ANTARA AKU DAN DIA : KAGAK ADA APA2.
Dear Diary,
Kemarin Rabu pas hari raya Iedul Adha temanku, pak Hendra, mengirim photo sepasang kambing yg sedang kencan dan mengucapkan kata perpisahan.
Aku langsung komplain.
" 😭 Aku gak berani lihat kambing dan sapi qurban....sedih..."
Hendra: " Ternyata kamu hanya garang di FB ya 😄😄😄"
" Gak tegaan pak.. dulu lihat anak luka kejepit pintu mobil, aku malah nangis sampai kencang bukannya nolongin. Aku kan memang lembut hatinya pak. Aku lihat orang jelek saja nangis kok."
Hendra: 😄😅 Jadi kamu liat saya nangis dong.."
" Memangnya pak hendra masuk kategori jelek ya? Kan aku belum pernah lihat langsung jadi gak tahu. Tahunya bapak itu cuma mantan penjahat saja.😔"
Hendra: " Kok engga tahu...memangnya kamu belum pernah liat saya ya ? Kita kan 1 kantor dulu."
" Lupa2 inget pak. Kayaknya pernah ketemu sih di wilayah 12 dulu pas bapak main saat itu sedang jadi pemimpin kredit di SKC Cilegon. Yang royal dan genit kan ? " aku pura2 belum pernah lihat.
Padahal sih aku pernah lihat dulu saat aku baru pindah ke BNI Wilayah 12 di jakarta Kota.
Aku dikenalkan dengan pak Hendra oleh temanku seruangan.
Kulihat dia selalu diiringi oleh dayang2nya, maksudku oleh teman2nya yang dengan senang hati mengharap ditraktir sang pemimpin.
Hendra : " Rit, saya kagum, dengan pandai nya kamu merangkai kalimat...jujur juga saya khawatir kalau kamu terlalu keras mengkritik pemerintah...sorry ya aku engga berpihak....bahkan anak ku yg besar timses nya Anis Sandi...dan sekarang di ajak pak Prabowo. Aku khawatir karena kamu terlalu garang mengkritik."
Ya ampun, garang apa sih ?
Aku kan cuma menyatakan perasaanku sebagai rakyat, bukannya benci jokowi.
Ngapain juga aku benci dia, bekas pacadku juga bukan.
Kalau sekarang Indonesia jadi mangkrak begini kan yang paling terkena dampaknya aku dan orang2 yang berada di atas garis kemiskinan sedikit lagi.
Pensiunku bahkan masih dibawah UMR DKI.
Dulu uang pensiunku masih cukup buat menonton film baru dan makan diluar setiap rabu, sekarang jatahku kelayapan diluar hanya 2 kali bahkan pernah saat harga jengkol dan telor sedang berada dititik kulminasi tertinggi jatahku hanya tersisa untuk 1 kali kelayapan diluar.
Miris bukan ?
Dulu dengan uang 100 ribu bisa untuk belanja sayur mayur seminggu, sekarang uang 100 ribu hanya bisa cukup untuk 2 hari belanja sayur mayur.
Bagaimana aku tidak menjadi kesal kalau setiap belanja uanhmgku selalu meleset perhitungannya karena harga2 selalu naik dan tak pernah turun lagi.
Kudiamkan saja komplain pak Hendra tak terjawab.
Dia memang sering menasehatiku, dia menganggap aku sebagai sahabat, bahkan kalau lagi romantis dan melow dia panggil aku adik.
Dear Diary,
Aku dan pak Hendra sama2 bekas penjahat.
Eh ini bukan penjahat betulan ya, bukan tukang tipu atau yang suka bunuh2in orang Dear Diary.
Penjahat itu istilah yang kubuat untuk menunjukkan bahwa aku dan pak Hendra itu orang yang punya dosa selangit.
Cerita nya kami itu dulunya orang bandel, jarang sholat, suka pacaran sana sini.
Tapi kalau aku sih kayaknya memang penjahat beneran, soalnya kan jahat sekali sama si semprul mantan suamiku.
Kalau pak Hendra tingkat kejahatannya palingan suka berkelahi dan lirik sana sini.
Untungnya rumah tangga pak Hendra adem ayem, jadi tingkat kejahatannya masih lebih tinggi aku, kl aku masuk neraka menurut perhitunganku mungkin aku di neraka VIP rasanya.
