TERNYATA ORANG BAIK ITU ADA
Dear Diary,
Aku sebetulnya cukup bersahabat erat dengan kaum tak terlihat, entah itu pocong, kuntilanak, tuyul atau genderuwo, maklum sebagai putri kelahiran Banten, tanah keramat di ujung barat Pulau Jawa, aku terbiasa mendengar cerita tentang itu.
Mbah putri, nenek tiriku dari pihak bapak kandung dan mak iyot nenek tiriku dari pihak ayah tiriku adalah dukun terkenal.
Aku ingat dulu saat aku masih seger kenyes2, masih di SMA Cibinong, kalau belajar selalu diteras depan, dan selalu kupilih malam hari.
Kalau belajar siang hari aku malas melihat atau mendengar teriakan dan tangisan anak tetangga, apalagi udara di Cilodong tempat aku tinggal terasa panas meranggas.
Kenapa tidak pakai AC atau kipas angin?
Wah, saat itu mana mampu kami beli, kulkas saja sudah termasuk barang mewah untuk ukuran kampungku saat itu.
Bahkan Listrikpun baru beberapa keluarga yang mampu memasangnya.
Belajar malam hari itu berat sekali godaannya.
Memang suasana sepi dan semua hafalan gampang masuk keotak, asal sedang tidak tiba2 teringat dengan Alex anak IPA cowok idola di sekolahku saja.
Kadang kalau kantuk menyerang dan tak mau hilang, aku keramas malam2, dengan harapan bila kepalaku basah kantuk pasti hilang.
Godaan terberat adalah sebenarnya dari mahluk2 disekeliling rumahku.
Sering kudengar suara ringkik kuda malam2.
Kalau suara itu terdengar jelas aku tenang2 saja, kalau suara itu sayup2 jauh, tiba2, bleg, sang kunti berdiri dihadapanku.
Jangan bayangkan wajah sang kunti mirip di film, wah enggak banget.
Hampir mirip bayangan putih pucat berbentuk manusia berbaju mirip Syahrini, kain kaftan putih dekil.
Pertama kulihat sang kunti malah tadinya hanya berupa serbet putih melayang layang, sampai dalam hati aku ngedumel, “ apa ini yang namanya kuntilanak? Kok cuma kain putih saja, gak serem banget.”
Tiba2, bleg, dia berujud didepanku.
Tubuhku berasa kaku tak bisa bergerak, boro2 mau lari, aku bahkan terkesima “ oh ini toh kuntilanak?”.
Aku lupa melihat ke jari kakinya saking fokus ke wajahnya.
Secepat dia datang, sedetik kemudian dia menghilang.
Dear Diary,
Pernah saat mengantar pacarku ke mobil sehabis apel di Cilodong dulu, pulangnya selalu diujung jalan kulihat pocong satu atau kadang 2 pocong loncat2.
Aku merunduk ketanah, mencari batu buat ditimpuk, kupikir itu adalah pemuda kampung situ yang ingin menakut2i aku, begitu kutimpuk sang pocong langsung menghilang.
Giliran aku yang kabur melihat sang pocong menghilang, astagfirullohaladzim, ternyata itu pocong betulan, bukan pemuda2 kampung situ yang sedang mengusiliku.
Minggu depannya aku tidak mau lagi mengantar pacarku ke gang diujung jalan.
Dear Diary,
Suatu sore, menjelang magrib, pernah aku disuruh ibuku kewarung bu Tuni untuk membeli gula karena kehabisan, sementara besok pagi2 ayah harus minum teh manis.
Jadilah aku pergi ke warung, pekerjaan paling kubenci karena harus ketemu dengan orang2 sekitar situ.
Sejak dulu aku memang jarang mau bersosialisasi, agak minder dan sakit hati sebenarnya.
Aku benci berpura2 ramah dan harus bertegur sapa bila kutahu mereka selalu menggunjingku sebagai si perawan tua yang tidak laku kawin padahal 2 adikku, Wiwik dan Bambang sudah menikah dan mempunyai anak.
Sepulang dari warung bu Tuni, yang hanya berjarak 200 meter dari rumah, aku putar2 tak ketemu rumahku, sampai aku terduduk lesu kelelahan.
Untungnya ada tetangga yang menegurku “ mbak Ida mau kemana kok mpok lihat bolak balik muter2 terus?”
Aku menjawab lesu “mau pulang kerumah, kok pusing ya, rumahnya gak ketemu” .
Akhirnya aku diantar pulang oleh siapa aku lupa namanya, istri tukang becak berambut panjang bergigi mancung kedepan.
