UCAPAN ADALAH DOA
Dear Diary,
Aku seringkali diingatkan, entah oleh ibuku entah oleh temanku agar tidak sembarang berucap, karena ucapan adalah doa.
Tapi siapa yang bisa menahannya kalau mulutku lebih cepat berkata daripada otakku berpikir.
Seringkali terjadi kusesali ucapanku yang dimaknai dengan berbeda padahal itu cuma amarah sesaat.
Yang paling kusesali adalah amarahku terhadap anak lanangku yang bandelnya selangit.
Aku lupa apa sebabnya, intinya di jalan tol aku marah dan menyumpahi anakku habis2an, bahwa aku akan mati mendelik kalau sampai anakku diterima di UI.
Yaps, betul, seperti itulah kasarnya kata2ku kalau marah.
Walaupun sampai rumah aku buru2 sholat dan berdoa untuknya dan setiap kali sholat selalu kudoakan dia agar bisa diterima di UI, tetap saja, Tuhan sudah mengabulkan doaku disaat marah, anak lanangku tidak diterima di UI walau dia sudah diikutkan bimbel di Inten yang saat itu sedang top markotop, sedang adiknya si tengah malah diterima di Tehnik Metalurgi UI.
Ucapan disaat marah yang benar2 kusesali sampai kini.
Dear Diary,
Dulu saat masih gadis, sering ibuku melarangku makan di cobek.
Untuk diketahui, makan di cobek bekas sisa mengulek sambal itu makan paling nikmat menurutku.
Porsi sambal lebih banyak, dan...tidak perlu cuci piring lagi.
“ Jangan makan di cobek, nanti kalau kawinan hujan “ kata ibuku mengingatkan.
“ Ah Ida gak mau kawinan, ngapain kasih makan orang2 yang mampu, mending kasih orang gak punya.”
“ Gaya mu sok banget, kalau gak mau kawinan memangnya gak mau kawin2? “
“ Kawin tamasya kan bisa, kawin lari juga gak apa2. Irit kok. “
“ Ngomong sama orang tua kok sembarangan. Ucapan itu doa tahu gak?!! “ ibuku marah mendengar jawabanku.
Kalau ada tetangga atau teman menikah dan mengundangku, aku jarang mau datang, kecuali memang kenal dekat.
“ Kondangan dong, nanti kalau kawin gak ada yang mau datang deh, wong kamu diundang juga gak datang.” Kata ibu menyuruhku datang kondangan.
“Malas ah. Lagian juga Ida nanti kawin gak mau ngundang2 orang kok. Ngapain juga habis2in duit. Mending uangnya buat beli rumah dan mobil.”
Dan benar....bertahun2 kemudian aku kawin lari dengan si Semprul yang saat itu sangat kucintai.
Bahkan perkawinan selanjutnya dengan si play boy karatanpun hanya nikah tamasya, nikah siri sambil lihat panorama Jogja, mencari2 barang2 tua dan bekas di pasar loak serta menyimpan segepok deposito mas kawin yang akhirnya kubelikan 2 unit rumah di Bumi Asri Sentul Regency dan mobil Escudo 2.0.
Aku memang benci keramaian, tapi rasanya karena ucapanku seperti itulah tanpa sadar aku menolak untuk menikah dengan keramaian.
Dear Diary,
Yang lucu adalah cerita tentang temanku, maaf tidak perlu disebutkan namanya karena ini bukan cerita yang membanggakan, ini hanya untuk membuktikan bahwa kadang kalau kita berdoa dengan tidak lengkap hasilnya juga tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Dulu kakaknya temanku seringkali berdoa, seingatnya malah sejak anaknya lahir, agar anak laki2 tampannya bisa diberi kepandaian, bisa menjadi orang terkenal dimata masyarakat, selalu dikawal dan dijaga keselamatannya oleh polisi, dan diberi rejeki yang berlimpah ruah.
Saat bertemu dengannya tahun 2000an, aku yang memang jarang lihat TV dengan menggebu2 tanya kabar anak kesayangannya, yang pernah kudengar banyak dibicarakan orang karena anggota Dewan yang terhormat.