Tapi kami sekarang sudah insaf kok.
Aku sudah belajar ngaji.
Aku bahkan sudah khatam Iqro 4 x saking aku tidak maunya pindah ke Al Quran kalau belum paham tajwid dan entah apa istilahnya.
Aku sempat diledek guru ngajiku, "orang2 lain pengen buru2 khatam Quran bu Rita sih bolak balik khatam Iqro terus maunya."
Kalau pak Hendra, dia sih gak perlu belajar ngaji karena sudah bisa ngaji, dia sekarang rajin ke mesjid Baitul Rahman dekat rumahnya.
Bahkan saking seringnya dimesjid dia bisa dibilang berhak disebut sebagai Pria Tuman...pria mesjid Baitul Rahman.
Setiap jam 2 atau paling lambat jam 3 pagi eh masih malam kali ya, dia slalu membangunkan aku melakui WA....woooìiii bangun..bangunnnn.
Kadang gantian kalau saat bangun kulihat tidak ada WA yang membangunkan aku, aku langsung WA dia seperti saat lebaran Haji kemarin.
" woooi bangun....bangun.." kataku.
Hendra: " Hatur nuhun jeng."
Tumben2an dia memanggilku jeng, kupikir dia pasti saat kubangunkan sedang mimpi bertemu dengan jeng Megawati idola alam bawah sadarnya dulu.
" Kita masih puasa lo ya...sampai sesudah sholat Iedul Adha baru boleh makan." kataku mengingatkan dengan sok tahu.
Kadang aku memang sok tahu kok Dear Diary, padahal info agama itu pun aku dapat sepotong2 dari Nina atau akhir2 ini dari Fitri atau Amanda, dan akupun langsung merasa bertambah pintar dan solehah.
Hendra: " Iya cantik...."
" Besok2 ngingetin lagi ah biar dibilang cantik sama pak Hendra😜"
Hendra: " Iya ganteng..😄😄👍"
" Sialann memangnya aku LGBT." aku langsung keki dipanggil ganteng.
Hendra: " Lagi apa syantik...Vanie masih di bandung ?"
" Masih...tinggal revisi skripsinya, dia wisuda november. Alhamdulilah aku sdh gak se stres dulu lagi...udah dulu ya, mau lanjutin ngaji lagi."
Pak Hendra pun ketawa nyengir dan maklum.
Maklum kalau yang kubilang ngaji itu adalah mengaji dari al quran terjemahan, yang kubaca adalah al quran dengan bahasa latin bukan membaca dari huruf arab.
Begitulah cara kami sesama penjahat mengingatkan agar tetap selalu beribadah.
Dear Diary,
Pernah sampai berminggu2 kulihat pak Hendra tidak pernah memberikan koment atas statusku, biasanya dia rajin komen dg nyinyir kadang2.
Aku sih kalau dia koment nyinyir gak akan pernah menjawab, kubiarkan saja.
Bingung juga komentatorku menghilang.
Tiba2 kok aku takut dia mati.
Ternyata dia memang sakit sehingga WA ku yang bertubi2 tidak dijawab.
Kalau sedang sakit, pak Hendra seperti orang2 lain pasti berubah jadi bijak dan baik hati.
Hendra: " Doa kan ya biar kita sehat semua...sdh 1 minggu ini saya di infus untuk menghilangkan flak yg nempel di pembuluh darah jantung."
Pak Hendra memang pernah dipasang ring dijantungnya beberapa tahun yang lalu.
" Dirawat pak hendra ? dimana ? " tanyaku.
Hendra: " Di RS MMC Kuningan, hari ini kalau bisa pulang."
" Tadinya aku, nana dan niyang mau pada ketemuan di jakarta sekalian bezuk tapi yang 2 lagi ada arisan dan lamaran. Mudah2an pak Hendra cepat sembuh dan diangkat semua penyakitnya. Pantesan gak koment2 di status aku gak tahunya sakit ,cepat sembuh ya pak."
Hendra: " Makasih ya adikku.🙏🙏"
Alu langsung lebay dipanggil adikku oleh pak Hendra.
" Aku sedih ...takut pak Hendra mati....teman2 sdh banyak yg pergi soalnya."
Hendra: "Hahaha nyumpaiin cepat mati ya."
" Bukan pak hendra...aku takut aja...kehilangan teman yg baik itu kayaknya gimana gitu. nanti malam aku doain pak Hendra ya.."
