KPAI DAN PENYIKSAAN TERHADAP ANAK
Membaca berita ttg penyiksaan thd anak oleh orang tua, terutama org tua kandung membuat hati ini mendua.
Kalau yg menyiksa itu org tua tiri atau org tua angkat, bisa "agak" dimaklumi, krn mereka tidak mempunyai hubungan darah.
Tapi bila yg melakukannya org tua kandung?
Hatiku mendua krn kupikir penyiksaan itu dilakukan dlm rangka menghukum, mungkin si anak terlalu nakal, mungkin si org tua sedang banyak masalah, mungkin juga si org tua tidak bermaksud menyiksa hanya menghukum utk menertibkan dan mendisiplinkan si anak, hanya mungkin kebablasan. Saat emosi menguasai hati, siapa yg bisa menghentikannya?
Disisi lain aku juga menghujat si org tua kr menyiksa anaknya.
KPAI, atau kita, itu hanyalah org luar, yg tidak tahu permasalahan keluarga mereka.
Kl hanya berdasarkan pengaduan anak, belum tentu juga benar, kr spt anak2 lainnya, pandangan mereka ttg arti hukuman pasti berbeda dg pandangan org tua. Kadang rasanya mangkel melihat petugas KPAI memblow up permasalahan hukuman dikaitkan dg penyiksaan.
Apakah yg dianggap wajar oleh KPAI dlm menghukum dan mendisiplinkan anak?
Sekedar cubitan?
Pukulan dg gesper atau sapu?
Atau cuma nasehat?
Tidak semua org tua mempunyai back ground pendidikan dan keluarga yg harmonis.
Tidak juga pendidikan yg tidak tinggi tidak bisa mendidik anak.
Aku mengambil contoh diri sendiri agar tidak dikomplain.
Bapak dan ibuku orang yg berpendidikan tidak setara keduanya.
Tapi manakala ibuku marah, banyak kata kasar terucap.
Tapi ayah yg tidak cukup berpendidikan, dlm mendidik anak2 tidak pernah mengucap kata kasar walau hanya mengucapkan kata "sialan".
Semua mempunyai bekas dihati anak.
Akibatnya aku kerap bersikap spt ibu.
Cepat emosi dan mempunyai perbendaharaan kata makian yg lengkap dan bervariasi.
Apakah pendidikan sekolah memberi bekas pada kita? Tidak !
Pendidikan dlm keluarga yg lebih memberi bekas.
Aku kerap menghukum anak2ku hanya bila pelanggaran berkaitan dengan uang dan sekolah. Pernah aku menghukum anakku yg nomor 2, si Tengah, saat itu masih kelas 3 SD, kr memakai uang sekolah utk beli buku malah dipakai jajan.
Aku cubit, aku pukuli pakai gesper dan saat dia masih menjawab omelanku aku benturkan kepalanya ditembok sampai kulihat darah mengucur dihidung dan dahinya.
Aku berhenti hanya krn tanganku dipegangi dg keras oleh supirku.
Aku khilaf.
Aku marah sekali.
Emosiku memuncak kr aku benci pencurian. Kuanggap itu mencuri dan merusak kepercayaanku.
Bukankah dia bisa meminta uang padaku?
Bukankah aku selalu meluluskan permintaannya kalau aku memang ada uang?
Aku tidak bisa mengerti alasan anakku mencuri uang diusia sekecil itu.
Mau jadi apa dia nantinya?
Kadang kl ada berita ttg penyiksaan anak, aku membandingkan dg sikapku, penyiksaan2 yg kulakukan kpd anakku.
Apakah KPAI tahu, berapa berat beban moril dan materiil yg harus ditanggung org tua dlm menghidupi anak2nya?
Apakah KPAI tahu derita dan masalah yg juga sedang dialami org tua, dikantor atau dikeluarga?
Tahukah KPAI bahwa biasanya sehabis menghukum si anak, org tua akan lebih tersakiti dan menyesali semua tindakannya.
Mungkin tidak semua pelaku penyiksaan terhadap anak menyesal sepertiku.
Tapi aku menyesali semua kemarahanku, semua tindakan berlebihan yg pernah kulakukan thd anak2ku, walau itu atas nama disiplin dan kejujuran.
Bagi para org tua yg bukan penyabar, bila sedang emosi, jangan hadapi anak dg kesalahannya.
Kita bisa membenarkan diri sendiri bahwa si anak bersalah, kl tidak dihukum bisa jadi maling nantinya. Tapi permasalahannya bukan itu.
Kita tidak ingin sikap kita membentuk anak kita bersikap spt kita.
Itu intinya.
Aku terlambat menyadari bhw sikapku sdh dibentuk dg kekerasan sejak aku masih usia 5 tahun.
Seharusnya aku dg segudang buku pendidikan anak yg selalu kubaca, dg banyak therapi mendidik anak, bisa meniadakan hukuman thd anak2ku, seharusnya aku tidak sekeras itu.
Sebelum terlambat dan merusak mental anak menjadi keras, dg banyak kasus penyiksaan yg di blow up KPAI, seharusnya bisa membuat para org tua bertindak lbh sabar.
JANGAN CIPTAKAN MONSTER2 BARU.
Cukup berhenti pd kita, sang org tua.
Lihatlah hidupku.
Sekarang aku sering kali merenung dan menyesali tahun2 yg kulalui dg kemarahan, wl atas nama disiplin. Aku sayangi anak2ku, tp perilaku ku pasti membekas dlm ingatan mereka.
Aku tahu sikap anakku salah, tapi sikapku juga sbg org tua pasti salah shg anakku bisa bersikap nakal.
Si bungsu sering menghiburku dan bilang " tujuan mamam baik kok. Kita anak2 mamam juga tahu maksud mamam baik. Kl mamam gak keras mungkin juga kita sdh lebih berantakan lagi. Bersyukur sajalah mam, saat itu blm ada KPAI."
Penghiburan yg menohok buatku.
Mudah2an anakku tidak akan mengikuti jalanku. Mudah2an tidak ada lagi org tua yg menghukum anaknya sekeras aku menghukum anak2ku.
Ampuni aku Tuhan, aku menyesal atas semuanya...
Maafkan ibumu anak2ku...
Komentar
Posting Komentar