GOSSIP GIRL

Dear Diary,
Beberapa waktu yang lalu aku sambil menunggu tukang tape langgananku mengobrol dengan tetangga sebelah rumahku.
Aku menyebutnya sang komputer berjalan karena otaknya seperti komputer, pandai berhitung dan hapal semua harga2 barang diluar kepala, baik yang diwarungnya maupun dipasar Ciluer.
Seperti biasa apabila 3 orang wanita bertemu maka yang akan timbul kemudian adalah gosip.
Sayangnya walau dia pandai menghapal harga barang tapi kalau soal urusan gosip dia selalu salah mendengar dan menyampaikannya kembali.
Karuan saja gosip yang kudengar darinya sering kali salah.
Untungnya ada 1 lagi tetangga samping rumah yang mempunyai ingatan tajam tentang gosip, entah kalau tentang harga barang.
“ Bu haji, itu kemarin di kontrakan sebelah sana ada yang meninggal lagi. “ kata bu Juned.
Dia biasa memanggilku bu haji, padahal aku tak pernah bilang kalau aku haji, malu rasanya, haji kok gak bisa mengaji Al Quran.
“ Meninggal kenapa bu Juned ? “ tanyaku.
“ Kayaknya sih dibikin bu. Sudah ada 3 orang yang meninggal dikontrakan itu. Yang pertama tukang baso yang suka mangkal didepan rumah bu haji, yang kedua ibu2 yang kayak cina yang suka belanja diwarung saya, yang ketiga tukang gorengan. Semuanya meninggal tiba2 bu haji. “
Tiba2 bu Jamhir tetangga samping rumahku nyeletuk.
Bu Jamhir itu penjahit pakaian.
“ Itu semuanya kan umurnya sudah tua, sudah sepantaran ibu,” sambil tangannya menunjuk kearahku “ jadi wajar saja kalau meninggal tiba2. Itu kan juga lagi diotopsi polisi bu, belum ada hasilnya.”
“ Tapi itu kan yang punya kontrakannya tadinya orang miskin bu haji, pegawai pabrik biasa saja, tahu2 pas kawin langsung kaya, langsung berhenti kerja dan punya kontrakan banyak. Pasti dia ambil pesugihan bu haji.” Bu Juned masih berupaya memberi info padaku.
“ Ibu jangan sembarangan bikin isu. Saya kenal banget sama si Iwan itu. Dia kan dapat istri orang kaya, makanya dia langsung bikin kontrakan. Gak bu, dia gak ngambil pesugihan.” Tukas bu Jamhir.
Suasana langsung hening, kepalaku pun langsung diam tidak bergerak bergerak, tadinya kepalaku bergerak kekanan dan kekiri mengikuti gerakan sipembicara, antara bu Juned dan bu Jamhir.
Dengan alasan tukang tape gak akan lewat karena sudah siang, akupun masuk kedalam rumah.



