DERETAN DOSA2 KONYOLKU







31 Desember 2017

Dear Diary,
Semalam menjelang awal tahun, dalam kesendirian malam, aku seperti melihat kaleidoskop perjalanan hidup, bukan cuma dalam rentang setahun tapi juga bertahun2 yang lampau.
Kesalahan yang tak seharusnya kulakukan tapi tak mampu kutolak untuk kuperbuat.

Aku ingat dosaku kepada Iwa Kartiwa, temanku dulu yg petugas di divisi PKU Dear Diary.
Dua kali Iwa gagal kawin dan putus cinta hanya gara2 aku tak kuasa menghentikan tanya  didepan pacarnya, calon istrinya malahan “ oohh...ini yang pacarnya Iwa ya,  yang namanya Tuti ya, kenalkan saya Rita. Iwa sering cerita tentang Tuti lho..”
Padahal pacar yang dikenalkan Iwa saat itu bukan bernama Tuti, dan Tuti hanya selingkuhannya.
Aku tak tahu situasinya saat itu Dear Diary, aku hanya berusaha bersikap ramah pada pacar sahabatku.
Aku bertanggung jawab atas patah hatinya Iwa.
Mudah2an disisa usiaku masih diketemukan dengan Iwa untuk meminta berjuta maaf.


Dear Diary,
Aku juga ingat dosaku bila melihat polisi mata duitan dijalan.
Walau si semprul melarang, aku tak kuasa menolak untuk mengisengi polisi nakal.
Biasanya setelah kutahu nama yang tertera di bajunya aku langsung memanggil2nya dengan riuh rendah, kadang dengan mesra, kadang dengan penuh rindu, tergantung moodku saat itu.
“ Mas Waluyooo........sudah lama gak ketemu kita ya, apa kabar mas ? Masih ingat gak sama aku? Aku Ida yang tinggal di Kelapa Dua, masak gak ingat sih mas? “
“ Waduh saya lupa. Ida yang mana ya? “ si polisi pasti menjawab begitu, yah wajar saja karena dia memang tak kenal aku.
“ Ihhh jahat, kita kan dulu pernah dekat, masak lupa sih? Sekarang dinas dimana mas ?” tanyaku.
“ Saya di polsek nganu....tapi saya kok masih lupa, Ida yang mana ya?” tanya si polisi lagi.
“ Yahhh keburu lampu hijau. Nanti aku datang ke polseknya ya mas, biar kita bisa ngobrol lama, ini aku lagi mau jalan sama teman. Bye mas Waluyo...” kataku sambil melambai2kan tangan dengan sepenuh jiwa.
Mobilku pergi diiringi tanda tanya sang polisi.
Kalau sudah begitu biasanya aku tertawa habis2an membayangkan sang polisi berpikir sampai botak sariawan “ siapakah Ida ? ”.
Bila sang polisi tak ingat Tuhan saat berbuat dosa, biarlah dia ingat Ida sampai pusing 7 keliling.
Aku sudah memperkirakan tanya jawab tak akan berlangsung lebih dari 5 menit sampai lampu hijau menyala.
Kadang kalau tampang polisinya sangat menyebalkan aku memakai logat jawa atau sunda biar sang polisi tambah bingung.
Dulu aku merasa tak berdosa berkali2 berbuat seperti itu.
Buatku itu adalah pembalasan buat si polisi kotor penilang rakyat tak berduit.
Awalnya si semprul menganggap lucu ulahku,tapi lama2 dia takut juga melihat kenekatanku mempermainkan sang polisi lalu lintas, sehingga lebih seringnya dia sengaja ambil jalur tengah yang jauh dari posisi sang polisi.
Kadang memang aku menganggap diri sebagai sang pembela keadilan.
Dengan bertambahnya usia, sekarang aku malah menganggap ulahku itu dosa dan konyol.
Tapi kepada siapa aku harus minta maaf lha polisinya saja aku tak kenal...
Sayangnya kalau soal konyol ada satu temanku yang jauh lebih konyol.
Benar2 konyol dan nekat.
