ANTARA AKU DAN SANDI
Dear Diary,
Mumpung lagi hot nama Sandi didunia maya aku jadi mau curhat nih Dear Diary.
Sandiaga Uno si calon wakil presiden memang numera uno, ganteng menurutku.
Saking kesengsemnya sama wajah ganteng dan pinternya, aku bahkan berjanji dalam hati, kalau pasangan Prabowo dan Sandi menang akan kupasang photonya didompetku.
Tadinya aku mau pasang photo mereka di ruang tamu dan dapurku, bayanganku nanti kalau masak atau belajar ngaji diruang tamu aku akan bersemangat karena dipandangi presiden dan wakil presidenku.
Tapi sayangnya banyak emak2 yg berjanji seperti itu juga, jadi aku terpaksa merubah janjiku Dear Diary, aku memasang photo mereka hanya didompetku saja.
Dear Diary,
Ada satu yang mengelitik mata dan telingaku saat segala puji terhadap si ganteng itu dituliskan.
Dikatakan bahwa Sandi adalah Profesor.
Sandi memang menyelesaikan studi master (S2) di George Washington University, dan mendapatkan gelar Master of Business Administration (MBA) dengan mendapatkan IPK 4,00.
Setahuku Sandiaga Uno itu bukan profesor.
Dia CUMA dpt gelar MBA di George Washington University atau setingkat S2.
Orang Indonesia kadang menganggap semua yang sarjana S2 itu profesor.
Ada temanku meminta resep langsing pada temanku yang lain yang sudah mendapat gelar doktor.
Dianggapnya doktor dan dokter itu sama.
Jadi harus bisa bedakan antara profesor dan doktor.
Profesor adalah guru senior, dosen dan atau peneliti (biasanya sudah bergelar akademik Doktor) yang biasanya dipekerjakan oleh lembaga-lembaga atau institusi pendidikan perguruan tinggi atau universitas.
Gelar profesor ini merupakan jabatan fungsional, bukan gelar akademik.
Sementara itu, gelar doktor adalah gelar akademik tertinggi yang dapat diberikan kepada seseorang yang menempuh pendidikan yang diperoleh dari perguruan tinggi.
Doktor merupakan jenjang pendidikan strata 3 atau biasa disingkat S3.
Sedangkan Sandi baru MBA atau S2 kalau di Indonesia.
Perlu kita ketahui kalau di Amrik itu gak perlu S1 untuk bisa ambil MBA.
Cukup 2 tahun kuliah di Universitas dia bisa ke Amrik ambil gelar MBA.
Bukannya aku julid Sandi dianggap profesor, tapi kalau si cebong itu pada pinter dan tahu, kan Sandi bisa ditertawakan, padahal bukannya Sandi yang mengaku sebagai profesor, Itu yang buat CV nya Sandi yang salah, jangan2 dia malahan musuh dlm selimut.
Yah untung saja para cebong itu jarang yang mau berpikir.
Dear Diary,
Sebetulnya sih aku ingin membahas Sandi yang lain, dia anak kostku selama 2 tahun ini.
Gantengnya dan beningnya sama seperti Sandi yang satunya, cuma tidak setinggi Sandi yang satunya.
Dia bekerja di salah satu Universitas swasta di Sentul.
Bukan cuma ganteng Dear Diary, ibadah agamanya juga rajin.
Setiap subuh dan magrib dia pasti sholat di mushola sebelah rumah.
2 bulan sekali kadang 3 bulan sekali dia selalu menitipkan amplop berisi uang dan baju2 bekas pakainya untuk diberikan kepada bu Mumun, janda yang mempunyai 4 cucu yatim piatu semua.
Aku pernah cerita kan Dear Diary kalau bu Mumun itu anak perempuannya meninggal ketabrak motor polisi didepan rumahku?
Nah anak laki2nya juga meninggal karena sakit, masing2 meninggalkan 2 anak.
Nah bu Mumun itu lah yang sering menerima santunan dari Sandi, pak Hendra, Tati atau Yanti.
Rasanya lega kalau diberikan ke bu Mumun karena saat menerima bantuan dia selalu berdoa panjang lebar.
Aku yang cuma mengantarkan saja juga ikut didoakan olehnya.
Setiap Sandi keluar rumah, bu Mumun saking kagumnya sering bertanya pada Dini.
" Si kasep mau kemana Din? ya Allah mudah2an dia dikasih selamat diperjalanan. Sudah kasep, bageur lagi."
Kekaguman bu Mumun pada Sandi anak kost ku mungkin setara dengan kekaguman para emak2 pada Sandi yang satunya lagi.
Untunglah bu Mumun tidak sampai histeris mencubit2 dan menarik pipinya Sandi seperti yang dilakukan pengagum Sandi yang satunya.
Dear Diary,
Aku pernah lho dibuat nangis oleh Sandi.
Aku ingat pas setahun yang lalu pompaku rusak lagi.
Selama 2 minggu berturut2 pompaku rusak.
Aku bahkan sampai menggali sumur agar lebih dalam airnya.
Sandi tiba2 menyodorkan uang kost kepadaku.
" Bu maaf saya mau bayar kos." katanya.
" Lho sekarang baru tanggal 30. Masih 3 hari lagi kamu bayar kostnya." jawabku.
" Gak apa2 bu, saya kebetulan sengaja bayar lebih cepat kok bu, biar bisa bantu2 bayar pompa, kan berat juga buat ibu pompanya rusak terus."
" Ya Allah Sandi.....huuuuu....huuuu..." akupun menangis terharu sambil menerima uangnya.
Kalau tidak malu dan takut dianggap lebay, aku pasti menangis sambil guling2an dilantai.
Itu style ku kalau menangis soalnya.
Aku betul2 terharu Dear Diary.
Disaat aku malas mau ambil uang sementara didompetku uangku benar2 habis, tiba2 Sandi mempercepat membayar uang kost.
Kejadian itu bukan cuma sekali, kebetulan pompaku memang hobby rusak Dear Diary.
Sandi ini anak Dear Diary.
Kamarnya juga rapih.
Kamar mandi atas yang jarang kutengok karena aku malas naik tangga, lebih bersih daripada 2 kamar mandi bawah yang dibawah pengelolaanku.
Sandi selalu rajin membersihlan kamar mandi setiap habis mandi.
Salahkah aku kalau Sandi jadi anak kost kesayanganku ?
Saat phenomena Sandiaga Uno yang bening dan soleh menyeruak, aku langsung teringat pada Sandi anak kostku.
Kedua2nya dipanggil Sandi, kedua2nya bening dan baik hati.
Dear Diary,
Aku ingin punya cucu yang baik.
Kalau punya anak baik buatku sudah tak mungkin, mudah2an aku masih bisa diberi kesempatan punya cucu yang baik.
Kelak kalau anakku punya anak laki2 akan kusuruh beri nama Sandi, agar dia sebaik Sandi Sandi ini.
Mudah2an saja Dear Diary.
Wish me luck.
Komentar
Posting Komentar