6. KENANGAN TERINDAH : DI BNI MARGONDA 1990 -1994 :



Dear Diary,
Di tahun 1989 di BNI  ada penawaran pegawai utk mutasi ke cabang BNI dekat rumah pegawai. Segera kusambar kesempatan itu mengingat saat itu rumahku di jl. Nusa Indah, Beji Timur sementara kantorku di BNI Matraman.
Untung langsung diperbolehkan, padahal biasanya bosku AA sangat pelit melepas pegawai.
Teman2 bilang itu kr pak AA gerah dimata2i kl sedang berdua2an dengan nasabah idolanya.
Siapa yang memata matai lha kebetulan saja saat kedip kedipan dan pegang memegang kepergok.
Itu sih cuma dia saja kebetulan apes !
Saat  itu aku pada tahun 1990 dimutasi ke cabang Pasar Minggu dan ditaruh di Kantor Kas Margonda, cikal bakal KCU Margonda Depok.
Kami ber 6 bertugas disana, alm pak UU Urmanto sbg satpam, alm pak Satori sbg pemimpin kas, mbak Adeliana dan aku sbg teller, pak Hasan Saih sbg kasir, dan pak Ramdani sbg pelayan.


Dear Diary,
Aku ingat pak UU, nama lengkapnya Urmanto.
Ganteng, berkumis rapi jali, suka petengtang petengteng saat bawa pestol dan menunjukkan kekuasaan sbg satpam apabila ada nasabah cantik, dia juga ahli dunia gelap.
Kl ada yg kehilangan, selisih, salah bayar saat tidak ketemu jalan keluarnya maka kami pergi  ke paranormal diantar pak UU dg gagah berani malam2.
Biasanya langsung ketemu atau nasabahnya tanpa sadar mengantarkan selisih uang pagi2 ke kantor.
Dulu pak UU suka menyombongkan mobil Daihatsu Zebra warna merahnya.
Menurutku sih menyebalkan melihat mobil tua diparkir dihalaman kantor, mengganggu keluar masuk mobil juga mengganggu adeganku saat intip mengintip nasabah yang datang.
Saking kesalnya aku buat pengumuman di kertas  A4 " dijual BU. Hubungi Urnanto telp....."
Kicantumkan nomor telponnya.

Kertas itu kutempelkan di kaca mobil dg lem.
Sorenya dia mencak2 menuduh kami semua dan memaksa melihat tulisan tangan kami satu persatu.
Untung aku sudah mengantisipasinya dg menulis tidak pakai style tulisanku saat menulis kertas pengumuman itu.

Adalagi temanku, Teller senior temanku orang batak, namanya Adeliana DGH.
Saat pertama kenal, kutanya apa nama lengkapnya, dengan meremehkanku, dia bilang namanya panjang, percuma dikasih tahu karena aku gak bakal hafal.
Aku buktikan ternyata aku bisa hafal, Adeliana Dumaria Genderang Harahap Beriman Ishak namanya.
Setelah tahu aku bisa menghafal namanya padahal baru 1 kali diberi tahu, baru dia agak sungkan, apalagi setelah tahu aku sedang menyusun skripsi yg tidak selesai2 di FHUI.
Aku memang pecinta FHUI kayaknya.
Mbak Ade,  aku biasa memanggilnya, lumayan besar jasanya.
Saat aku hamil anak ke 2 dan ke 3, aku slalu muntah kl lihat laki2 berjerawat dan maaf, ...jelek.
Mbak Ade biasanya mengambil alih tugasku saat muntah.
Kalau ada nasabah yg diperkirakan bisa membuatku muntah, mbak Ade memberi kode agar dia saja yang melayani.
Pernah saat aku hamil aku buru2 melayani nasabah ganteng.
Mbak Ade dengan heran bertanya "tumben Ketot mau layani yang jerawatan?"
Dengan bingung aku menjawab "ah gak jerawatan kok mbak Ade."
"Pakai dong kacamatanya Tot. Itu jerawatnya banyak banget. Masak gak kelihatan?" Kata mbak Ade.
Segera kupakai kacamataku.
Asragfirullohaladzim.
Aku buru2 lari kebelakang untuk muntah2 diiringi derai tawa mbak Ade.
Tak pernah ada teman sepengertian mbak Ade dlm episode hidupku selanjutnya.
Dia slalu memanggilku "Ketot", mungkin kr aku sering hamil dan hobby sekali ML.
Tempat aku mencurahkan segala tangis ya mbak Ade itulah.

