IBUKU WANITA KUAT
Dear Diary,
Dulu ibu bernama Theresia Isnarumilah, kata ibu Isnarumilah itu nama mantan pacar ayahnya, Harry.
Karena ayahnya nasrani maka ibupun ikut memeluk agama nasrani.
Kelak setelah muslim nama ibu diganti menjadi Trisnowati oleh ayah angkatnya, Sutrisno.
Diusia 76 tahun, walau punggungnya sudah agak bungkuk, ibu makin lama dan kuat beribadah.
Eh tapi jangan bilang ibuku kalau punggungnya sudah agak bungkuk, ibu pasti marah.
"Ibu gak bungkuk kok. Ini karena ibu kebanyakan sholat malam."
Wah kok sholat malam dijadikan alasan?
Awalnya aku agak protes kr punggung membungkuk itu wajar kr usia tua, bukan kr sholat malam.
Tapi karena ibu bersikukuh dan suasana memanas akhirnya alasan soal punggung bungkuk tidak berani kuprotes lagi.
Dear Diary,
Gara2 melihat fenomena gerhana matahari aku tiba2 ingat kiamat dan alam kubur.
Sejak kakiku sakit dan tidak bisa sholat berdiri hampir setahun yang lalu, aku jarang sholat malam.
Jadilah aku berniat insaf dan memperbanyak ibadah.
Àku minta ibu membangunkanku saat ibu mau sholat malam.
Jam 1.20 ibu mengetuk pintu kamarku membangunkanku.
Kulihat jam.
Wah ini sih masih terlalu malam.
Dulu aku biasa bangun jam 3 agar bisa lanjut sholat subuh.
Dengan terkantuk2 setelah membasuh muka aku sholat bareng dengan ibu.
Sengaja selalu kupilih sholat disudut agar nikmat buat senderan, sementara ibu didepanku.
Jam 1.30 ibu kulihat sudah sholat.
Akupun mulai sholat.
Jam 2 : semua sholat yg kubisa sudah kujalankan.
Jam 3 : semua bacaan doa, wiridan yg kubisa sudah kubaca, sambil menyontek dari buku pintar tentunya.
Kakiku sudah mulai kesemutan, sementara kulihat ibu malah baru selesai sholat dan akan mulai membaca Al Quran.
Tànpa rasa malu aku menyerah kalah.
Aku tidur2an di mushola sementara ibu melantunkan ayat2 Al Quran didepanku.
Ibu tak tahu aku sudah menyerah kalah.
Walau ngantuk dan terkantuk2, aku tak bisa tidur pulas.
Suara ibu lirih membaca Al Quran sangat indah didengar.
Betapa berbedanya suara ibuku saat sedang marah2 pada ayah dan anak2nya.
Tak ada suara garang, cempreng dengan oktaf tinggi seperti biasa saat ibu marah, yang ada adalah suara mengalun indah, lirih dan ...merdu.
Rasanya seperti mimpi.
Memang biasanya ibu membaca Al Quran sehabis sholat wajib, tapi tak seperti ini indahnya.
Mungkin karena pada saat itu suasana mushola ramai saling bersahut2an antara Dini, aku dan ayah membaca ayat2 lain sehingga kesahduan dan keindahan suara ibu melantunkan kitab suci tak terperhatikan olehku.
Bukan aku bermaksud riya saat menulis ini, sungguh.
Ini adalah ungkapan kekagumanku mendengar suara ibu melantunkan ayat2 suci sementara disiang hari aku terbiasa mendengar suara ibu memarahi ayah.
Betapa berbedanya ibuku.
Barusan aku tergoda pikiran jahil, siapa tahu ibu setiap malam kesurupan sufi dari alam sana sehingga menjadi seperti ini.
Tapi rasanya tidak mungkin ibu kesurupan sufi karena tiba2 badanku digoyang2 ibu dengan sepenuh tenaga agar bangun sambil mengomeliku dengan suara khasnya "bangun Da. Bangun. Sana ambil air wudhu lagi, sudah subuh. Katanya mau sholat malam kok malah tidur."
Saat melihat ibu mengomel seperti ini pikiranku bahwa ibu kesurupan sufi langsung sirna.
Mana ada sufi ngomel2 pikirku.
Sejak jam 1.30 sampai jam 4.30.ibu sholat malam dan membaca Al Quran.
3 jam penuh.
Itu kalau sholat subuh jam 4.30 kalau mundur makin lama lagi ibuku beribadah karena ibu otomatis bangun jam 1.20 malam.
Setiap malam seperti itu, 3 jam terus menerus membungkuk diatas sajadah membuatku yakin bahwa punggung ibu membungkuk memang karena itu.
Kelak aku tak akan mendebat punggung ibuku lagi, aku janji.
Setelah sholat subuh aku buru2 bangkit untuk tidur dan menulis status ini mumpung kekagumanku pada suara ibu masih ada, sementara itu ibu kulihat masih duduk diatas sajadah, melanjutkan bacaannya sampai fajar menyingsing.
Aku menyerah kalah.
Ibuku ternyata wanita kuat.
Aku ingin lebih kuat dari ibu bila seusia ibu nanti, janjiku sebelum pergi tidur, entah pada siapa aku berjanji, mungkin hanya pada jempol kakiku.
Mataku sudah tak kuat lagi.
Aku memang tak sekuat ibu Dear Diary....
Komentar
Posting Komentar