Aku baru tahu yang namanya setan ke’der itu ada, membuat kita tersesat berputar2 tak tentu arah.
Dear Diary,
Saat aku berdinas di KLN Rangkasbitung dan mendiami rumah dinas seram jatahku, saat sedang menonton film BF dikamar, kudengar bunyi desahan2 orang seperti sedang bernafsu agak dekat aku duduk, disebelah kiriku.
Ehm anu Dear Diary...dulu aku masih suka nonton BF biar tidak ketinggalan jaman tentang tehnik2 banting membanting di tempat tidur.
Sadar kalau aku sedang sendirian, sementara desahan2 itu terdengar jelas, buru2 kumatikan DVD player dan tidur dengan lampu menyala.
Tidak terhitung dengan jari saat pembantuku menemuiku dengan heran “Lho ibu kok disini, bukannya lagi dikamar?”
Pernah tetangga sebelah kiri rumah dinas yang cukup akrab denganku karena sering sholat subuh berjamaah denganku dimushola dekat situ bertanya “bu Rita semalam ada acara apa? Kayaknya rame ya, ngobrol sampai malam?”
Tinggal aku yang bingung, lha jam 8 malam saja kami sudah tidur pulas kok.
Untungnya aku tak lama tinggal disitu.
Dear Diary,
Diantara beberapa rumah yang kutinggali, rumah di jl. Nusa Indah 3 no.4 Beji Timur, Depok adalah rumah teraman menurutku, tanpa gangguan2, mungkin karena rumahnya hanya berukuran kecil, hanya 200 meter saja.
Gangguan paling menakutkan paling hanya aku beberapa kali kesurupan, kata si Semprul suamiku, karena selalu minta kopi padahal aku benci bau kopi.
Atau paling beberapa kali lemparan gayung atau botol bedak bayi, kalau itu bisa dianggap gangguan menakutkan.
Jujur saja yang terseram adalah rumah di Sentul, hadiah suami play boy ku.
Rumah 2 unit yang kujadikan satu dan saling membelakangi itu kerap diprotes oleh satpam.
Pak Ombi, satpam komplek disitu beberapakali menegurku atau ibuku bila pohon waru merah atau pagar pohon bambu halus dirumahku terlalu rimbun.
“ Bu Rita, maaf, pohonnya agak dikurangi sedikit karena terlalu rimbun. Kemarin anak2 yang jaga malam soalnya diganggu, kalau agak terang biasanya gak ada gangguan bu.” Kata pak Ombi.
“Gangguan bagaimana pak Ombi?” tanyaku.
“Sering ada laki2 tinggi hitam, saat didekati tiba2 makin besar dan makin tinggi badannya. Kemarin si Edoh juga nemuin, waktu itu saya dan Suryadi juga nemuin bu.Tapi kalau rimbunnya dikurangi biasanya gak ada apa2 bu.” Pak Ombi berusaha meyakinkanku.
Sebetulnya tanpa perlu diyakinkan aku pasti percaya karena pernah diceritakan adikku Buyung, bahwa saat dia mau ambil tempat panggangan bakar2an dirumahku, saat dia sedang berusaha buka pintu, tiba2 disebelahnya ada laki2 hitam tinggi besar. Saat dia menengok memperjelas, tiba2 laki2 itu makin tinggi dan makin besar.
Okelah, aku suruh tukang kebunku pak Oman untuk memangkas pohon bambu dan memotong pohon waru merah dihalaman belakang.
Apa yang terjadi?
Sampai beberapa malam selalu terdengar suara wanita menangis sedih.
Ibu selalu mengeluh mendengar wanita menangis, sampai akhirnya berdua dengan ayahku, setiap malah membaca Al Quran dan bolak balik membaca Qulhu nyungsang, entah apa pula itu Qulhu nyungsang aku tak tahu.
Sementara aku tak pernah mendengarnya, aku aman di Jakarta sana.
Malam setelah pohon waruku ditebang malah tukang bersih2 jalan komplek, bu Lilis namanya, kesurupan penghuni pohon waru, hampir seminggu dia tak masuk kerja dan bolak balik dipanggilkan ‘orang pintar’.
Yang menjadi pertanyaan tak terjawab adalah, kenapa dari pohon itu sebelum ditebang yang muncul adalah mahluk laki2 tinggi besar, konon gondoruwo, tapi saat ditebang malah suara wanita menangis yang terdengar ?
LGBT kah sang gondoruwo ?
Gangguan yang kualami juga sebenarnya sering dan cukup mengganggu.
Saat mau menelpon atau mau ambil perhiasan, kadang2 menghilang, dicari seluruh kamar tidak ketemu.