Dear Diary,
Berteman dengan penggosip memang enak karena bisa meng up date data terkini tanpa harus silaturahmi kesana kesini.
Aku dalam sekejap bisa tahu siapa pacaran dengan siapa sampai malam hari, siapa yang ditangkap kawin, siapa yang suka berhutang dan tidak pernah mengembalikan, siapa yang akan kawin bulan ini, dan lain lain gosip panas namun belum tentu bisa dipercaya.
Semua harus dipilah pilah.
Kadang info yang kuinginkan cuma secuil, tapi yang diberikan melebar kesana kemari malahan.
Saat kita bercerita dan curhatpun harus kupilah pilah.
Pernah suatu kali tetangga sebelah kiri rumahku kehilangan burung yang harganya  jutaan, dicuri saat pagi subuh  katanya, soalnya malam hari masih ada saat dilihat.
Kabar yang diceritakan malah jadi aneh, bahwa pencuri bisa naik kerumah tetanggaku karena salahku, pagar tembokku rendah sehingga mudah dipanjat.
Lha itu tembok pagar sudah ada sejak jaman kuda gigit besi deh saking lamanya.
Al hasil setiap orang lewat kepasar, selama beberapa hari, kaum ibu selalu berhenti dibatas tembok pagar rumahku dengan tetanggaku yang kecurian itu sambil bisik2 “ iya sih, yang punya rumah bangun pagar temboknya seperti ini, jadi maling bisa gampang loncat. Sampai kapanpun maling bakal loncat dari pagar ini “, seolah olah mereka ahli permalingan.
Seperti saat ini, saat ayah dan ibuku hijrah ke Cikampek kerumah adikku yang bungsu karena ingin berobat, tetangga sebelah langsung mengumumkan secara tidak terang2an bahwa ayah dan ibuku pindah karena tidak betah tinggal denganku.
Whattttt?
Aku malas menanggapinya, toh kalau aku menerangkan pasti jadinya akan lain juga.
Kubiarkan saja gosip itu berkembang.
Kemarin saat sedang belanja tiba2 tetanggaku bilang “ bu ini ada video tentang Ka’bah. Ibu share deh terus dikasih Like atau amin, ibu bisa pergi ke haji lagi. “
Wah kalau ini sih sudah menyesatkan.
Langsung kuterangkan bahwa itu adalah tipuan, cuma jual beli Like dan amin.
“ Tapi di jembatan Pari ada yang naik haji tahun ini karena dia sering share dan Like bu.” Tetanggaku masih ngotot.
“ Mana ada sih bu yang seperti itu. Yang naik haji mungkin yang jualannya Like itu bu. Kalau ada bawa kesini orangnya, saya ganti ongkos ibu deh. Gak ada itu bu, cuma tipu2. “ aku kan memang suka ngeyel, apalagi aku merasa benar dan memang benar, maka pasti aku tetap saja ngeyel 1000 persen.
“ Kalau mau naik haji tanpa biaya sebetulnya sih gampang bu, saya ada tips nya.” Kataku mengalihkan.
“ Gimana caranya bu ?”
“ Ibu kawin sama pak haji, otomatis ibu akan dipanggil bu haji oleh orang2 sekampung.”
Tetanggaku cuma termangu sambil berpikir.
Mungkin disangkanya aku serius.
Melihat ekspresi wajahnya aku jadi teringat ekspresi wajahku saat baru pindah dulu.
Mei 2014, aku lupa tanggalnya, selang 3 bulan setelah pindah rumah, aku berusaha membaur dengan sekitar.
Saat itu Jokowi belum berkuasa, masih SBY di detik detik menjelang akhir pemerintahannya.
Bu Juned dengan muka polos bertanya “ bu haji, itu Megawati memang mantannya SBY ya?”
“ Kenapa bu ?” tanyaku bingung.
“ Gak,  soalnya saya sering banget dengar mantan presiden,  Megawati gak mau salaman sama presiden SBY, gak pernah mau diundang ke istana negara kalau 17 agustusan. Kok mau ya presiden SBY sama Megawati ? Kan jauh lebih cakepan istrinya presiden SBY.”
Untuk sesaat aku tercenung, ini orang bercanda atau tanya betulan sih.
Soalnya aku pernah baca humor seperti ini, entah dimana.
Mungkin wajah tercenung dan bingungku mirip wajah tetanggaku saat kusuruh kawin dengan pak haji.