Pemimpin kantor kas kami pak Satori namanya.
Di TVRI jaman dulu pernah ada acara Aneka Ria Safari, kalau memanggil pak Satori biasanya kami melagukannya dan  meniru acara di TVRI, Es A To Ri Satori Satori.
Beliau pemimpin yg sabar, mau mengajarkan anak buah dan salah satu pemimpin yg kuhormati tanpa ragu2.
Pak Satori sayangnya mempunyai penyakit gula, sehingga makan siangnya slalu diantar oleh bu Satori yg cantik dan slalu berdandan rapi.
Bu Satori selalu membawa porsi yg banyak utk makan 3 orang, aku, mbak Ade dan pak Satori.
Pernah kr banyak pekerjaan dimejanya pak Satori menyuruh kami makan duluan.
Kami pun makan duluan mengingat saat itu hari jumat. Jam 3 sore baru pak Satori sempat makan.
Aku dan mbak Ade buru2 menyiapkan makan utk pak satori.
Ternyata semua makanan sudah dikerubungi semut padahal pak Satori sdh mau masuk ruangan.
Aku dapat ide.
Buru2 lampu ruangan kumatikan, dengan alasan agar saat makan tidak terlihat nasabah.
Setelah makan dg rasa bersalah kutanya pak Satori.
" Pak Satori, makanannya enak pak? Ada yg beda gak?" Dengan santai pak Satori menyahut " gak ada yg beda kok. Padahal banyak semutnya ya..."
Begitulah cara pak Satori menegur kami anak buahnya.
Tanpa marah2.
Hanya dinasehati atau cukup dipandang, kami langsung menundukkan kepala dan mengakui kesalahan.
Ada 1 dosa yg tidak terampuni yg kubuat terhadap beliau.
Sehabis makan biasanya pak Satori mencungkil2 giginya.
Aku dan mbak Ade kadang2 pak Hasan ikutan bertaruh, apakah sisa makanannya ditelan lagi atau dibuang.
Taruhannya sih cuma seribu perak, tapi kl menang bisa beli gorengan cukup banyak saat itu.
Aku biasanya slalu menang kr aku tidak asal menebak, tapi slalu menganalisa makanan yg dimakannya, apakah makanan kesukaannya, apakah sedikit atau banyak.


Dear Diary,
Pelayan ditempat kami namanya Ramdani, kami memanggilnya "Mbot" karena kepalanya botak tanpa sisa.
Dia lucu, gesit, kreatif tapi cepat marah.
Kalau kami kelaparan dan harus lembur, si Mbot memungut iuran utk beli Indo mie.
Dia memasak Indo mie dg sejenis sayur2an.
Kami memujinya habis2an.
Dengan lugu si Mbot bilang "itu kan daun mangkok2an yg dipagar kantor bu". 
Kami bayangkan daun mangkok2an yg selalu dipenuhi ulat bulu yg sering kami lihat.
Akhirnya saat itu kami gatal2 semua.
Sejak saat itu kl pesan Indo mie rebus kami slalu wanti2 utk tidak pakai daun mangkok2an.

Satu2nya Kasir kami namanya pak Hasan Saih, sarjana hukum lulusan Universitas Ibnu Khaldun Bogor.
Rasanya tak ada yg berkesan dari pak Hasan selain selalu tekor dan hobby garuk2 selangkangannya.
Saking bosennya berbagi resiko karena selalu selisih, pak Hasan di ultimatum  oleh pak Satori utk selanjutnya menanggung kerugian sendiri kalau tekor.


Dear Diary,
Tidak terasa kebersamaan di kantor kas Margonda telah 30 tahun berlalu.
Nikmatnya kebersamaam dan kekeluargaan di BNI hanya disitulah bisa kurasakan, bisa kunikmati artinya berbagi.
Tidak ada himbauan, tidak ada perintah.
Semua berbagi peran, saling membantu.
Pernah ada keributan antar teman, tapi segera diselesaikan dg saling rangkul.
Tidak ada dendam apalagi benci.
Peran pak Satori sebagai pemersatu, sebagai pemimpin sangat terasa.
Dia bapak kami.
Dia bersikap adil tanpa syarat.
Tak pernah ada pemimpin yg sekwalitas pak Satori.
Pernah kucoba meniru gaya kepemimpinan pak Satori, tapi aku tak bisa.
Aku tak punya kesabaran dan keadilan.
Masih banyak wilayah abu2 dimataku, dan aku masih  bersikap subyektif betapapun aku berusaha obyektif terhadap anak buah.
Saat ini teman2ku di Margonda banyak yg telah meninggal, kamipun kelak akan menyusul teman2 yg mendahului.
Mudah2an ada kesempatan aku disana menyapa pak Satori, meminta maaf karena  sering menjadikannya bahan taruhan.
Aku bangga pernah menjadi anak buah pak Satori.
Adakah pak Satori2 lain di BNI?
Rasanya tidak akan ada lagi.

Komentar

Postingan Populer