JADI GURU ITU TIDAK MUDAH
Dear Diary,
Si Semprul bapaknya anak2 itu berjiwa pendidik.
Walaupun dia sempat mau jadi pengacara dan sempat magang jadi pengacara di kantor pengacara Rufinus di Kuningan, tapi dia tetap tidak ingin melepaskan pekerjaannya sebagai guru.
Saat itu dia selain menjadi guru juga menjadi wakil kepala sekolah di salah satu SMK di Tanah Abang 2, Jakarta Pusat.
Kalau sudah musim ulangan, dia pasti keteteran memeriksa ulangan murid2nya, dan ujung2nya pasti dia meminta bantuanku untuk memeriksa ulangan murid2nya.
Dengan memakai plastik yang diphotocopy seperti lembar jawaban, cuma bedanya pada jawaban yang dianggap betul sudah dibolongi dan aku tinggal memberi tanda silang dengan memakai spidol merah.
Bila ada jawaban yang double, intruksinya jelas : anggap itu salah.
Bila ada jawaban yang tulisannya jelek dibagian essay, intruksinya juga jelas : kurangi nilainya.
Sebagai guru si semprul memang kaku dan tidak ada pengecualian.
Buat si semprul, bila ada murid yang berani membohongi guru dengan memberi 2 jawaban adalah haram dan tak ada ampun akan jadi pesakitan sampai tahun ajaran berakhir.
Kalau saat melihat murid2nya berbaik2 dengan si semprul, rasanya ingin aku menasehati dan bilang bahwa itu percuma, karena si bapak guru itu tetap akan menilaimu dengan jelek bila memang jelek.
Dua hal itulah yang membuat si semprul memberi nilai aduhai pelit.
Berbohong dan tulisan jelek.
Dia bilang karena tulisannya jelek dan sudah membuat pusing kepala saat membacanya, guru berhak mengurangi nilainya sebagai pengganti obat sakit kepala.
Kadang aku membatin “ kayak tulisannya cakep aja nih orang “, ya karena memang tulisannya si semprul itu sangat sulit dbaca, kadang huruf B saja berjauhan bulatannya, huruf E seperti G.
Si semprul tak pernah menjadi guru idola Dear Diary, dulu malah dia pernah didemo murid2nya karena memberi nilai rendah dan pelit.
Saat aku tinggal dirumah dinas guru, mobil yang biasanya diparkir dihalaman sekolah kadang dibaret baret oleh muridnya, herannya si pembaret selalu saja bisa terlacak oleh si semprul.
Begitu banyak murid yang antipati, hanya murid2 wanita saja yang rasanya mengidolakannya.
Pernah ada murid wanita cantik dan baik, aku ingat namanya Susana karena dia sering main dengan anakku si tengah dan si bungsu, curhat bahwa dia sudah berbaik2 dengan si semprul tapi nilainya tetap saja jelek.
Aku hanya bisa menasehati bahwa gurunya itu orang yang obyektif, kalau nilainya jelek walaupun dekat tetap akan dinilai jelek.
Tapi ada 1 kejadian yang membuatku bertanya2 bahwa jangan2 si semprul ini psikopat.
Saat itu rumah kami masih di Beji Timur Depok, dan masih belum selesai, maklumlah pengerjaan finishing rumah baru bisa kami lakukan berdua diwaktu libur, hari minggu saja.
Seperti biasa aku tidak akan mau kerja yang kena matahari karena takut kulitku hitam, bagian luar rumah itu tugasnya si semprul.
Aku ingat si semprul mengeluarkan cat2 dan kuas bersiap2 untuk mengecat.
Aku sempat sewot karena kulihat ada 2 kuas dan ember cat disiapkan.
“ Gue gak mau deh Lik nge cat bagian luar, gue gak mau kulit gue hitam.” Kataku.
Saat itu tahun 1987, kami masih penganten baru dan masih ber gue elo atau kadang2 saling memanggil nama, Rita – Lilik kalau sedang mesra, kalau sedang kesal saling memanggil “ dik Lilik “ panggilanku buat si semprul dan dia akan memanggilku “ mbak Rita “, maklumlah aku memang lebih tua 2 tahun darinya.