Dia menangis sambil bercerita bahwa semua doanya dikabulkan Tuhan, anaknya pandai, istrinya anak orang terkenal, banyak rejeki, dan memang dikawal oleh polisi kemanapun karena dia ditangkap polisi menerima suap dari rekanan Departemen Kehutanan.
Aku terperangah.
Aku ingat sekali rangkaian doa yang dilantunkan untuk anaknya itu krn setiap kali bertemu dia akan mengulang2 cerita selalu mendoakan anaknya dengan doa itu.
Tuhan memang maha misteri.
Sambil berkaca dan memikirkan nasib kakak temanku yang tiba2 kuingat, saat melihat Aa Gatot yang kemana2 dikawal polisi, aku tercenung shock.
Kupikir jangan2 orang tua si Aa Gatot juga berdoa yang sama, agar anaknya menjadi orang terkenal dan kemana2 dikawal oleh polisi.
Sering aku bercanda pada teman2ku yang meng upload doa agar diberi rejeki yang banyak, agar hati2 berdoa, jangan sampai tertukar, bukan rejeki yang diperbanyak oleh Tuhan tapi malah lemak yang diperbanyak.
Apakah doaku juga salah arah juga?
Bolak balik aku berpikir dan mengulang2 doa yang selalu kupanjatkan siang malam.
Aku memang selalu minta doa diberi rejeki yang banyak.
Rejeki diberikan, tapi akibatnya aku jadi banyak makan krn banyak rejeki yang kuterima dan akhirnya ....banyak lemak.
Apakah seperti itu kejadiannya?
Atau terbalik ya ?
Dear Diary,
Apakah dua kali perkawinanku mendapat suami tua juga karena doaku?
Setiap kali melihat, apalagi sampai membeli barang kayu kuno yang biasanya sudah kutaksir diam2, setelah membayarnya biasanya aku suka jingkrak2, kadang menangis sambil bersyukur.
Perjuangan membeli barang kuno itu gak gampang lho, yang punya barangpun belum tentu mau melepas walau kita sdh kasih harga diatas barang baru ditoko.
“ Ya Allah ya rabb, terima kasih, alhamdulilah akhirnya terbeli juga barang tua ini. Mudah2an aku diberi kesempatan untuk mendapat barang tua lagi ya Allah.”
Biasanya doaku seperti itu.
Selalu seperti itu kalau dipikir2 lagi.
Ternyata........Abrakadabra.....akupun dapat suami ke 2 yang sudah tua, beda usia 10 tahun denganku.
Dear Diary,
Anakku nomor 2, si Tengah itu ratunya orang malas.
Kadang tidak mandi berhari2 walau sudah kusuruh, kuomeli.
Saat aku menangis sambil menyuruhnya mandi baru dia mau mandi.
Tapi apa iya aku harus selalu akting menangis dulu baru dia mau mandi?
Saking kesalnya sering aku memarahi anakku, mungkin menyumpahi ya, tapi jujur cuma mulutku saja kok, bukan hatiku.
Aku sering bilang “ jadi anak perempuan malesnya minta ampun, disuruh mandi aja males banget, ibu sumpahin kamu dapat suami yang sama2 malas De. Biar jadi sepasang suami istri males mandi.”
Ucapanku cuma asal ucap, karena kesal.
Tapi yang tidak kusangka adalah ternyata itu menjadi kenyataan, anakku si Tengah menikah dengan play boy kampret jarang mandi, yang tingkat kemalasannya sama dengan tingkat kemalasan anakku.
Dear Diary,
Mulai nanti malam, aku cuma akan berdoa hanya untuk diberi kekuatan dan keikhlasan menerima cobaan saja, seperti yang diajarkan temanku, dia yang tak mau disebutkan namanya.
Aku tak mau lagi banyak meminta macam2.
Cukup sudah hari tuaku diisi penyesalan karena seringnya berucap tanpa dipikir lebih dulu.
Berpikir dahulu baru diucapkan.
Tapi bisakah aku, kalau berpikirpun kini tak lagi cepat, lebih cepat mulutku berbicara.
Pokoknya akan kuingat selalu, UCAPAN ADALAH DOA.
Aku akan hati2 saat berbicara dan....berdoa.
Penyesalan diujung senja hari...
Komentar
Posting Komentar