Namanya Indah, sebenarnya dia temannya Ari, yang merupakan teman dekatku sesama satu kloter saat aku naik haji dulu.
Kalau mau jalan biasanya Indah dan Ari menjemputku di Sentul,saat itu aku masih tinggal di Sentul.
Biasanya aku yang duduk didepan, atau Ari yang duduk didepan sementara Indah selalu menjadi sang supir.
Bila dijalan tol Jagorawi didepan mobil kami ada truk polisi, Indah biasanya selalu tak sabar dan memencet klakson berulang2.
Entah kenapa kami semua alergi dengan yang namanya polisi.
Ari biasanya me lambai2 kan BH dan celana dalam, didepan kaca diatas dashboard.
Karuan saja polisi2 yang ada di belakang truk tersebut  semua nongol dan melotot kearah mobil kami sambil bersiul2 atau entah apalah, pokoknya mirip Tarzan, sambil bergelantungan di tali truk.
Kadang Indah yang bertubuh seksi membuka kemejanya sehingga tinggal tank topnya.
Saat kepala2 polisi sudah menumpuk semua sambil bergelayutan, Indah langsung zigzag mendahului truk polisi diiringi teriakan2 kecewa dari polisi2 di truk itu.
Pertama kali aku kaget melihat aksi mereka.
Rupanya untuk menghindarkan kebosanan di jalan raya, mereka selalu berulah seperti itu, dengan catatan hanya truk polisi yang jadi korbannya.
Ternyata dimobilnya memang selalu disediakan BH dan celana dalam untuk beraksi dilambai2kan.
Gila, sebegitu niatnya mereka mengerjai polisi2 di truknya.
Memang menurutku kedua orang tersebut selalu gila dan nekat dalam beraksi.
Kadang kalau sedang makan dan melihat ada sepasang kekasih kelewatan mesra, salah satu dari kami biasanya langsung beraksi.
Biasanya yang lebih sering beraksi Indah, dengan iming2 dia boleh tidak ikut sharing bayar makanan.
Biasanya sih Indah akting mergoki sang pacar sambil berlinang air mata.
Syukur2 kami tahu nama sang pacar dengan mengintip obrolan mereka, tapi seandainya kami tidak tahu biasanya Indah cuma memanggilnya “ Yang”.
Sekali2nya aku kebagian peran karena kalah hompimpah bertiga.
Ternyata targetku brondong garing.
Lha gak mungkinkan aku pacarnya wong aku  lebih tua ?!
Tapi daripada disuruh bayar denda kalau tidak mau berakting, ya sudah, aku pura2 jadi tante girang.
“ Ya ampun darling, tante kira kamu di Surabaya, bilangnya mau ke Surabaya. Kapan kamu sampai di Jakarta? Suami tante lagi di amrik, malam rabu kerumah ya, kita berangkat bareng ke villa, jam 7 darling. Oh ya ini siapa kok gak dikenalkan sama tante?”
“ Maaf tante siapa ya?” biasanya sang cowok memang selalu bertanya dengan bingung, sementara sang cewek diam sambil melotot sebesar2nya.
“ Ya sudahlah, kalau gak mau kenalkan ke tante. Jangan lupa darling, malam rabu jam 7 tante tunggu ya? Daag...” akupun melenggang ketempat parkir meninggalkan kedua sejoli itu bertengkar.
Aku tidak mungkin mengikuti gaya Indah atau Ari yang seringnya berpura2 hamil dan meminta pertanggung jawaban.
Persahabatan konyol kami akhirnya harus berakhir terpisahkan jarak dan karena ulah adiknya Ari yang meminjam kartu kreditku dan menunggaknya.
Sayang memang, karena tanpa mereka aku tak bisa lagi bersikap konyol.
Herannya untuk tingkahku ini aku tak menganggapnya dosa, niatku toh baik, menjaga martabat wanita.
Masak wanita mau saja dipegang2 dan berciuman dimuka umum?
Seandainya itu dosa mungkin hanya kecil karena niatku baik sebenarnya.


