau berpolitik?
Aku benci lihat politikus kok, mereka bunglon semua.
Tapi bapak tak mau mendengarku, tetap saja melakukan ritualnya.." jangan ikut2an politik ya Da. Politik itu kotor...bla bla bla."............
Sebulan setelah pertemuan terakhirku dg bapak, dikantor aku dpt telpon kalau bapak meninggal dunia. Tiba2 aku merasa kosong.
Penyesalanku terdalam yg selalu kusesali adalah karena bapak tidak pernah menginjak rumahku di Pondok Cabe.
Karena aku melarangnya.
Aku tak ingin bapak dilecehkan keluarga mertuaku. Cukup aku saja yang menderita, jangan bapak !
Aku tak ingin bapak dilecehkan kr bapak bekas SOBSI. Aku tahu pasti bapak akan meracau dan bercerita nasib buruknya.
Bapak juga pasti akan bercerita tebtang istri2nya.
Sampai ajal menjemput bapak, dia tak pernah lihat rumahku, kebunku atau merasakan masakanku. Maafkan Ida pak, Ida menyesal, sungguh....
Komentar
Posting Komentar