AKU BUKAN MANUSIA SEMPURNA

Dear Diary,
Hari rabu sore, 4 juli 2018, jam 16.08 tiba2 si bungsu berlari mendatangiku "mam ini ada telpon masuk dari  teman mamam."
Kubaca namanya, sebut saja Tete, bukan nama sebenarnya, itu nama samaran.
Aku yang lagi asyik menyiram tanaman gundulku segera berhenti.
" Assalamualaikum, halo ada apa Tet."
" Walaikum salam. Neng ini saya mau tanya, kok neng benci saya, salah saya apa neng? Bukannya hubungan kita selama ini baik? Kok bisa2nya neng jelek2in saya, ini ada bukti percakapan WA nya neng..." suara Tete seperti mitraliyur membombardir telingaku.
Aku gelagapan tidak siap.
" WA dari siapa Tet ? Kalau disebutin dari siapa aku baru mau jelasin."
" Pokoknya dari temanlah. Kamu katanya saat saya datang kerumah Neng Nani mau pulang karena gak mau ketemu saya. Memangnya salah saya apa? Waktu bukber juga kamu minta buru2 pulang karena saya datang..Kok segitunya neng Rita benci saya. Kalau saya suka yang mewah2 ya karena saya punya, itu hak saya. Mereka sayang sama saya neng, makanya ngasih tahu saya, karena  mereka kenal saya kan lebih lama. Salah saya apa neng, selama ini saya kan gak jahat sama neng Rita?"
"  Lho yang gak suka kamu kan bukan cuma aku Tet, tapi satu group malahan. Bedanya aku menghindari kamu, aku gak pura2 dekatin kamu. Kamu gak punya salah  kok, aku cuma gak sreg aja."
" Oke kalau gak sreg oke, tapi kan gak usah jelek2in saya juga."
" Kan yg jelek2in bukan cuma aku saja. Lagian aku cuma bilang gak mau ketemu, aku gak tahan kesombongannya. Kalau ada yang mengadukan seperti itu ke kamu, justru kamu harus lebih hati2 kr mereka cuma pura2 berarti, karena dibelakang kamu mereka juga gak suka. Itu sebabnya kamu gak dimasukin ke group, karena kita beda, kita semua kan gak suka yg sombong2."
" Oke saya minta maaf ya neng kalau saya selama ini sudah nyakitin hati neng Rita. Kita sudah sama2 tua neng, sama2 sudah sendiri, sebentar lagi juga kita masuk liang kubur, ngapain sih ribut2 seperti ini. Saya minta maaf ya neng kalau saya salah selama ini. "
"Aku juga minta maaf Tete..."
"Assalàmualaikum ..." tutttt...telpon diputuskan dan akupun tercenung.
Seandainya saja Tete marah2 mungkin berkurang rasa bersalahku.
Kudengar suara Tete tadi agak tersendat menahan kesedihan, antara marah dan sedih sebenarnyan.
Tiba2 aku jadi ikutan sedih
Rasanya aneh.
Aku langsung merasa kehilangan dia.
Disamping itu aku juga sedih dan malu, merasa diingatkan Tuhan bahwa aku itu tidak sempurna, aku tidak lebih baik dari Tete, aku telah sombong karena menganggap diriku lebih baik dari dia.

Dear Diary,
Sebetulnya aku kenal Tete jauh2 hari dari cerita2 teman2ku, sayangnya bukan yang manis2 yg kudengar.
Bahkan sahabatku pernah cerita dia pernah disandera gak boleh pulang pas habis antar Tete reuni, lha temanku kan ketakutan karena Tete janda.
Dari temanku yang lainnya juga aku dpt cerita yg mirip2 cuma dengan laki2 yang berbeda sesama teman SMA.
Waduh, bisa rusak nama janda se kabupaten Bogor kalau seperti ini caranya, bisa2 para janda dianggap maniak laki2.
Tanpa sadar aku mulai terpengaruh.
Tapi saat salah satu temanku datang mengenalkan Tete,walau sebisa mungkin aku bersikap baik tapi aku sudah mulai membentengi diri.
Memang sih gayanya bicara agak melambung, sesuai kenyataan mungkin karena  kudengar dia memang kaya.
Aku awalnya terkaget kaget karena baru sekali ini ada yang seperti ini.
Sekaya apapun temanku, wanita atau pria, semua tidak pernah bicara tentang kekayaan kecuali kami sedang bicara tentang investasi dan rencana beli2 barang.
Temanku yang namanya Tati Muntoro , bang Mhd Zein atau Nani Kurniati  itu rasanya punya pohon uang tak berseri, tapi tidak pernah sekalipun bicara harta.
Aku mencoba cuma mendengarkan saja, tidak masalah sebenarnya buatku selama aku tidak dianggap miskin saja, itu sih penghinaan buatku walau kenyataannya aku memang miskin.