“ Tenang Rit, itu disiapin buat anak2 murid kok. Nanti jam 7 ada 2 orang murid yang bakal datang, mau disuruh nge cat luar rumah.”
“ Gila lo, kita kan gak punya duit, bayar pakai apa upah mereka?”
Saat itu kami memang masih miskin, masih benar2 irit se irit2nya, yang penting rumah cepat selesai.
“ Gak usah dibayar, ngapain dibayar. Itu anak2 yang terpaksa dinaikkan kelas karena kuota, padahal mereka seharusnya tidak naik kelas. Enak saja dinaikkan cuma2, biar saja mereka nge cat rumah, hukuman karena selama ini sudah malas belajar.”
Aku hanya bisa melongo mendengar penjelasan si semprul.
Baru belakangan kemudian aku bisa mengerti dan maklum akan sikapnya, bahwa ada hal2 yang tidak bisa diputuskan sendiri, seperti jumlah murid yang naik atau tidak naik, walau dia wakil kepala seolah dan anak pemilik sekolah sekalipun.
Tapi soal kejujuran sebagai guru si semprul patut diacungi jempol.
Saat2 menjelang kenaikan kelas biasanya banyak murid yang datang kerumah membawa makanan atau hadiah kerumah kami di Depok.
Walau miskin dia melarangku menerima hadiah, kecuali yang sudah terlanjur diterima, dan besoknya dia akan mencak2 melarang pemberian hadiah apapun kepada guru.
Aku tahu pasti si semprul melakukannya karena dia tahu murid2 yang bersekolah disekolahnya rata2 mempunyai orang tua yang miskin dan hidup dibawah garis kemiskinan.
Kalau berbicara soal keuangan murid, setiap tahun ajaran baru si semprul selalu memintaku agar mencari orang yang mau menjadi orang tua asuh.
Dan biasanya aku meminjam nama temanku, pura2 menjadi orang tua asuh, padahal sih uangnya berasal dariku.
Entah si semprul tahu atau tidak, tapi kalau direwind ingatanku rasanya dia pura2 tidak tahu, mustahil dia tidak tahu gajiku berkurang karenanya.
Itu contoh terdekat guru yang kukenal, guru yang baik, tegas dan obyektif.
Dear Diary,
Guru lain yang kukagumi adalah guru SMA ku saat aku bersekolah di SMAN Cibinong, pak Uci Sanusi dan bu Syafni Jadib.
Aku lupa pak Uci mengajar apa, yang jelas dia selalu ada saat pelajaran kosong.
Caranya mengajar tidak berdasarkan text book, tapi diselipkan kondisi indonesia dan dunia, saat itu sedang ramai embargo minyak oleh dunia arab.
Belum lagi dia juga menyelipkan cerita2 agak porno dalam pengajarannya, sehingga tidak membosankan untukku.
Bu Syafnie Jadib yang juga menjadi idolaku adalah guru bahasa inggrisku.
Aku tak pernah mendapat nilai dibawah 8 dalam pelajarannya.
Bukan, bukan karena aku pintar bahasa inggris, tapi karena aku rajin belajar.
Semalam sebelumnya biasanya aku belajar, mempelajari yang telah diajarkan dan mempelajari yang akan diajarkan.
Dulu pelajaran bahasa Inggrisnya cuma bersumber dari 1 buku saja, Student Book, yang tebalnya setebal kamus bahasa inggris.
Mungkin bu Syafni menyukaiku karena aku satu2nya yang mengerti saat pelajaran baru diajarkan.
La iyalah, kan aku sudah belajar semalam.
Bu Syafni Jadib itu si semprul versi wanita menurutku, sayangnya aku saat itu belum kenal si semprul.
Galak, tanpa senyum tapi obyektif.
Di SMA itu aku juga mempunyai wali kelas, pak Basyharudin Thayeb namanya.
Guru Tata Buku dan Hitung Dagang, selain juga guru kursusku.
Walaupun pak Basyhar bagus cara mengajarnya dan aku selalu mendapat nilai terbaik dipelajaran Tata Buku dan Hitung Dagang, anehnya dia bukan guru idolaku, mungkin karena wajahnya.
Memandang wajah pak Basyhar serasa memandang wajahku versi cowok, hidungnya minimalis, dan aku tak suka diingatkan kekuranganku.
