TAK ADA GADING YANG TAK RETAK

Dear Diary,
Kemarin ibu kedatangan anggota geng nya semasa di kampung Cilodong, tempat rumah masa kecil kami berasal.
Bu Mirah yang kerap jadi asisten ibu bila ada lomba2 di kelurahan, bu Rokiyah teman dekat ibu yang kadang2 suka menohok ibu dari belakang, bu Tata tetangga sebelah rumah yg selama puluhan tahun menjadi musuh, musuh dalam arti kata sebenarnya, yang tahun2 belakangan ini menjadi insaf, bu Nemi murid ibu dalam masak memasak serta Dohir, entah apa nama aslinya, yang pernah selama 9 tahun menjadi asisten rumah tangga kami.
Berbarengan datang pula geng nya ayah dari Depok tempat tinggal adikku dan suaminya si cebol.
Pak De supir adikku, pak Saalih marbot mesjid di Depok dan pak siapa aku lupa namanya, ketua Dewan Mesjid disana.
Suasana jadi agak membingungkan buat ibuku.
Untunglah gerombolan kaum ibu cuma sebentar.

Dear Diary,
Aku gerah mendengar puja puji mereka, terutama bu Tata saat berkeliling rumah.
"Ternyata betul kata bu Mirah ya, kamarnya ada 10, dapurnya ada 2. Tapi kok kamar mandinya saya hitung cuma ada 3 bukannya 4 ya bu?"  tanya bu Tata pada ibuku.
"Yang satu ada didalam kamarnya Ida, dia kan penakut, kalau malam mau kekamar mandi jadi dia gak usah keluar." Kata ibuku. "Ayo kalau mau lihat kamar mandinya. Semua serba pink lho."
Aku buru2  berdoa melantunkan ayat Qursi agar bu Tata tidak pergi kekamar mandiku.
Amit2, bisa2 nanti aku diduga jadi penggemar barbie.
Jujur saja aku juga tidak yakin apakah masih ada baju butut dan BH kumalku digantungan kamar mandi.
Aku yakin doaku manjur.
Buktinya bu Tata menolak masuk kamarku.
Aku masih ingat dulu, tahun2 suramku.
Setiap aku lewat depan rumah ibunya bu Tata, selalu ada segerombolan ibu2 yang dg suara keras sengaja menyindirku "ssst...perawan tua lewat...perawan tua lewat. Kasihan ya sudah tua belum kawin2 juga."
Padahal saat itu aku sedang hobby2nya pacaran, aku masih 27 tahun.
Aku masih merasa muda.
Reflek kulirik tangan bu Tata, tidak kulihat gelang2 emas disana.
Biasanya setiap tangannya bergerak selalu terdengar gemerincing emas ditangannya.
Gerakan yang disengaja khas bu Tata,  disengaja untuk memamerkan gelang emasnya.
Syukurlah sekarang dia tidak sesombong dulu.
Aku heran dengan sikap ibuku.
Kalau aku menemui mahluk seperti itu tak akan mau aku bergaul dengannya.
Anehnya ibuku masih mau berteman dg org yg kerap menyakiti dan menyindir2 kami dari belakang.
Karena malu dan merasa tak nyaman aku kembali masuk kamar.
Biarlah ibuku dengan geng nya saling curhat, kupikir.

Dear Diary,
Setelah kaum ibu pulang, kulihat ibu mulai mendekati pak Saalih.
Sama seperti ibu, aku juga ingin tahu apa yg dikatakan oleh si menantu cebol itu tentang ayahku.
Ternyata memang benar si cebol berbicara buruk tentang ayahku.
Ternyata niat ibu sejak semula ingin cross cek info.
"Apa betul anak saya Sinta negur pak Saalih ?" Tanya ibu penasaran.
"Enggak bu. Bu Sinta gak ngomong apa2 sama saya. Ketemu pas belanja di tukang sayur aja gak negur saya. Saya juga males mau negur. " jawab pak Saalih.
Aku bersorak kegirangan.
"Ye ternyata Sinta juga ngibul. Ternyata semua anak ibu hobby ngibul bu." Kataku.
Ibu pura2 tak mendengar sorakanku.
"Pak Saalih yakin anak saya gak negur pak Saalih agar gak ngomong macam2?" Ibu masih penasaran.
"Sumpah bu. Masak saya bohong sama ibu. Bu Sinta belum pernah negur saya. Lha saya aja sudah berbulan2 gak nagih iuran kerumahnya. Satu komplek tahu kalau saya malas nagih kerumah pak Maulana gara2 diomelin. Masak saya nagih iuran diomelin, katanya "memang gak lihat saya capek baru pulang kerja? Nanti juga dibayar." Lha kalau saya gak  nagih2 kan pak Maulana gak bayar2 bu" Pak Salih dg polos mengadu pada ibu.
Aku pamit undur diri dari percakapan dengan pak Saalih dengan ibuku.
Aku cukup puas dengan kenyataan bahwa anak kesayangan ibuku ternyata pembohong juga.
Bohong yang tak perlu sebenarnya.
Kalau aku sih berbohong demi sesuap nasi, kebanyakan saat menghadapi bos ku, tapi adikku ternyata tidak.
Ehm....ternyata semua saudara2ku pembohong.
Tinggal adik bungsuku yng kutahu masih jujur dan lugu.
Ibuku terpekur menghadapi kenyataan semua anaknya ternyata suka ngibul.
Ternyata.... aku tidak sendirian jd raja ngibul.

Komentar

Postingan Populer