KEADILAN BUKAN UNTUK RAKYAT :
Tadi pagi keheningan sakral dirumahku terganggu dengan suara buldoser, klakson yang menjerit2 dan bunyi knalpot motor Valentino Rossi ala Indonesia yang tak sabar.
Aku masih tak sadar, aku sadar saat depan rumahku dipenuhi orang bersesak sesak menonton adegan pembuldoseran warung tempat steam motor sepanjang jalan raya.
Sayangnya yg dibuldoser hanya warung2 milik rakyat kecil, lapak tempat pengepul sampah milik orang Madura kaya raya malah tidak disentuh.
Padahal tumpukan sampah itu pernah membakar gardu listrik didekatnya sehingga listrik disekitar jl raya Bogor lama mati seharian.
Secara berlebihan si kaya pemilik lapak sampah mengobrol tertawa dengan komandan satpol PP dan pak Camat.
Padahal dulu, seminggu setelah gardu kebakaran karena ulahnya, aku dan puluhan warga sepanjang sungai sudah mengajukan petisi dilampiri photo coy KTP masing2 penanda tangan.
Petisi tak bergaung, konon setelah pemilik lapak didatang petugas, tak lama kemudian sang petugas malah tertawa2.
Dugaan kami yang melihatnya mereka pasti habis menerima suap.
Yah begitulah nasib sang rakyat.
Sekarang tukang mie didepan gang rumahku sudah tidak ada.
Aku sekarang bingung bila ada yg mau kerumahku, karena biasanya ancer2nya adalah "diseberang pabrik....ada tempat steam motor, terus ada warung kelapa muda, terus ada warung mie ayam, nah dekat warung mie ayam ada jembatan Golkar. Nah didepan jembatan itu rumahku yang warnanya kuning Golkar."
Sedih rasanya harus mencari2 ancer2 lagi.
Beginilah nasib rakyat kecil, punya rumah tapi tak punya ancer2 pastinya...
Komentar
Posting Komentar