Dear Diary,
Kalau sekarang aku suka salah mengerti gosip yang beredar aku bisa paham.
Gosip itu memang nikmat setelah di gosok2.
Kalau dalam artian menurutku sih sebaiknya gosip yang diterima memang harus dipilah baik2 dan ditelusuri kebenarannya.
Dikantorku dulu, biasanya sumber gosipku adalah Maureen Bella , Bella itu nama anjingnya, namanya hanya Maureen, teman abadiku.
Kalau dia memberi info tentang gosip bonus atau THR, biasanya aku bertanya sumber gosipnya darimana.
Kalau dia bilang dari lingkungan Direksi, entah sekretaris, pelayan atau cleaning service sekalipun, maka prosentasi pasti terjadinya bisa mencapai 90 %.
Apalagi kalau gosipnya berasal dari hasil rapat, wah pasti 100 % akan terjadi.
Tapi kalau cuma dari teman2 di Divisi terkait, yah...palingan itu isu2 yang membawa bahagia saja, belum tentu terjadi.
Paling itu cuma usulan.
Yang paling sering terjadi adalah gosip tentang mutasi.
Sumbernya bukan dari unit kepegawaian pastinya, tapi yang jelas kami para bawahan selalu lebih tahu dari yang di mutasi.
Akupun pernah sekali mengalami gosip pahit.
Gosip pertama saat laptop kantor yang butut hilang.
Saat itu ada rapat Pra kaji ulang di hotel Shafira Bogor.
Aku kebetulan kebagian tugas jadi sekretaris dan bendahara.
Saat laptop dikantor yang dipinjam saat rapat tersebut hilang, semua menuduhku, gak semua sih tapi cuma Dian Maulana yang menuduhku.
Aku kaget setengah mati.
Tugasku kan cuma sekretaris dan bendahara, ngapain juga mengurusi soal laptop, bukan tugasku.
Yang membuatku yakin, saat itu aku tinggal di Sentul, daerah terdekat dengan Bogor, jadi aku yang paling terakhir pulang dengan Apip, teknisi kantor.
Kuyakinkan semua barang2 sudah masuk kemobil dinas, tak ada yang tertinggal di hotel apalagi di kantor cabang Bogor.
Barang2 yang dipinjam dari cabang Bogor pun kuyakini sudah betul2 dikembalikan.
Dan menurut penuturan Apip, laptop dan semua barang2 lain sudah dimasukkan kedalam ruang WPC, satu2nya ruang yang mempunyai kunci.
Tapi apalah kami ini.
Mana pernah ada suara pegawai didengar oleh atasan.
Dian Maulana lebih didengar suaranya oleh atasan, karena aku bukan si penjilat ulung dan tak akan pernah menjilat atasan, satu2nya yang pernah kujilati hanya suamiku, dulu.
Secara logika, ngapain pula aku ambil laptop butut yg seringkali hang, kalau dirumahku ada komputer dan laptop canggih.
Suami keduaku yang konsultan dan suka menulis sangat menyukai komputer canggih.
Harga diriku lebih dari sebuah laptop.
Laptop butut pula yang usianya sudah 3 tahun lebih.
Untuk apa ?
Setelah proses panjang dan lama yang berbelit2 dengan berbagai surat tuduhan, berbagai surat jawaban dan pembelaan dengan dilampiri bukti2, akhirnya diputuskan bahwa kami semua panitia yang 19 orang itu tanggung renteng untuk menggantinya.
Karena banyak pegawai yang sudah pensiun dan meninggal akhirnya tanggung renteng dibagi rata dengan 9 orang panitia tersisa, masing2 rp. 300 ribu.
Aku mencurigai petugas di unit pemilik laptop sebetulnya, yang menuduhku, saat itu dia masih asisten.
Bukan hal aneh soal tipu2 dikantorku, mengingat saat penggantian komputer kantor yang ratusan jumlahnya, berasal dari seluruh cabang dan wilayah, karena ada perubahan PC dari Boss ke Online kalau tidak salah, aku kurang mengetahui teknis, saat pemeriksaan sidak ditemui bahwa ratusan mother board komputer dalam keadaan kosong dan sudah diambil isinya, entah oleh siapa.
Yang seperti dugaanku, pasti yang mengerti komputer dan mengerti harganyalah yang mengutak atik hal itu.
Sayangnya hal tersebut tidak dimencuatkan.
Bukan hal aneh juga kalau sering terjadi pencurian dikantorku.
Dulu wakil pemimpinku pak Momon Sudirman pernah menyimpan uang didalam laci meja sebanyak 5 juta, tapi karena terburu2 lupa dibawa pulang.
Saat itu hari Jumat.
Saat Senin dibuka lacinya, uangnya sudah hilang.
Belum lagi charger2 HP, dulu charger HP masih mahal.
Sayangnya yang hilang selalu yang original, yang imitasi malah ditaruh berhari2 dimeja tidak pernah ada yang hilang.
IPOD ku juga pernah hilang, juga HP Nokia, saat itu masih jamannya Nokia.
Sampai kini belum diketahui siapakah pencuri laptop butut tersebut, apakah sama dengan pencuri charger dan HP atau sama dengan pencuri hard disk komputer kantor atau sama dengan yang menuduhku.
Biarkan Tuhan membalasnya.



