BAHAGIA ITU SEDERHANA ADANYA...


Dear Diary,
Sebagai wanita sederhana aku sudah bahagia bila bisa makan jengkol atau pete, ikan asin dan sambal tomat.
Itu adalah bahagia menurutku.
Saat anak2ku memanggilku Mamam dengan lembut, aku juga bahagia.
Hal yang jarang terjadi sebenarnya.
Biasanya anakku memanggilku dengan suara tinggi soalnya.
"Mamam....dimana sih charger HPku ? Gak usah dipindah2in kenapa sih, mending kalau mamam ingat naruhnya.", biasanya seperti itu bila memanggilku.

Aku juga akan bahagia bila ibuku menelponku dan mengabariku akan menginap dirumahku, tapi sayangnya itu juga tak mungkin terjadi.
Yang terjadi adalah " Ida sudah transfer uang belum ? Adikmu butuh duit buat bla bla bla...".

Aku pasti bahagia bila bisa mengetahui wajah istri mantan suamiku, si Semprul.
Aku hanya ingin tahu seleranya yang mutakhir.
Sayangnya baru bertahun2 kemudian aku bisa tahu wajah istrinya yang sekarang.
Saat aku tahu wajahnya Dear Diary, seminggu lamanya aku tersenyum2 dan kadang tertawa sendiri.
Aku bahagia banget Dear Diary.
Bagaimana tidak bahagia, wajahnya benar2 dibawah standar kecantikan yang dideklarasikan si semprul.
Si semprul kan idolanya cewek putih, tinggi, cantik dan langsing.
Dulu bahkan dia sempat dekat dg peragawati Hani dan sheila.
Dengan bangga kukatakan pada si bungsu " Van, istrinya bapak kok parah banget sih? Pembantu2 kita saja cakep2. Kenapa gak minta cariin kita sih Van?"
Jahatnya aku ya Dear Diary?
Aku memang wanita penjahat kok, jangan kaget.
Tapi jujur saja aku juga heran Dear Diary.
Apakah karena terpaksa daripada gak ada, atau karena dipaksa orang tuanya daripada gak ada ?
Dulu aku pernah gak percaya saat si tengah lapor "mam, masak istri bapak kayak rakyat jelata banget deh penampilannya.".
"Maksudnya apa? Dekil atau jelek ?" tanyaku bahagia.
"Dua2nya mam, beda jauh banget sama mamam."
"Ada photonya gak De?" tanyaku antusias.
"Ngapain sih diphoto, ngerusak pemandangan aja, orang jelek banget gitu."
Setiap aku desak, si tengah cuma jawab sepintas "seperti rakyat jelata."
Tapi sayangnya dia tidak pernah memberi bukti photo.
Dan aku pun tambah bahagia mendengarnya.
Itu gaya si tengah melaporkan istri barunya si semprul.
Gaya si bungsu lain lagi.
Si bungsu sampai sekarang tidak pernah menjelek2an istri baru bapaknya.
Dia cuma bilang "pokoknya cakepan mamam deh".
Tapi pernah suatu kali dia keceplosan cerita.
" Masak mam, aku kan lagi sakit,  terus pagi2 istrinya bapak masuk kamarku gak ketok2 pintu dulu. Dia langsung masuk dan tanya "Vani mau  dibeliin  bubur ayam atau  dibuatin ceplok telor?" Aku menjerit  mam, kaget banget. Kan biasanya dia pakai jilbab jadi rambutnya ketutup. Ini karena masih pagi dia lupa pakai jilban kayaknya. Ya ampun mam, rambutnya sedikit banget, keriting awut2an mencuat kemana kemana, mana wajahnya nyeremin  kayak setan gitu mam. Aku shock banget. sampai sekarang aku takut kl inget kejadian itu."
Sayangnya saat didesak separah apa sih pilihan si semprul, si bungsu hanya diam membisu.
Akhirnya sebulan yang lalu misteri itu terjawab sudah.
Kutemukan photo si semprul dan istrinya, dan akupun terhenyak kaget.
Eh tapi bahagia juga sih Dear Diary, karena berarti si semprul tidak bisa mendapatkan yg lebih baik dariku.
Serasa melayang ke langit ketujuh saat tahu itu.
Cemburu ?
Tidak lagi.
Hanya ada rasa bahagia istrinya tidak melebihiku.
Terima kasih Tuhan.

Dear Diary,
Ukuran bahagiaku kini memang hanya sederhana.
Mengingat hidupku kini serba pas2an, pas ingin sesuatu pas ada uang, bahagiaku juga ikut menyesuaikan diri.
Aku ingin tak ada lagi permasalahan dalam rumahku, tak ada pompa yg rusak atau sumur yang kering.
Walau sudah kuantisipasi dg membeli pompa yg termahal yg ada di toko pompa saat itu, tetap saja permasalahan selalu ada.
Pompanya bagus airnya kurang banyak.
Kalau tidak kasihan dg tetangga2ku, ingin rasanya aku pasang sumur bor sedalam mungkin.
Aku memang masih belum bahagia Dear Diary, karena sumurku masih suka tekor airnya, pompanya terlalu cepat menyedot air sementara debit air sumur tidak banyak.
Aku ingin sekali bahagia Dear Diary.
Aku ingin memiliki rumah kecil, cukup 2 atau 3 kamar, diperumahan tempat tetangga2 tidak saling kenal.
Aku ingin hidup bebas tak terikat.
Bisa jalan2 kemanapun dan kapanpun aku mau.
Aku tidak mau jadi ibu kost lagi Dear Diary.
Aku jadi tidak bisa jalan2 kemanapun aku ingin, ada tanggung jawab yg harus kuemban sbg ibu kost.
Lebaran kemarin saja tiket ku hangus gara2 aku tidak bisa pergi, tukang yang mengecat rumahku blm selesai sampai H-2 lebaran, akhirnya si bungsu kulepas lontang lantung sendirian.
Sia2 tiket dan visaku hanya gara2 rumah belum selesai.

Sebenarnya sudah seminggu ini aku bahagia Dear Diary.
Rumahku sudah tidak bernuansa Golkar dan PDIPret lagi.
Tidak ada alasan bagi tamu2ku untuk berkomentar " ya Allah Rita, gue serasa masuk ke markas Golkar rIt."
Ada lagi komentar yang lebih menyakitkan " ternyata lo pengagum Megawati ya? Tangganya benar2 khas PDIP".
Setahun hidupku menderita dan penuh dengan was2 setiap ada tamu datang "gue bakalan disangka Golkar atau PDIPret ya kali ini ?"
Alhamdulilah Dear Diary, aku sudah terbebas dr dugaan sebagai pecinta Golkar atau PDIPret.
Amit2 banget Dear Diary...
Jadi bahagia itu sebenarnya memang sederhana kok Dear Diary...
Tapi demi menghindari makin melonjaknya harga jengkol dan ikan asin, saat ini sejujurnya aku pasti akan bahagia banget kalau presidenku bisa segera diganti.
Mungkinkah itu Dear Diary ?
Bisakah aku bahagia Dear Diary ?
Entahlah....buatku #2019gantipresiden

Komentar

Postingan Populer