HARI KE 21 RAMADHAN : PANU ITU MENGHARU BIRU
Dear Diary,
Gara2 menulis tentang si ular bulu yang mempunyai panu aku semalam memimpikan si semprul.
Entah kenapa, seperti wanita2 lain yang menikah lebih dari sekali, akupun sama, selalu hanya suami pertama yang dibawa mimpi.
Bukannya masih cinta, gak mungkin banget deh itu sih, cuma selalu seperti itu.
Bukan aku saja lho, wanita lain juga begitu, aku sudah survey kecil2an.
Mungkin karena yang pertama memang selalu lebih berkesan betapapun menyakitkannya ya Dear Diary ?
Dear Diary,
Rasanya baru kemarin terjadi saat aku menakut2i si semprul bahwa dipunggungnya ada panu.
Sampai akhir perkawinan, gara2 kubilang ada panu dipunggungnya, si semprul tidak pernah lagi buka baju saat mencuci mobil.
Cuma akibatnya menjadi menakutkan buatku.
Setiap malam.menjelang tidur si semprul sudah stand by dengan kapas dan Kalpanax, itu obat panu.
Aku juga harus ingat dengan jelas dimana kemarin2 kuusap kulit yg kubilang berpanu.
" Kok diobatinnya disitu bu, bukannya kemarin lebih keatas, dekat tulang iga bapak? "
Biasanya si semprul koment seperti itu kalau aku lupa " letak panunya ".
" Yang disitu sudah agak mendingan pak, jangan diobatin lagi. Ini panu baru. Kayaknya nyebar deh panunya."
Atau kadang aku menjawab " makanya kalau dikasih obat panu jangan gerak2 dong, kan ibu jadi meleset terus ngobatinnya."
Akupun lantas menghafal "letak panu " dengan mengukur memakai telapak tanganku.
Kegiatan mengobati panu yang tidak ada dan di ada2kan ini serasa hukuman buatku karena membohonginya.
Padahal aku kan tidak salah Dear Diary.
Aku berbohong demi keutuhan rumah tanggaku.
Saat si semprul telanjang dada, Erna pembantuku yang masih lajang kulihat memelototi dada si semprul sambil menggendong si bungsu, kadang malah juga memelototi bokong tipisnya si semprul yang memakai celana pendek kotak2 merah.
Bukannya aku cemburu, aku hanya tak ingin suamiku dipelototi pembantuku.
Gengsiku bisa jatuh Dear Diary.
Betulkan tindakanku tidak salah Dear Diary ?
Dear Diary,
Aku benci panu.
Aku pernah kena panu tahun 1975, saat kelas 3 SMP.
Saat itu adik tiriku, Buyung, dikhitan.
Sebagai anak laki2 pertama ayah tiriku, diundanglah semua sanak keluarga dari pelosok desa, dari sudut Ciampea sampai Leuwiliang sana.
Mereka menginap dirumah dan tentu saja tanpa berbekal handuk.
Walau sudah disediakan handuk oleh ibu tetap saja ada yg nyelonong memakai handukku.
Seminggu sesudah khitanan mulailah pipiku gatal2.
Saat kulihat ada bercak putih dipipiku.
Aku benar2 panik dihinggapi panu.
Diledek Ida Semar saja sudah menyedihkan, masak ditambah dengan Ida Panu?
Berbulan2 kuobati pipiku dengan lengkuas, saat itu sudah ada Kalpanax sebenarnya, tapi mana mungkin ibuku membelikanku Kalpanax, kan lebih baik buat beli beras.
Perjuangan berbulan2 akhirnya terbayarkan dengan menghilangnya sang panu dari pipiku.
Sekarang aku bisa tertawa membayangkannya, padahal dulu rasanya ingin kucekik satu2 itu sanak saudaranya ayah.
Setiap merekà datang kerumah aku selalu cemberut dan membanting pintu kamar karena teringat panu dipipiku.
Yah sekarang aku tertawa membayangkan bahwa penderitaanku tidak sebesar penderitaan adikku Wiwi si cantik itu.
Kulitku kan putih, jadi panunya samar, akan terlihat jelas saat kepanasan saja, berbercak putih dengan bulatan agak kemerahan.
Buat Wiwi akibat panu lebih dahsat karena kulitnya hitam manis, jadi seperti ada koin putih dipipinya.
He he he tumben, kali ini Tuhan lebih berpihak padaku daripada ke Wiwi.
Jadi setiap melihat panu, rasanya hatiku mengharu biru, kadang2 tercabik2 membayangkan si semprul yang jadi minder karena kubilang berpanu.
Padahal sumpah Dear Diary, kulit si semprul itu hitam mulus, seperti kue black forest.
Terakhir setahun yang lalu, sempat kutanya si bungsu yang sempat ikut si semprul.
"Bapakmu masih suka buka baju kayak tarzan gak Van?"
" Gak pernah. Dia pakai baju terus. Memangnya kenapa mam ? "
" Ah enggak. Cuma penasaran saja masih ada panunya gak. Kalau ketemu bapakmu jangan lupa tanya ya, bilang, kata ibu bapak masih ada panunya gak. Jangan lupa ya, itu amanat lo !" Aku mewanti2.
Yah efek Asep si ular bulu memang dahsyat Dear Diary.
Aku jadi ingat tragedi panu kembali sore ini.
Komentar
Posting Komentar