BERBUAT BAIK ITU TERNYATA SUSAH
Dear Diary,
Karena dosa2ku yg segunung dan merasa waktuku sdh dekat, aku berusaha utk berbuat baik sesuai ajaran agamaku.
Aku berusaha berbuat baik semampuku.
Tapi ternyata godaannya, ya Allah, berat sekali.
Dear Diary,
Sejak sebulan yll dirumahku tinggal gadis cantik kls 3 SMP bernama Dini, anak seorang bapak penyapu jalan.
Kutawari dia tinggal dirumah, utk menemaniku kr kebetulan rumahku kosong.
Jadi sebetulnya aku tidak berbuat baik 100 %, simbiosa mutualistislah intinya, sama2 menguntungkan.
Aku yg terbiasa bangun pagi, terbiasa ambil wudhu dikamar mandi belakang dekat dapur, entah kenapa.
Kupikir kr dekat mushola sehingga lantai rumah tidak basah.
Tapi setiap kl Dini lebih dulu masuk sejak jam 4.45 biasanya sampai 5.30 barulah keluar.
Selain terburu2 takut ketinggalan subuh, aku juga khawatir Dini bunuh diri dikamar mandi kr stres.
Sudahlah, akupun mengalah dan tidak pernah lagi ambil air wudhu disitu.
Saat makan juga cukup menguras air mata kesal.
Aku yg hobby makan makanan kampung, paling mewah udang dan telor, sekarang setiap saat harus ada ayam atau telor kr ternyata dia tidak doyan ikan asin dan tempe kesukaanku, apalagi jengkol dan pete.
Beberapa hari yll saat ayam menghilang dr pasaran Dinipun seolah malas makan kr tidak suka tempe.
Aku tidak bisa berbuat apa2 kr saat2 tanggung bulan spt ini tidak mungkin juga aku masak daging atau ayam, mampuku cuma tahu, tempe dan ikan asin.
Take it or leave it. Itu saja.
Saat diberi jajanpun dia tidak pernah berhemat.
Kadang aku memberi ongkos sementara bapaknya juga memberi ongkos.
Tapi saat bapaknya tidak memberi ongkos dan aku kebetulan tidak memberi ongkos, menangislah dia.
Kucoba menasehati bahwa tidak selamanya aku punya uang, kr aku biasanya ambil uang hanya seperlunya dan secukupnya saja.
Biasakanlah berhemat.
Bahkan anak2ku yg manja dan borospun tahu arti kata berhemat.
Untuk selanjutnya kuberi Dini ongkos dan jajan selama seminggu penuh agar tidak saling tergantung dengan bapaknya lagi, agar jelas2 dia dpt ongkos hanya dariku, terserah kl bapaknya mau ikut kasih.
Syukurlah selama dinasehati Dini selalu santun mengiyakan, entah dijalani atau tidak aku tidak tahu.
Walau pembantuku kerap mengadukan bahwa cuciannya bertumpuk2 kr sekali cuci bisa 7 pakaian dicuci, aku hanya menyarankan agar dia menasehati Dini, jangan memarahi, kr mungkin Dini tidak tahu kebiasaan dirumah ini. Berbaik2lah dg Dini, anggap anak sendiri.
Dear Diary,
Mimin saat ini sdh diganti dg Aas, yg membawa putri kecilnya Caca ikut bekerja.
Usia Caca masih 4 tahun tp kr badannya kecil lbh mirip anak usia 2 tahun jadinya.
Sejujurnya aku yg tidak suka mahluk kecil kecuali cucuku, terpaksa menerima kenyataan kl ada anak kecil cerewet dirumahku.
Mendengar cerita Mimin ttg Aas yg dibenci mertuanya, ttg dimadu dan usahanya mengambil rumput utk makan kambing sementara suaminya main pangku2an dg wanita lain membuat aku tak kuasa menolak paket pembantu dg anak kecil.
Aku benci tangisan apalagi rengekan anak kecil.
Untungnya Caca tidak pernah terdengar menangis.
Dia juga menurut saat dilarang memegang tanaman2ku. Setiap pagi aku dibangunkan suara cemprengnya menyanyikan lagu anak2 yg tak bernada.
Ketawanya bahagia saat dibelikan barbie murahan dipasar. Dia cerita "ibuku, Caca belum pernah punya barbie. Adik Caca Sahira itukan anaknya bapak Caca, dia punya barbie dibelikan bapak Caca, tapi Caca tidak dibelikan bapak. Pernah Caca pegang2 barbienya eh Sahira menangis. Caca dipukulin nenek terus emak Caca menangis ibuku." Celoteh Caca dlm bahasa sunda tak berkesudahan.
Dia tidak melihat air mataku mengalir mendengar ceritanya.
Caca biasa memanggilku "ibuku".
Lucu juga mendengarnya memanggil ibuku ibuku.
Saat aku selonjorkan kakiku kr sakit, biasanya Caca memijit mijit kakiku.
Seperti biasanya anak kecil kl ada tukang makanan atau tukang mainan lewat dia suka bilang "ibuku Caca tidak boleh minta dibelikan mainan ya?"
Kalau aku bilang "jangan sekarang ya Ca, ibu duitnya habis." Caca langsung mengerti dan bilang "tidak apa2 ibuku. Nanti Caca sholat Caca doakan ibuku biar uangnya tidak habis." Saat sholat, benar ternyata, Caca berdoa " ya Tuhanku, ibuku uangnya habis. Berikan ibuku uang Tuhan biar ibuku bisa beliin Caca mainan".
Saat datang kerumah pakaian Caca robek2 dan butut. Untung badannya kecil.
Aku bisa pakaikan celana dalam dan kaos2 kutang bekas cucuku.
Mantan Iparku ternyata ikut terketuk hatinya.
Dia memberi baju2 bekas anaknya masih kecil dulu.
Kupikir nantilah, kl ada uang lebih Caca kubelikan baju baru.
Dear Diary,
Hadirnya Caca dan Dini membawa perubahan buatku. Menahan rasa tak suka, menahan amarah tak perlu dan berusaha utk berpikir spt mereka berpikir dlm keadaan mereka.
Aku bersyukur mereka sholat dan mengaji.
Itu sudah cukup buatku.
Memang susah sekali hati menerima perubahan dg adanya penghuni baru.
Tapi rasanya aku bisa.
Aku masih berusaha memang, tapi dg sikap cuekku rasanya aku bisa mengatasi sindrom akibat ingin jd org baik2 ini. Aku toh bukan tanpa kekurangan.
Siapa sih yg tanpa kekurangan didunia ini?
Tak ada manusia yg sempurna kan Dear Diary ?
Komentar
Posting Komentar