Jadi begitulah, aku mengidolakan guru2 yang bukan idola murid lain, melawan arus yang ada.
Buatku bu Syafni Jadib adalah guru yang bisa membangkitkan minat murid.
Ada 1 guru yang juga kukagumi, guru SD anakku di SDN Cideng 10 pagi, namanya pak Wan, aku lupa nama lengkapnya.
Galaknya minta ampun, tapi bagus dan sepenuh hati cara mengajarnya.
Banyak orang tua murid protes dengan cara mengajarnya.
Aku juga pernah protes dengan cara pak Wan mengajar, saat si tengah dilempar tas ranselnya.
Aku bilang padanya bahwa sebagai orang tua aku keberatan anakku ditampar atau dikasari oleh guru, tapi bila anakku salah sampaikan saja, biar aku yang menasehatinya.
Sejak saat itu pak Wan tidak pernah lagi melakukan kekerasan fisik kepada anak2ku, tapi diluar caranya mengajar yang agak temperamental, dia adalah guru yang baik.
Dear Diary,
Tahun 2006, saat di BNI sedang digalakkan program pelatihan massive training untuk meningkatkan service layanan, aku juga sempat merasakan mengajar pegawai2 BNI, khusus Satpam.
Aku sudah minta dengan sangat pada bos ku, pak Agus Kusbrijantono, agar jangan mengajar untuk kelas Satpam, aku ingin ditempatkan di kelas Teller atau Customer Service saja.
Apa daya, pak Agus malah menolak mentah2 usulku dan bilang “ Lo harus ngajar Satpam, kalau lo ngajar Teller, bisa2 pada nangis itu Teller sama elo. Cuma Satpam yang bisa menerima gaya lo yang keras.”
Waduh, masak sih aku keras?
Rasanya aku wanita paling lembut sedunia, dikantor kalau tidak benar2 tersakiti atau terinjak saja biasanya aku malah menjauh dan menyendiri, kok bisa2nya pak Agus bilang aku keras?
Yah ternyata memang gaya mengajarku keras dan menggebu2, dengan sepenuh hati.
Aku ingin Satpam yang kuajar menguasai standar layanan dan menjadi lebih baik lagi dalam melayani nasabah.
Tapi sudahlah, akhirnya aku toh benar2 merasa lega saat massive training akhirnya berlalu.
Selama mengajar tensiku naik, aku merasa sia2 dan tak berhasil kalau muridku tidak mendengarkan dan malah mengobrol sendiri.
Kalau ada yang seperti itu biasanya aku langsung menyuruhnya mengajar didepan kelas, dan biasanya itu ampuh untuk membuat murid2ku fokus kepada pelajaran.
Jujur saja bila aku yang menjadi murid didalam pelatihan2 dikantorku, aku tak pernah tertidur betapapun membosankannya sang guru.
Aku juga tak pernah mengobrol atau sekedar main2 HP dan tidak mempedulikan guru.
Bila kantuk datang atau bosan menjelang, biasanya aku langsung membayangkan sang guru dalam keadaan bugil, atau sedang dimarahi istri atau suaminya karena uang belanja kurang.
Bila lamunanku tentang bugil itu masih membuatku mengantuk maka jalan satu2nya adalah banyak bertanya pada sang guru.
Sebandel2nya aku, aku tak pernah mau menyia2kan kesempatan belajar yang diberikan oleh kantorku.
Aku membayangkan susahnya sang guru mengajariku, rasa kasihan bila tidak didengarkan, rasa simpati karena sudah bersusah payah mau mengajar orang2 yang tidak mau mendengar.
Ya aku memang murid yang baik, karena aku pernah punya suami guru, juga karena aku haus ilmu.
Tolong, hargailah guru.
Bila tak suka dengan materi pelajaran atau tak enak cara mengajarnya, bantulah dengan banyak bertanya agar menjadi fokus dan enak.
Guru akan merasa diperhatikan bila ada murid yang mau bertanya.
Bersuara berjam jam, berdiri berjam jam hanya untuk tidak didengarkan.
Kasihan guru.
Hargailah guru, bila ingin dihargai.
Aku pernah merasakannya, sekejap.
Komentar
Posting Komentar