Saat mengeluh pada sang setan “ tolong dong barang ku dikembalikan, jangan ganggu2 seperti inilah. Jangan sampai aku marah, nanti aku usir baru tahu!”, tiba2 barang2 yang kucari sudah ada ditempat yang kuduga kutaruh semula.
Usil memang.
Saat malam, biasanya aku membaca ditaman ruang tengah yang menghubungkan rumah depan dan rumah belakang, dikursi kayu aku suka tidur telentang sambil membaca.
Tiba2 kudengar bunyi siraman pasir dari atas langit, udara ditaman memang terbuka, kadang kudengar suara pohon bunga kantil atau pohon kayu putih digoyang2 dengan keras, seolah2 ada yang menggoyang2.
Kalau sudah begitu, seperti biasa aku lalu mengeluh pada si setan “ Tolong jangan ganggu aku dong, kasihan dong sama aku, sudah punya bos nyebelin, punya anak2 bandel, gak punya uang lagi. Tolonglah, aku ini orang susah, jangan diganggu.”
Kadang kalau sednag kesal sekali keluhanku pada si setan malah bisa berabad2 tak berakhir saking banyaknya keluhanku.
" Kenapa sih ganggu2 terus ? Aku kan yang punya rumah ini, mau diusir memangnya? Tolong deh jangan ganggu2 aku terus. Aku tuh lagi sedih, punya suami play boy kalau ngambek pergi ke Jogja, gak ninggalin duit, gak ninggalin apa2, eh di FB muncul dia sudah dapat korban baru, photonya seliweran di FB. Anak2 juga maunya pakai mobil gak pernah mau cuci mobil, masak aku yang bayar aku juga yg cuci mobil padahal aku pakai mobil saja enggak. Punya anakncewek 2 malas nya minta ampun, sudah malas mandi malas bantu2 ibunya lagi. Coba kalau gak mandi kan gak ada cowok yang pacarin mereka. Terus kapan aku bisa nge test calon mantu kalau pacaran saja mereka gak pernah ? Sudah deh gak usah ganggu2 aku, aku lagi stres nih. Kalau masih ganggu besok aku panggilin tukang usir setan. Pergi sana !!!"
Biasanya gangguan langsung menghilang.
Mungkin si setan malas dengar keluhanku yang tak ada habis2nya.
Tapi pernah ada setan ngeyelan lho Dear Diary.
Saat sedang asyik membaca, sang kunti main perosotan dipohon diatas pohon dekat air terjun yang sengaja kunyalakan.
Walau sudah kuajak bicara dengan memelas, sang kunti malah cekikikan seperti ringkik kuda.
Sesuai dengan watakku sebagai pengabsen kebun binatang, sumpah serapahpun kuucapkan dari mulai anjing, babi, monyet sampai tikus, walau aku tahu pasti bahwa sang kunti bukan binatang.
Jangankan manusia, setanpun tak mau disamakan dengan binatang, sang kuntipun langsung pergi meninggalkan bau2an khasnya, bau amis paduan antara kemenyan dan sesuatu yang amis.
Walaupun rumah Sentul itu 100 % seram, tapi aku tak terganggu karena rumah itu memang jarang kutempati.
Sehari2 aku kost disamping kantorku di Jakarta Kota.
Biarkan sajalah.
Duniaku dan dunia mereka kan berbeda.
Dear Diary,
Kini dirumah ini, rumah yang baru kutempati 2 tahun, kembali setan2 menggangguku lagi.
Sejak lama sebetulnya aku tahu, cuma kudiamkan saja, selama tidak menggangguku.
Aku sudah kebal.
Kalau hanya dilempar gayung atau ditiup2 sih sudah wajarlah, hanya memang makin lama makin usil kurasa.
Tadinya kudiamkan saja.
Capek lahir batin mengingat sudah beberapa kali pengusiran setan dan rukyah kulakukan.
Sebulan keadaan aman,selalu berulang kembali.
Penampakan menyerupai aku atau anakku, suara orang berlari dilantai atas, suara keran menyala, pocong yang jingkrak2 diteras luar kamarku, kunti yang main air saat gerimis itu sudah biasa, jauh lebih seram di Sentul bagiku.
Yang membuat seram karena rumahku ini terlalu luas dengan 10 kamar tidur dan 4 kamar mandi dengan sedikit penghuni, hanya 4 orang.
Biasanya kalau aku sudah merinding saat memasuki kamarku, aku tidur minta ditemani Dini.
Sayangnya penghuni rumahku yang lain seperti ibuku dan anak2 kost merasa terganggu.