Dear Diary,
Berlawanan dengan sifat2 wanita pada umumnya, aku lebih suka ditanya langsung, dan akupun akan menjelaskannya secara langsung.
Daripada menggosipkan dari belakang, rasanya sakit sekali.
Pernah saat masih bau kencur, saat masih di Divisi Internasional, DLN dulu namanya, aku sedang di WC wanita.
Bukannya aku sedang menikmati suasana WC, aku memang punya penakit ambeien sehingga susah saat buang air besar.
Tiba2 kudengar suara alm.mbak Lestari sedang menggosipkan aku dengan Aida Saskia dan Rina.
Aku sengaja ehem2 dari dalam WC.
Alm.mbak Lestari dengan jantan minta maaf, entah tersipu2 entah tidak, aku kurang jelas kr kulitnya kan hitam jadi tidak jelas apakah merona atau tidak.
Aku maafkan, oke, gak masalah.
Hubungan baik tetap berlanjut walau ada setitik duri.
Tapi hubunganku dengan kedua gossip girl, Aida Saskia dan Rina menjadi jauh dan makin menjauh, seolah ada dendam tak terucap.
Dahsatnya gosip.
Aku tak pernah menanggapinya dengan bijak dan sabar.
Mungkin itu sebabnya aku tak pernah bisa menjadi aktris, padahal aku sempat ikut shooting film remaja dengan Emilia Contessa, aku lupa judulnya.
Cuma menemani jalan sepulang Emilia Contessa sekolah, aku dapat 5 ribu perak.
Untuk sebulan dua bulan aku sempat bercita2 menjadi aktris, kupikir aku punya bakat besar karena aku suka sekali mengibuli orang.
Kalau ratmi B-29 yang jelek bisa jadi artis kenapa aku tidak ?
Itu pikirku.
Aku di shoot setelah menunggu berjam2, setelah mukaku tebal dibedaki pakai spons dekil.
Berbulan2 kemudian saat kulihat filmnya, adeganku tak muncul, padahal aku sudah bilang ke semua teman2 SMPku.
Hanya sekali itu dan tak akan pernah lagi.
Menunggu lama, dibedaki spons dekil bekas pakai ratusan orang, belum tentu muncul pula di filmnya.
Pupus sudah cita2ku.
Cuma 2 bulan aku bercita2 jadi aktris.



Dear Diary,
Saat ini gosip paling hangat tentangku adalah : aku mau kawin lagi, mengingat ada laki2 yang menginap dan keluar masuk dirumahku.
Lha iya lah, aku kan ibu kost.
Semula cita2ku mendirikan kost ini untuk tujuan mulia, aku hanya menerima putri, dan muslim saja.
Soal bayaran tak masalah, toh uang bukan hal yang utama lagi buatku, aku selalu lebih dari cukup.
Sayangnya tidak ada wanita muslim yang mau kost, adanya pegawai hotel, kr rumahku dekat dengan hotel M-One.
Aku malas buka tutup pintu tengah malam.
Akhirnya kuterima juga kost untuk pria, yang penting orang baik2 daripada kost ku kosong, mengundang hantu menempati 7 kamar kostku sementara 3 kamar lainnya untuk aku dan anakku.
Beberapa hari yang lalu ada yang ingin kost, laki2 usia 40 an lah, namanya Aries.
Rumahnya terlalu jauh dr kantornya.
Masuk akal untukku, aku toh juga begitu dulu.
Kuterima setelah kuperiksa KTPnya.
Sialnya aku lupa memberi tahu gossip girl disekitar rumahku.
Jadi beredarlah isu aku dekat dengan laki2, terakhir kudengar, aku sudah serumah pula.
Ya serumahlah, masak diatas genteng, jawabku dalam hati.
Aku tak peduli dan tak berniat menerangkan, kupikir palingan mereka akan tanya2 ke Dini anakku.
Kini saat aku diterpa gosip, aku sudah lebih tenang.
Pengalaman memang guru terbaik.
Sambil bercanda kubilang pada Dini, “ jadi orang terkenal memang begitu Din, selalu digosipin.”
“ Tapi kan gak enak dengarnya bu “ kata Dini. “ Dini jadi geregetan ”.
“ Terus mau diapain lagi? Yang penting tidak betul. Tua2 begini ibu juga kan punya selera. Biarain ajalah, kita toh gak minta makan sama mereka. Lagipula dosa kita jadi berkurang kalau diomongin orang Din. “
Hidup memang harus terus berlanjut, digosipi atau tidak.
Yah anggap saja aku selebritis dikampung ini.
Ada yang mau minta tanda tangan ?

Komentar

Postingan Populer