Dear Diary,
Sebetulnya kami pernah sempat dekat dengannya.
Kami bahkan mengaji di guru ngaji yang sama, mbak Imas.
Masalah awal mulai muncul saat tiba2 dia berhenti mengaji.
Waduh, dicatatanku dia sudah 3 x mengaji, berarti sekali lagi kan harus bayar rp.300 ribu.
Ini yang aku tidak suka.
300 ribu buat dia, atau buat aku itu kecil, hanya sekali makan sendirian biasanya sejumlah itu, tapi buat mbak Imas itu adalah besar artinya, karena dia menjelang melahirkan dan suaminya baru bekerja magang di Good Year.
Kucoba membayar kewajiban Tete ke mbak Imas, tapi mbak Imas menolak mentah2, " gak apa2 bu, gak usah. Saya ikhlas kok."
Kamipun terpaut waktu dan jarak tanpa pernah ketemu, hanya sekali tiba2 dia datang sesudah lebaran tahun lalu dan 5 menit kemudian langsung pulang.
Masalah kedua hubunganku dengan Teti saat kusuruh pak Udin tukang bangunan langgananku untuk kerumahnya karena dia butuh tukang untuk membetulkan atap .
Saat selesai pak Udinpun mengadu bahwa dia hanya dibayar murah.
Aku tak tega mendengarnya, kutawarkan untuk menambahkannya.
Sayangnya pak Udin memang bukan bermental pengemis.
Dia menolak uang tambahan dariku untuk menutupi kekurangan pembayaran.
Aku benar2 kecewa, kok begitu sih perlakuannya pada orang gak punya?
Makin gak sreg lah hatiku.
Pernah dua kali aku sempat bertemu Tete, dirumah seorang teman dan saat tahlilan teman.
Sikapnya menjauh.
Lha kebetulan banget buatku, aku juga menjauh.
Gampang saja buatku, karena aku toh tidak butuh dia, tadinya juga aku tidak kenal dia.
Begitu saja kok repot.
So what gitu loh....

Saat aku ditawari masuk group WA, jelas2 persyaratanku adalah tidak ada Tete didalamnya sebagai anggota.
Aku memang  selalu menghindar bila tidak suka sesuatu.
Deal. ! Semua setuju.
Admin dan anggota inti setuju, tak ada Tete.
Kupikir satu group itu sudah sepakat tidak ada Tete bila ada aku, tapi tetap saja akhirnya bersinggungan karena beberapa kali ada acara Tete datang, entah diundang salah satu anggota entah ada yg keceplosan bicara.
Sebetulnya saat itu terjadi, naluriku sudah warning bahwa ada yang tidak  beres didalam anggota group.
Saat aku bersinggungan dan ketemu Tete, aku ingin menghindar dan pulang, tapi ditahan teman2 yang lain.
Sumpah, kupikir mereka juga tidak suka Tete kalau dari pembicaraan, sayangnya aku bukan pengadu domba yang gemar screen shoot percakapan dan mengadukannya.

Dear Diary,
Salahkah aku kalau menghindari teman yang aku tidak sreg dan tidak sepandangan seta segaya denganku?
Aku tidak bisa berpura2, rasanya selalu ada  diujung lidah untuk menegurnya "gila lo Tet, ustadz gue kagak dibayar kan sdh 3 x datang..."
" Gila lo Tet, tukang gue kerjanya berat dibayar segitu, rumahnya kan jauh di Sentul"
Sayangnya aku cuma mampu menghindarinya, tak tega mengucapkannya.
Berbicara dengan Tete itu sulit bagi yang suka membumi sepertiku.
Aku tidak bisa menjawab manakala yang dibicarakan tas Hermes atau perjalanan Umroh.
OMG, ngomong soal umroh lagi, umroh lagi, lha yang diajak omong itu siapa?
Kalau tas Hermes okelah aku gak punya, lha ngapain juga aku punya, aku kan gak pernah suka modelnya, menurtku kayak tas model tante Sun.
Ini soal selera, aku lebih suka model2 dari Braun Buffel.
Dulu pernah aku disuruh beli tas oleh suamiku si play boy, setelah putar sana sini di Sarinah, aku akhirnya malah pusing sendiri dan pulang dengan tangan kosong.
Besoknya uang untuk beli tas malah kubelikan motor Honda untuk si sulung.
Si play boy sempat protes.
" Lho lho...adek kok gak jadi beli tas ? Lan uangnya sudah dikasih ?"
" Iya mas, tadinya mau beli tapi sayang, aku beliin motor sajalah semuanya. Gak apa2 kan ?"
" Ya gak apa2 yang penting adek gak ngerengek minta dibelikan tas mahal lagi ya. "
"  Gak bakalan. Ngapain juga pakai tas mahal pakai tas biasa juga keren kok. Aku keren kan pakai tas ini ?  Ini cuma 300 ribu lho mas."
Sambil berlagak manja kutunjukan tas murah yang kubeli di Mangga Dua tadi siang sepulang beli motor.
Si play boy cuma geleng2 kepala melihatku.
Kayaknya dia menyesal memberi uang untuk beli tas.
Lho aku kenapa jadi cerita tentang si play boy kampret ya Dear Diary ?

