KESAN PERTAMA ITU MENIPU


KESAN PERTAMA ITU MENIPU

Seperti wanita lain yang tersandera keajaiban HP, bangun tidur aku langsung lihat jam di HP.
Sehabis lihat jam otomatis notification di SMS, BBM, WA, Line, email dan tentu saja FB.
Aku kaget sekaget2nya saat lihat pemberitahuan di BBM bahwa Ariel diminta berhijab.
Arielku?
Dewa seks yg selalu merendah, selalu diposisi bawah saat main seks itu diminta berhijab?
Sejak kapan dia sealiran dengan pelawak Aming?
Terjatuh jatuh dari tempat tidur buru2 kunyalakan lampu kamar ku, kubaca jelas2.
Syukurlah.
Bukan Arielku yan disuruh berhijab.
Dia masih tetap laki2 dan sudah menikah siri dengan Sophia Lajuba.
Tak apa2lah Ariel dengan Sophia, asal dia masih laki2.
Ariel tak akan tergantikan.
Tidak sia2 penderitaan sakit leherku selama berhari2 gara2 melihat video seks Arielku dengan Cut Tari yang divideokan dalam posisi miring.

Aku seringkali terburu2 mengambil kesimpulan memang.
Dulu saat baru pindah di Cilodong, masih di awal2 SMA kuingat.
Aku disuruh ke warung dekat rumah, warung Bang Adih kata ibuku namanya.
Diwarung aku merasa jengah dan kesal karena bang Adih sambil bicara mengedip ngedipkan matanya padaku, saat itu hanya aku pembeli diwarungnya.
Sesampainya dirumah, aku komplain ke ibuku bahwa aku tidak mau lagi disuruh ke warung bang Adih karena dia genit, mengedip ngedipkan matanya kepadaku.
Ibu tertawa  terbahak bahak mendengarnya.
Ibu bilang bahwa bang Adih memang seperti itu.
Dia punya penyakit pada matanya sehingga matanya selalu berkedip kedip berulang kali.

Dalam dunia kerjaku di perbankan saat pelatihan selalu dikatakan berulang2 bahwa kesan pertama itu menentukan, sehingga selalu gadis cantik yang dijadikan sebagai frontliner.
Oke, aku termasuk frontliner saat itu walaupun tidak cantik.
Saat aku ditempatkan di Kantor kas Margonda saat itu, suatu kali datang seorang bapak2 ke bank kami.
Penampilannya spt petani, membawa karung dipanggul.
Kulihat satpam kami, pak UU tidak memedulikannya dan tetap mengobrol dengan nasabah lain.
Si bapak tua kulihat kebingungan.
Dia copot sandalnya dan taruh didepan pintu, lalu dia menatap kesana kemari.
Karena suasana sepi sehingga aku senggang, aku hampiri si bapak.
Kutanyakan keperluannya, apakah ada yg bisa dibantu dan kalimat2 standar lainnya.
Ternyata si bapak baru mendapat uang gusuran sekarung penuh dan ingin menyimpan uangnya di bank biar aman.
Minggu besoknya dia bawa sekarung uang lagi untuk didepositokan.
Kali lain si bapak tua itu datang, dia membawa sekarung rambutan bila sedang musim rambutan, atau sekarung duren bila sedang musim duren.
Selalu begitu selama 4 tahun aku ditempatkan disana.
Betapa kesan pertama terhadap si bapak tua itu sangat mengecohkan buatku.

Saat pertama kukenal suamiku, kupikir dia mahasiswa miskin sepertiku, yang hanya jajan bila sedang lapar.
Penampilannya sederhana, agak dekil malah, dengan sepatu merk BATA yang sudah kusam jarang dicuci.
Akupun sudah bertekad menjadikannya tukang absenku mengingat aku selalu terlambat datang.
Nilainya langsung berubah dimataku saat suatu kali dia kuliah memakai jeans putih dan kaos putih serta memakai Corolla DX terbaru.
Saat itu tahun 1982 mobil itu sedang in.
Jadilah si tukang absen berganti profesi menjadi tukang antar jemput dan akhirnya menjadi pujaan hati.

Berkali kali kubuktikan bahwa penampilan itu selalu membawa dampak pelayanan.
Kualami perlakuan yang tidak menyenangkan karena hobbyku memakai sandal jepit, jeans dan kaos kedodoran.
Saat melayaniku, mereka selalu bersikap biasa2 dan sambil lalu.
Dimanapun.
Mungkin wajahku menunjang saat diduga sebagai orang dibawah standar kemakmuran.
Saat aku berpenampilan seperti tante2 kesepian, maksudku memakai lipstick dan baju bagus, aku langsung dilayani dengan hormat dan memuaskan.

Yah seperti saat Pilpres 2014 kemarin.
Betapa aku sempat terkagum kagum pada Jokowi.
Bukannya JK.
Jusuf Kalla bagiku hanya oportunis sejati yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, kakek tua uzur yang  mulai kehilangan daya pikirnya.
Jokowi adalah angin segar.
Keluguan adalah kejujuran, menurutku saat melihat photo culun Jokowi sedang tersenyum memperlihatkan keseluruhan giginya yang mencuat keluar.
Aku sang pecinta keindahan bahkan rela berganti arah melihat calon presidenku tidak ganteng apalagi gagah.
Badan kurusnya seolah2 menyuarakan keprihatinan.
Tapi lihatlah !
Kesan pertamaku lagi2 salah.
Kebohongan, janji palsu dan tipu daya serta tipu data menutupi capres pilihanku.
Beruntung aku berteman dengan photographer handal sehingga tahu lebih dulu dibanding rakyat lain saat memeriksa detil photo2nya.
Beruntung aku tak sempat memilih Jokowi sehingga tidak perlu berkubang dengan rasa bersalah dan menyesal berkepanjangan selama 4 tahun karena salah pilih presiden.
Aku bersyukur tak mengganti Ariel dengan Jokowi sebagai idola.
Aku bersyukur tak termakan tipuan kesan pertama saat memilih calon presiden.
Tuhan, terima kasih, aku bersyukur tak memilih Jokowi.
Berkat Jokowi aku akhirnya tahu bahwa kesan pertama itu kadang menipu.

Komentar

Postingan Populer