Dear Diary,
Setiap kali bertemu dengan mantan teman SMAku, aku selalu bertanya2, apakah tukang bihun dan bakwan goreng didepan sekolah masih ada?
Jawabnya selalu simpang siur, sementara aku lupa nama tukang warungnya karena disitu ada 3 warung.
Jujur saja aku sering sekali makan bihun dan bakwan goreng 3 mengaku 1, habis ukurannya kecil2, makanya gak pernah cukup kenyang buatku, sementara uang jajanku tak pernah banyak.
Ingin aku datang ke SMA ku dulu, menemui tukang warung itu dan membayar sejumlah uang pengganti kesalahanku dulu.
Tahun ini, aku harus kewarung itu lagi.
Aku janji.
Tak cukup bahagia hidupku bila belum membayar hutang bihun dan bakwan gorengku.
Pada Didi tukang bakwan goreng dikantorpun aku suka lupa, tapi khusus Didi ini sih aku benar2 lupa, karena aku sudah mulai pelupa saat itu.
Biasanya aku membayar Didi  jumlah terbanyak yang kuingat.
Biarlah aku lebih bayar daripada aku berhutang atau kurang bayar.



Dear Diary,
Bila kelak aku bertemu mantan pemimpin bagianku di ADW, di cabang atau pemimpin bagian umum di DLN dulu, aku juga ingin minta maaf, tapi hanya didalam hati.
Dulu bila aku dipanggil mereka yang aku tahu pasti akan dimarahi, biasanya sih aku akan berurai air mata sambil menaruh dadaku diatas meja.
Pose yang kusengaja “menyentuh” nurani, paling tidak mereka biasanya akan iba melihat air mataku yang bercucuran atau tak tahan melihat posisi dadaku yang diatas meja.
Pak Nelson pemimpin ADW bahkan bilang “ Sudah sana Rita, kamu belum diomelin sudah nangis. Sudah pokoknya kamu gak boleh bolos lagi. “
“ Iya pak....baik pak....huuuuu....huuuuu...” jawabku masih sambil menangis.
Jujur saja menghentikan air mata itu susah lho !
“Sudah nangisnya berhenti.” Kata pak Nelson sambil geleng2 kepala.
Reaksi pak Agus alm.pemimpin bagian GSN malah lebih parah.
 “ Loe belum diomelin sudah nangis, aktingnya bagus banget sih. Kayak lagu lama kaset rusak saja. Sudah sana, jangan nangis lagi. Nanti disangka orang2 elo gue apa2in lagi. “
Syukurlah pak Agus masih ingat imagenya.



Dear Diary,
Ada satu dosa tak terampuni yang pernah kulakukan kepada alm suamiku si play boy akut.
Saat itu kami sedang belanja di Carefour Harmoni.
Dia menunggu diluar area belanja tidak ikut masuk kedalam.
Kulihat matanya pecicilan melihat lihat wanita lain yang semuanya memakai baju seksi.
Di Carefour Harmoni mayoritas pengunjungnya memang amoy2 kr disitu daerah chinese.
Bukannya aku cemburu, amit2 deh, aku malah malu, sudah punya istri semontok aku kok gak insaf2 mata keranjangnya.
Coba kalau kebetulan ada teman sekantorku kebetulan datang belanja ke Carefour bagaimana?
Aku kan malu punya suami mata keranjang.
Saat setelah membayar belanja aku dan suamiku masih berdiri berjejer dengan pengunjung lain yang sudah selesai.
Iseng kucolek pantat amoy seksi memakai rok mini yang berdiri didepanku, lalu aku pura2 melihat strook belanja.
Kontan si amoy menengok kearah suamiku sambil mendelik “ Jangan kurang ajar ya pak colek2 pantat saya, sudah tua gak tahu diri, saya laporkan keamanan nanti.! “
“ Ada apa mbak?” tanyaku heran.
“ Itu si bapak ini colek2 pantat saya, kurang ajar banget, sudah tua juga! ”
“ Lho saya gak colek2 kok !” kata suamiku terbata bata.
“ Maafin ya mbak, suami saya memang genit. Maaf ya mbak, nanti biar saya omelin.” Kataku pada si amoy.
“Insaf kenapa sih mas jadi orang, gak dimana mana kalau lihat cewek selalu seperti itu. “ kataku pada suamiku saat sampai mobil, “ Sekali lagi aku lihat mas pecicilan aku kerjain mas lebih dari itu biar digebuki orang. Kalau perlu aku teriaki copet. Mau ?” kataku mengancam.
“ Wong mas gak pecicilan. Adik saja yang cemburuan.” Kata sang play boy akut bela diri.
“ Gak usah ngeles deh mas. Aku gak cemburu, aku malu, mas gak menghargai aku berarti kalau masih pecicilan, padahal ada aku disebelahnya. Ini peringatan terakhir, sekali lagi aku lihat mas pecicilan matanya aku akan teriaki mas copet biar digebuki massa.’ Ancamku.
“ Iya, maafin mas kalau adik jadi malu, mas gak bakal pecicilan lagi deh.” Janji si play boy akut.
Janji yang ditepatinya dengan pasti, tapi didepanku, entah kalau dibelakangku.
Dia tahu aku tak akan pernah berpikir dua kali untuk meneriaki copet kalau sedang kesal.
Walaupun itu dosa, tapi aku tak ingin minta maaf.
Makanya walau aku berkirim doa untuknya dialam sana, aku tak pernah minta maaf, karena aku tak merasa bersalah, istri mana yang tak akan kesal kalau suaminya pecicilan lihat cewek2 amoy, padahal dia sudah tua.



Dear Diary,
Tak terasa waktu telah memasuki tahun baru 2018.
Rangkaian dosa konyol yang teringat olehku, kucatat dalam kertas putih kecil, kuselipkan disela2 surat yasin.
Nanti malam saat aku membaca surat Yasin akan kuselipkan doa memohon ampun terhadap ulah2 konyolku, membohongi orang2 disekitarku, dosa yg kulakukan tanpa alasan apapun, hanya kr iseng.
Tuhan Maha Pengampun, mudah2an aku diampuni.
Amien.

Komentar

Postingan Populer