Kamar anak2 kost jendela kacanya diketuk2 setiap jam 11 malam, masih siang bukan?
Herannya hanya kamar kost yang dibawah saja yang diganggu, yang diatas aman2 saja, padahal logikanya sih yang diatas seharusnya lebih seram karena ada pohon duku besar dan menyeramkan.
Jadilah hampir setiap malam anak2 kost ke kamar bawah tidur umpel2an dikamar Dini berlima.
Sekarang mereka serempak pergi jumat kemarin.
Rumah terasa sepi tanpa anak2 kost yang biasa bicara dengan menjerit jerit.
Dear Diary,
Tanggal 18 juli 2016, karena kehabisan akal ku posting masalahku di group Inspirasi Rumah Cantik dan Sehat.
Banyak tanggapan yang masuk, ada yang share, ada yang memberi solusi ada juga yang secara nyata membantu.
Tadinya aku apatis, gak mungkinlah mau membantu lha wong kenal saja tidak.
Ada satu anggota dengan nama Moms Dewi yang serius membantuku, meminta nomor pin BBM ku dan memanduku step by step cara mengusir setan sementara nun disana sang bunda juga melakukan tirakat.
Kulakukan saja semua petunjuknya, masih dengan apatis.
Betul gak sih ini orang?
Tanyaku dalam hati.
Kebetulan saat itu hari kamis, saat kulakukan langkah2 pengusiran.
Malamnya semua setan dikamarku rasanya mengamuk.
Aka sampai tak bisa tidur karena terganggu.
Suara atap kamarku diketuk2, lemari diketuk2 atau suara tempat sikat gigi dilempar jatuh dengan air yang mengalir tanpa henti dikamar mandi.
Dari luar kamar terdengar gagang pintu kamarku dioplek2 seperti ingin masuk.
Aku pura2 tidur, tapi dengan lampu menyala.
Kulantunkan ayat Qursi sampai bibirku terasa ba’al.
Jam 5 subuh, setelah sholat subuh aku baru bisa tertidur setelah mengalami gangguan semalaman.
Itulah puncaknya.
Anak2 kost, yang saat itu masih belum keluar, langsung pindah ke kamar Dini, bergabung menjadi satu.
Besoknya anak2 kostku langsung keluar, dengan alasan masa tugasnya sudah selesai.
Malam sabtunya ternyata lancar2 saja tanpa gangguan sedikitpun, hanya bekas kamar anak2 kost dibawah yang masih ramai dg gangguan padahal lampu kubiarkan menyala.
Ibuku bersikeras bahwa hantu2 itu adalah kiriman dari tetangga belakang rumah yang menjadi sainganku saat ingin membeli rumah ini.
Masuk akal sebenarnya asumsi ibuku, karena rumah belakang itu adalah bangunan baru, bekas garasiku, tempat paling aman dan nyaman buatku bila ingin bersembunyi tidur siang tanpa diganggu tetangga.
Makanya saat sepupuku lapor bahwa saat dia menginap dikamar belakang ( karena saat itu masih belum terisi anak2 kost), malamnya dia melihat ada tangan putih menjulur dari bawah kolong tempat tidur, aku tak percaya mengingat barang2 dikamar kost bukan barang antik milikku yang biasanya ada “isi”nya.
Laporan2 yang datang tak pernah kupercaya karena itu bangunan tambahan yang baru 2 bulan selesai.
Dear Diary,
Dengan bantuan Moms Dewi sesama anggota group yang bahkan tidak pernah kukenal, rumahku akhirnya pulih, walau baru rumah bagian depan, sementara rumah bagian belakang tempat anak2 kost baru akan dibersihkan dibantu oleh Moms Dewi.
Bantuan dari Moms Dewi membuka mataku bahwa ternyata orang baik itu ada.
Apa untungnya sih membantu orang yang tidak kita kenal, capek2 melakukan tirakat atau apalah, capek2 mengetik instruksi berlembar2 untukku.
Aku telah terbiasa menganggap kebaikan itu ada dengan mengharap balasan.
Kejadian ini, bantuan ini membuka mataku bahwa masih ada yang mau menolong orang lain tanpa pamrih.
Kadang aku sangsi, “benar gak sih orang seperti ini ada?”
Nyatanya memang ada.
Dan aku tidak kenal malahan.
Terima kasih Moms Dewi atas bantuannya, aku bisa tidur nyenyak mulai kemarin.
Tapi jangan bosan buat bantu aku membersihkan rumah belakang ya Mom?
Indahnya berbagi baru terasa kini untukku.
Terima kasih...terima kasih...terima kasih Moms Dewi.
Komentar
Posting Komentar