SAAT ADIKKU PERTAMA NAIK PESAWAT
Dear Diary
Senin 25 Januari 2016, sejak selepas subuh aku sudah siap2 berpakaian rapi karena sesuai rencana pagi ini aku,adikku dan saudara sepupuku akan jalan2 ke Jogjakarta.
Sampai pukul 6 pagi Wiwi belum bangun juga.
Aku was2 karena ibu menakut2i aku.
Ibu bilang "kamu pakai ajak2 Wiwi sih. Dari kemarin dia sakit karena takut naik pesawat. Kalau sampai Wiwi kelewatan sakitnya kamu harus tanggung jawab lho!".
Wajah ibu sedih dan nelangsa kulihat.
Aku tak tahu ibu pura2 atau benar2 khawatir. Mimik wajah ibu benar2 sempurna.
Sejak dulu kalau ibuku mengerjai kami anak2nya, tidak pernah ada yg tahu sampai ibu sendiri mengakui.
Aktingnya benar2 seperti aktris jempolan Megawati Sukarnoputri, patut diacungi jempol.
Saat Wiwi turun dr lantai atas memang wajahnya pias,dengan koyo didahi, leher, tangan dan dadanya.
Saat kutawarkan untuk membatalkannya Wiwi menjawab " enggak apa2 kok mbak. Ini karena Wiwi stres ketakutan mau naik pesawat. Wiwi kan belum pernah."
Dear Diary,
Jam 7 pagi kami semua sdh siap berangkat, kendaraannya yg belum ada.
Saat akhirnya Uber datang 41 menit kemudian bedakku sudah luntur entah kemana.
Kami buru2 berpamitan.
Wiwi tergopoh2 memaksaku agar buru2 "ayo cepetan mbak, ini sudah mendung. Nanti macet kalau keburu hujan.".
Kulihat langit fine2 saja, cerah dan ada matahari menyembul dibalik awan.
Akupun langsung maklum "ini gak mendung Wi. Kamu pakai kacamata gelap."
"Oh iya. Pantes Wiwi lihat kok Yudi tambah hitam nginep di Bogor, kirain airnya gak cocok."
Seperti biasa Wiwi tak merasa bersalah.
Sampai rumah sepupuku kami langsung makan nasi uduk.
Lupa sudah basa basi sebagai tamu saking laparnya.
5 menit kemudian setelah makan kami sudah tiba di bandara Halim.
Bandara kecil bekas lanuma AURI ini benar2 tak layak.
Kecil dan nampak kusam. Yah kalau kusamnya sih sama dengan bandara Soeta, maklumi saja, bangsa kita memang tak biasa memelihara.
Seperti kebiasaan, pesawat citilink yg ditumpangi didelay 30 menit, seharusnya berangkat jam 11.20. Dengan alasan yg sangat patriotis "alasan teknis operasional karena tugas kenegaraan."
Keren banget.
Walau ditunda aku langsung merasa berjasa bagi negara kr sudah berkorban waktu.
Aku dan Eni sepupuku mentertawai Wiwi habis2an.
Diruang tunggu kulihat Wiwi tetap memakai kacamata gelapnya memotret...laki2 dihadapannya.
Saat kami periksa hasilnya, photo kaki laki2 dalam berbagai posisi.
"Kok cuma kakinya Wi yang diphoto?" Aku penasaran.
"Wiwi belum bisa pakai HPnya, kan ini HP baru."
Kami tertawa mengakak di ruang tunggu, lupa ada dimana.
Saat naik pesawat, kakiku serasa bak agar2, lemas, saat melihat pramugara diatas pesawat menyambutku.
Duh Tuhan, aku lahir terlalu cepat kedunia ini.
Begitupun aku tetap pura2 tak peduli, cuma mengangguk wajar.
Tapi Wiwi memang jujur, saat peragaan keselamatan di pesawat Wiwi dengan sigap memotret sang pramugara ganteng tadi. Berkali2.
Saat kulihat, yah tetap sama, cuma kakinya saja yg terphoto.
Untunglah yg duduk disebelah Wiwi adalah Eni.
Aku bisa pura2 tak kenal Wiwi.
Aku juga bisa terhindar dr mabuk udara Wiwi, seandainya dia mabuk.
Untunglah dia tidak mabuk.
"Kalau ada cowok ganteng biarpun ingin muntah kr mual biasanya langsung hilang mbak. Mungkin malu ya mbak?!" Adikku bertanya sekaligus membenarkan.
Tuhan memang menciptakan keindahan untuk dinikmati.
Itu prinsipku, juga prinsip Wiwi.
Bedanya cuma sedikit, aku menikmatinya diam2, Wiwi menikmatinya terang2an.
Siapa bilang usia tua membatasi kita untuk menikmati keindahan?
Kami buktinya.
Komentar
Posting Komentar