HARI KE 19 RAMADHAN : MAAFKAN AKU
TUHAN, TATO ULAR BULU INI MENYIKSAKU....
Dear Diary,
Hari ini aku berbuat dosa lagi.
Ada anak kost baru dari Bandung, namanya Asep.
Ini bulan kedua dia kost dirumahku, dirumah belakang.
Asep itu termasuk kategori SKSD menurutku, Sok Kenal Sok Dekat.
Hari2 pertama saja dia sudah membuatku kesal.
Setiap mengeluarkan motor, kayu bekas alas standar motor tidak ditaruh diluar, jadilah ruang tamuku terlihat kumuh karena ada kayu tergeletak dilantai.
" Asep, kalau keluarkan motor alas kayunya juga dikeluarkan ya jangan lupa, masak ibu yang harus pungut dan taruh diluar." kataku menegurnya.
" Bukan saya bu, saya selalu taruh diluar kok bekasnya."
Waduh aku mulai esmosi.
Aku kan gak suka orang berbohong.
" Lha ini bekas siapa dong menggeletak?" tanyaku.
" Ibu lihat saja posisi kayunya. Kalau diujung itu kayaknya Doni bu, dia kalau taruh motor selalu diujung soalnya saya lihat."
Betul juga kupikir.
Okelah aku salah menuduh.
" Ya sudah, yang penting jangan lupa kayunya ditaruh diluar ya."
Dear Diary,
Aku punya gelas keramik warna hijau lumut hadiah dari susu Milo, gelas kesayangan ibuku.
Seminggu Asep dirumah gelasku raib.
Semua anak kost sudah punya gelas soalnya, aku lihat sendiri.
Pasti Asep nih !
" Din, tolong tanyakan Asep pakai gelas ibu warna hijau gak ? Bilangin kalau pakai gelas pakai gelas beling saja. Kalau gelas2 besar itu punya pribadi."
" Iya bu, Dini juga pernah lihat oom Asep cuci gelas hijau."
" Sudah sana kamu tanya Asep !"
Aku kan jijik banget membayangkan bibirku minum dari gelas yang sama.
Aku dan anakku saja tidak pernah berbagi gelas.
Masing2 kubelikan gelas keramik yang berbeda warna sesuai kamar masing2.
Si bungsu gelasnya biru muda, Dini hijau muda, sedangkan si tengah warna coklat muda.
" Bu ternyata oom Asep punya gelas sendiri, gelasnya beda dengan punya ibu. Dia bukan gelas hadiah dari Milo, soalnya gak ada tulisan Milo nya Dini lihat."
" Terus gelas ibu siapa dong yang ambil ?"
Al hasil, nyatanya sampai saat ini gelasku raib.
Dear Diary,
Tadi pagi saat aku menyapu lantai rumah belakang, kulihat sandal hijau motif tentara kulihat didepan kamarnya.
Lho ini kan sandalku buat kalau keluar rumah?
Awas nanti aku akan sembunyikan !
Enak saja dia pakai2 sandalku !
Aku benar2 kesal !!!!
Ku tunggu dia berangkat kerja.
Segera kuambil sandalnya, kutaruh didalam tas plastik dan kusembunyikan didalam lemari pakaian paling bawah tempat kutaruh kumpulan benda2 lawas yang tidak mau ku buang.
Rasain lo !
Cari deh sandal itu sampai tua !
Aku geram membayangkan berbagi sandal jepit.
Jam 10 pagi tadi saat mbak Imas guru mengajiku datang, saat kubuka pintu pagar, kulihat sandal hijau tentaraku berjejer rapi dekat kandang kucingku.
Wah, aku salah lagi.
Sebelum mengaji buru2 kukeluarkan sandal Asep dari dalam lemariku sambil istigfar mohon ampun pada Tuhan.
Entah kenapa Asep selalu yang pertama kucurigai.
Apakah karena dia suka buligir telanjang dada saat didalam rumah ?
Dia malah kadang suka cuma pakai handuk dipinggangnya kalau keluar atau masuk kamar mandi.
Coba bayangkan, bagaimana perasaanku kalau sampai handuk itu melorot jatuh?
Dadanya memang berbulu dan badannya kekar.
Tapi kan dia masih kecil, belum pantas bersikap macho seperti mas Tom Cruise ?!
Apa dia ingin memamerkan tato ular bulu dipunggungnya ?
Pernah Dini bilang sambil terkagum2 " oom Asep ada tatonya dipunggungnya bu. Ibu sudah lihat ?"
" Gimana gak mau lihat, dia kemana2 kayak Tarzan gak pakai baju. Mungkin biar dilihat cewek2 disini kali Din."
" Yang lihat cuma kita berdua bu, mbak Tyas dan mbak Arni kan jarang dirumah. Itu buat tato naga seperti itu apa gak sakit ya bu ? Kan pakai jarum buatnya ya?"
" Itu bukan tato naga Din, itu tato ular bulu."
" Tato naga bu, dimulutnya keluar api kok. "
" Bukan. Tato ular bulu. Ular naga dan ular bulu kan beda Din."
Akhirnya kami berdua diam2 gerilya memperhatikan punggungnya.
Ternyata memang tato ular naga, tapi karena yg buat tato gambarnya jelek jadi lebih mirip tato ular bulu.
Disitulah kutemukan beberapa titik panu.
Pas didekat pinggang bawahnya.
" Kamu lihat gak, ternyata Asep banyak panunya makanya dia buat tato." kataku mengompori Dini.
" Itu kayaknya Toh bu, bukan panu. Yang kayak dikaki saya bu. Kata bapak Dini itu tanda lahir bu, orang2 bilang namanya Toh."
" Bukan. Kalau tanda Toh itu sih yang dipunggung. Ini agak kebawah Din. Dekat pinggangnya tapi agak kebawah lagi."
" Dini gak berani lihat kearah situ bu. Itu kan aurat bu."
Kampret banget !
Memang betul itu kan aurat ya, terus ngapain juga aku memeriksa tato sampai kesitu ?
Entahlah Dear Diary, aku selalu curiga pada anak itu.
Apà karena dia mengingatkanku pada menantuku ya?
Sama2 orang Bandung, sama2 sok kegantengan dan merasa kegantengan itu seakan menyiksanya.
Ihhhh...rasanya pengen muntah.
Dear Diary,
Daripada aku berdosa pada Asep, mungkin lebih baik kostnya tidak kuperpanjang ya?
Tidak nyaman rasanya melihat ada pria yang buligir bertelanjang dada didalam rumah walau orang itu ganteng sekalipun.
Ini kan bukan rumah nenek moyangnya ya Dear Diary, sopan sedikit kan seharusnya dia bisa ya ?
Mungkin ada baiknya aku nasehati dia baik2 agar tidak bertelanjang dada karena ada panu dipunggungnya.
Tapi kan aku jadi ketahuan kalau memperhatikan tato ular bulunya.
Atau dia kupindah dikamar atas saja ya, biar aku tak perlu melihat tato ular bulunya, karena diatas kan kamar mandinya beda, tidak dekat dapurku.
Aku bingung Dear Diary,
Gara2 mahluk ini aku beberapa kali bersuudzon, aku berdosa mencurigainya.
Maafkan aku Tuhan.
Tato ular bulu ini menyiksa emosiku !
Komentar
Posting Komentar