KEJAMNYA GOSIP LEBIH KEJAM DARIPADA KENYATAAN

Dear Diary,
Dimana mana slalu ada gosip, terutama dibalik dinding kamar mandi, melalui telpon intern, melalui sms dan BBM. Gosip terparah apabila diucapkan oleh unsur pimpinan atau yg lebih tinggi dari kita, itu menjadikannya seolah olah kenyataan. 
Aku mengalaminya berkali2. 
Secara tidak sadar itu yg menyebabkan aku menjadi suka bergosip, untuk mengantisipasi keadaan.



Dear Diary,
Saat baru pindah dr SMAN 8 Bukit Duri ke SMAN Cibinong, aku berkali2 dipanggil guru BP. 
Pertanyaannya cuma 2: 
Apa betul aku pacaran setiap malam sehingga kl sekolah selalu kuyu.
Apa betul aku kumpul kebo dan sudah serumah dg pacarku? 
Aku sedih ditanya seperti itu. 
Aku kuyu kr aku lapar. 
Kadang saat pagi sebelum berangkat sekolah sarapan yg disediakan ibu tidak cukup banyak. 
Uang jajan pun kadang tidak cukup dibagi. 
Dan slalu si sulung yg harus mengalah. 
Alasannya cuma itu. 
Pacaran? 
Apalagi sampai kumpul kebo? 
Bisa digebuki pakai sapu oleh ibuku. 
Pacaran cuma boleh malam minggu, itupun cuma sampai jam 9 malam. 
Diatas meja tamu selalu ada jam wekker yg ayah taruh dan otomatis akan berbunyi jam 9 tepat. 
Aku ingat guru itu, wanita kecil, kurus berjilbab dan bergincu tebal warna merah pelacur. 
Sampai kapanpun akan kuingat sang guru BP. 
Tidakkah dia tahu kl tuduhannya menghancurkan semangatku, dan malah menimbulkan gosip2 yg tadinya tidak ada menjadi ada, membuatku rendah diri menghadapi tatapan teman2ku. 
Semua bilang aku si anak baru itu sombong, mentang2 pindahan dr Jakarta. 
Padahal aku malah rendah diri kr tuduhan guru BP yg entah dari mana asalnya. 
Kumpul kebo? 
Ciumanpun masih curi2 kr disemua sudut rumah dipasang lampu neon seterang terangnya oleh ayah.




Dear Diary,
Gosip pertamaku di BNI saat aku jatuh dr tangga di KCU Jakarta Kota. 
Aku digosipkan ingin bunuh diri. 
Tangga KCU Jakarta Kota kan cuma selantai, dan aku rasanya tidak sebodoh itu bunuh diri disitu. 
Bukannya mati malah benjut2 yg ada. 
Apalagi saat di pergelangan tanganku ditemukan bekas2 sayatan. 
Pernahkah aku cerita bhw saat itu di BNI banyak beredar obat2an, bermacam2 pil dan morphin. 
Itu salah satu kiatku mendapatkannya bila tak punya uang, barangkali saja tersisa dipembuluh darahku. 
Cuma goresan2 kecil yg kubuat, dan bukan di nadiku. 
Gosip itu aku ingat diutarakan oleh petugas di poliklinik. Akhirnya aku dirujuk di bagian syaraf dan yg lebih gawat aku dibilang sakit syaraf. 
Hello, bagian syaraf itu bukan bagian jiwa. 
Kl gila aku pasti dirawat di bagian jiwa deh. 
Dahsyatnya gosip, apalagi kl dilakukan oleh yg berhak, dan didengar oleh yg tidak mengerti. 
Sampai sekarang aku masih lebih sering ke dokter penyakit syaraf. 
Aku 2 kali malah pernah dirawat di RSPP kr syaraf kejepit. Kaki ku pun sekarang diobati oleh dokter syaraf. 
Dulu aku ingin teriak diatas atap gedung BNI, meneriakan ketidak adilan ini. 
Sayangnya aku takut ketinggian. 
Lagipula jangan2 aku dibilang mau bunuh diri.
Gosip tersakit saat aku habis menikah. 
Saat itu aku masih jd teller KCU Jakarta Kota. 
Pak Daud, pemimpin kas, sambil menarik2 tali BH ku daru belakang, bilang "Rita habis kawin baru sebulan kok perutnya sdh gendut ya? Hamil duluan ya?" Aku meradang marah. Aku bilang " pak kl mau dihargai orang tolong belajar menghargai orang. Bagaimana saya bisa menghargai bapak kl bapak gak bisa menghargai saya? Tolong jangan asal bicara pak."sambil kutepis tangannya yg masih menarik narik tali BH ku dari belakang. 
Krn diucapkan seorang pimpinan, itu seakan2 jadi pembenaran. 
Untunglah aku baru hamil setelah 2 thn menikah. 
Tapi kehancuran dan rasa malu yg kualami berbulan2 kr tuduhan pak Daud Syah membuat aku berkubang dalam kesedihan.