Dear Diary,
Seharusnya saat si Tete cerita melambung aku menegurnya dan mengucapkan ketidak sukaanku.
Sayangnya aku tidak mampu bilang terus terang kalau aku tidak suka gaya bicaranya yg sombong, maklum kalau sudah bicara si Tete itu tidak pernah kenal yang namanya titik, selalu koma dan tiada jeda.
Jadi aku hanya kadang2 saja menimpali, itupun kalau aku bisa menyelipkan diri.
" oh ziarah ke situ Tet. dulu aku ziarah yang ke Yerusalem dan Cairo sama si semprul.."
" oh umroh...aku juga sudah 3 kali Tet.."
" oh naik haji...aku juga sudah naik haji ...malahan aku sudah 2 x naikin pak haji...aku kan kawin 2 x sama haji...."
Itupun kuucapkan kalau sudah tak sanggup mendengar cerita yg diulang2 tentang umroh.
Aku jadi ikut  terbawa sombong Dear Diary.

Dear Diary,
Tadinya jujur saja, aku ingin menyesali diri karena telah bersikap tidak adil terhadap Tete.
Sayangnya tiba2 sesudah magrib datang WA dari dia.
"Memang tadi sore saya telah melabrak anda....maksudnya itu tulisan ditujukan kepada saya kan ? gak apa2 saya memang merasa kok sudah melabrak anda...saya jadi tahu kwalitas diri anda.." dilampiri dengan screenshoot FB ku.
Buset dah, aku di anda anda kan.
Lama2 kok jadi kurang ajar juga si Tete ini kupikir.
Niatku untuk tetap berhubunhan si Tete langsung surut.
Segera ku blokir semua yang berhubunhan dengan dia, kebetulan banget buatku karena jadi ada alasan untuk memutuskan hubungan.
Jadi Dear Diary,  karena kesal di anda anda kan, aku batal menyesali diri.
Rasanya ini jalan terbaik yang dipilihkan Tuhan untukku.
Menurutku seharusnya si Tete merenungi diri, introspeksi hubungan pertemanannya yang terkesan nyosor dan menyogok2 serta membaiki teman agar ditemani, kok malah menghujatku.
Harusnya dia berpikir, adakah teman yang sejatinya temannya tanpa embel2 lain.
Syukurlah dia tahu kwalitasku Dear Diary.
Aku memang berbeda dengan dia.
Aku tak perlu menyogok seseorang agar dia menjadi temanku.
Aku memang bukan teman yang baik.
Aku tidak bisa berpura2 baik manakala aku tidak suka.
Aku pasti menghindari diri.
Itu kwalitasku.
Syukurlah dia tahu sebelum aku muntah dan berpura2 baik.
Aku bebas dari kepura puraan sekarang.
THANK GOD, I'M FREE NOW...

CATATAN :
BUAT TEMANKU YANG SUKA MENGADU DOMBA ANTAR TEMAN, TERIMA KASIH.
AKU TAHU KOK  SIAPA ORANGNYA.
INGATLAH, BERTEMAN SEPERTI  ITU TIDAK BAIK KARENA PENUH KEPURA2AN DAN FITNAH.
ATAUKAH MEMANG  MENTAL PENJILAT ITU SUDAH MENDARAH DAGING ?
MEMPUNYAI SAHABAT SEJATI TANPA HARUS KITA  DIJADIKAN KACUNG DAN MENJILAT ITU NIKMAT LHO.
COBA DEH...
SELAMAT MENCOBA !

Komentar

Postingan Populer