Aku memang punya hobby aneh sejak jadi orang insyaf Dear Diary.
Aku punya hobby mendoakan orang2 sakit, tahajud dan mengirimkan al fatehah.
Ehm..anu, sebetulnya sih bukan karena baik Dear Diary, tapi karena perbendaharaan baca2an dan sholatku sedikit padahal waktuku panjang menunggu subuh.
Hendra: " Makasih ya adikku yang cantik."
" Cepat sembuh pak...gak usah mikir yg lain2 dulu..sampai 2019 presidennya masih jokowi kok. Get well soon ya.."
Dear Diary,
Pak Hendra itu orang paling iseng.
Dia kirimkan aku video cara menghilangkan kutil, padahal kan tidak mungkin aku punya kutil.
" Terima kasih banyak pak Hendra..saya bukan kutil tapi seperti daging tumbuh..mau coba juga ah..."
Hendra: " Pesan ku jangan semua "benjolan" ya ...kecuali kutilll.."
"😜👍eh pinter pak hendra...gak disangka..
...berarti pak hendra sdh sembuh sudah bisa bercanda."
Hendra: "Alhamdulilah berkat doa mu say."
Mungkin "say" dimaksud adalah sayur, aku sih gak mau ber suudzon.
" Ya aku kan gak mau kehilangan donatur."
Hendra: " Hehehe bisa juga ngece."
Dear Diary tahu kan pak Hendra itu donaturku?
Kalau uang jatahku menyumbang sudah habis sementara yang diberi masih banyak, aku langsung sms pak Hendra, dan dia tanpa bertanya ba bi bu langsung tanya nomor rekeningku.
Seperti saat lebaran kemarin, uang THR ku sudah ludas padahal masih ada 2 janda terlantar lagi yang belum diberi.
Lebaran tahun lalu juga pak Hendra membeli sarung dan mukena selain amplop untuk diberikan kepada janda terlantar didekat rumahku.
Pak Hendra tahu sumbangannya bukan untukku walau aku juga termasuk janda terlantar yang seharusnya masuk kategori diberikan santunan.
Biasanya setiap memberi sumbangan aku tulis diamplop besar sumbangan dan nama pemberinya, lalu aku photo saat pemberian sumbangan untuk dikirimkan ke pak Hendra.
Sama seperti dengan groupku, setiap ada sumbangan yang diberikan melalui aku selalu ku photo dan kulaporkan agar tidak ada dusta dan curiga.
" Lain kali kalau pak Hendra sakit sms ya..biar aku bisa titip doa di mesjid2 buat pak Hendra. Aku kan kirim makanan buat yasinan di mesjid kalau malam jumat dan suka ditanyain mau nitip doa gak. Makanya kl pak Hendra sakit bilang ya..."
Aku wanti2 pak Hendra agar tidak diam2 saat sakit.
" Eh anu tapi aku gak pernah nitip doa lo pak...habis pernah nitip doa biar dikasih rejeki berlimpah dan kekayaan eh malah diketawain sama pak ustadnya.....sebel banget...pdhl saya kan serius. Pernah juga saya nitip doa agar didoakan bisa kurus langsing eh pak ustadz nya malah ngakak gak berhenti2. Pak ustad cerita katanya dia seminggu masih ketawa ngakak ingat titipan doaku."
Hendra: "Kamu ngarep saya sakit lagi ya ? Jahat banget sih ...hehe."
" ihhh bukan gitu kalee....cuma kl ada sakit kasih tahu biar bisa bantu doa di mesjid sini."
Sekarang Dear Diary tahu kan kalau aku dan pak Hendra dekat tapi tidak ada apa2.
Kami cuma kebetulan sama2 penjahat yang sudah insaf dan berusaha berada dijalan yang lurus.
Sesederhana itu persahabatan.
Saling memberi dan menerima tanpa ada salah satu yang merasa lebih tinggi walau kutahu uangnya pak Hendra mungkin tak berseri.
Tak pernah kudengar ada kesombongan terucap dari pak Hendra walau seharusnya dia bisa, karena kami sama2 sudah berada di titik kesadaran bahwa semua itu hanyalah titipan, yang tak akan kita bawa mati.
Dear Diary, persahabatan seperti inilah yang kuinginkan.
Tak ada kesombongan.
Karena semua toh akhirnya akan fana...
Komentar
Posting Komentar