Dear Diary,
Banyak gosip2 dan tuduhan yg kualami saat bekerja di BNI. Yg tidak terlupakan saat temanku Edi Rosa memaksa memeriksa laci2 mejaku krn Nota Intern yg dia buat hilang. Untuk apa aku lakukan itu? 
Lewat mejanyapun aku emoh. 
Saat itu aku memang sedang berselisih paham dg pimpinan unitnya TJ. 
Ternyata memang tidak ada disitu Nota Internya. Sayangnya kejadian ini tidak membuka matanya bahwa yg membenci dia bukan cuma aku. 
Kalau aku benci seseorang, menatapnya pun aku enggan, sedapat mungkin kuhindari. 
Untuk apa juga aku ambil Nota Internnya. 
Tidak ada untungnya buatku. 
Kejadian hilang Nota Inern atau voucher2 sampai sekarang masih sering terjadi di BNI. 
Bukan kr ada yg membenci kurasa, tapi kr kurang tertib administrasi.
Ada lagi gosip lain, gosip soal mutasi.
Gosip2 soal mutasi, si A dipindah kemana, si B dipindah kemana itu kuakui paling sering kulakukan. 
Aku memperolehnya dr sumbernya langsung. 
Aku biasa menginterogasi saat di Unit KIW dan HKW di wil. 10, sehingga dg mudah bisa mengorek info tanpa disadari. Tapi saat aku di konfrontir oleh Pemimpin Wilayah saat itu, Agus Kabul 'kabur' Cahyono, tak pernah sekalipun aku ungkapkan sumbernya. 
Aku malah balik bertanya "ini di BNI pak. Jarum jatuh sekalipun akan terdengar. Bapak mau pindah kemanapun kita semua sudah tahu." 
Bukannya aku tak mau menjawab, kr aku memang tidak dpt info secara sadar, ini hasil aku mengorek korek.



Dear Diary,
Masa2 bergosip di BNI sudah usai dengan pensiunnya aku,, walau sampai sekarang saat saling menelpon selalu saja ada info dan gosip yg disampaikan. 
Jadi walau aku pensiun, aku masih tahu gosip siapa melecehkan siapa, siapa pinjam uang dan ngemplang pd siapa. 
Itulah dahsyatnya gosip. 
Belum tentu benar memang. 
Gosip yg baik adalah gosip yg dipilah2 dulu kebenarannya, yg dianalisa dulu keterkaitannya. 
Mudah2an penggosip penerusku tidak asal bergosip. 
Sakit rasanya kl tidak benar. Bergosip di BNI itu perlu sekali, untuk mengetahui dan antisipasi keadaan. 
Kalau kita tidak bergosip, mana kita tahu kalau calon pemimpin kita ternyata lesbian atau biseks? 
Dengan adanya gosip kita jadi mempersiapkan diri kita utk keadaan terburuk. 
Itu makna bergosip untukku.
Aku tidak salahkan Dear Diary ?

Komentar

Postingan Populer