TERNYATA DARI IBU BAKAT NGIBUL INI BERASAL



Kemarin siang ibuku kedatangan saudara2nya, 3 trio kwek kwek kwek, mbak Ing, mbak Siti dan mbak Nani.
Dengan rona bahagia ibu menyambut kedatangan mereka. Mungkin ibu menyangka mereka datang karena mendengar ibu sakit tapi ternyata karena menjelang puasa dan ingin bermaaf2an.
Baiklah. Pokoknya ibu terlihat bahagia.

Kulihat ibu dan saudara2nya mengobrol disemua sudut rumah. Mulanya di teras, lalu pindah ke ruang tamu, pindah lagi ke meja makan, ke kamar tidur, kembali ke teras, begitu seterusnya.
Aku juga bingung apa sebegitu banyak topik yang dibicarakan sampai berpindah2 tempat.
Sempat kudengar saat mereka ngobrol diteras bahwa ibuku dulu manipulatif banget, bahasa indonesianya: tukang ngibul !
Ini cerita mbak Nani adik bungsunya.
"Dulu kalau mbak Nar (nama panggilan ibuku, singkatan dari Theresia Isnarumilah) pengen sesuatu pasti dia kesurupan. Kalau sore dia makan kembang yg ditanam dihalaman, dikunyah2 terus disemburin ke si Cenoh pembantu dirumah. Terus pasti habis itu berusaha cekik lehernya si Cenoh deh. Aku sih gak pernah percaya mbak Nar kesurupan. Aku bilang ke si Cenoh kalau mbak Nar kesurupan pasti karena pengen sesuatu. Ternyata benar. Pas  dijanjikan dibelikan sepeda kumbang baru dan bukan sepeda loakan, baru deh kesurupannya berhenti." Kata mbak Nani.
"Masak sih ibu begitu masih kecilnya?" Tanyaku.
"Benar Da. Ibumu dulu begitu. Setiap mau minta sesuatu pasti kesurupan" mbak Nani menegaskan.
"Ah masak sih aku dulu begitu?" Ibuku bertanya dengan mimik keheranan.
"Ah mbak Nar masak gak ingat sih? Kan kalau kesurupan selain cekik lehernya si Cenoh mbak Nar cekik lehernya mbak Pilah. Aku sih jauh2 kalau sedang kesurupan."kata mbak Nani.
"Pantas ya aku lihat mbak Nar lain sendiri sepedanya. Kalau yg lainnya sepedanya loakkan mbak Nar sepeda baru.".mbak Siti ikut nostalgia sambil mengingat2.
Aku buru2 kabur kekamar dan mencatat percakapan mereka takut keburu lupa.
Hmmmm....bisa buat ngebully ibuku saat kumpul2 nanti dengan adik2ku.
Pantas saja adikku Buyung, Bambang dan Wiwik raja ngibul, ternyata mereka menuruni gen ibuku.
Aku juga sih suka ngibul sebenarnya, tapi keahlianku itu khusus kuperuntukkan untuk suami dan...bosku.

Mbak Siti dan mbak Ing saudara sepupu ibuku bercerita bahwa menjelang ajal dia sudah survey ke pemakaman2 sekitar, lengkap dengan daftar harganya.
Dia juga sudah cari2 panti werdha.
"Tinggal disini saja temani ibu daripada di panti werda.
Biar ibu ada yang temani mbak. Kamar banyak kok, tinggal milih." Usulku.
"Disini kalau sakit gampang. Tinggal telpon dokter Eko, dia datang. Bayarnya murah lagi, cuma rp. 60 ribu. Kalau mau lebih murah tinggal nyebrang jalan ada puskesmas." Sambungku beriklan.
"Dokternya masih muda de Ida? Usianya berapa dia? Ganteng gak?" Mbak Siti mengejarku dengan berondongan pertanyaan.
Ups aku lupa.
Diantara saudara2 ibu, mbak Siti memang yang paling cantik dan...genit.
Mbak Ing cerita saat mereka jalan2 ke Solo Januari kemarin, ditengah jalan kendaraan yg ditumpangi diberhentikan oleh gabungan operasi polisi dan tentara berpakaian hitam2, katanya sih pasukan anti teroris.
Saat mobil dihentikan mbak Siti memaksa ingin turun.
"Aku mau photo2 dulu sama si mas2nya ah.  Aku pengen tanganku dipegangin kanan kiri sama tentara baju hitam itu. Kekar2 banget badannya." Kata mbak Siti.
"Nanti malah disangka penjahat mbak diphoto seperti itu." Kata mbak Nani.
"Istigfar mbak...istigfar..." banyak suara mengingatkan mbak Siti agar istigfar.
Aku lupa menanyakan apakah mbak Siti akhirnya diphoto dengan tentara2 itu atau tidak.
Tapi begitulah mbak Siti.
Saat memilih kamar hotelpun dia sempat2nya bertanya ke petugas hotelnya, siapakah penghuni kamar dikanan kirinya.

Mbak Ing lain lagi.
Sementara yang lain sibuk ngerumpi sebagian waktunya dihabiskan dengan photo semua bunga2 yg ada ditamanku, seolah2 bungaku adalah yg terindah dilihatnya. Rupanya mbak Ing pengagum bunga2an.

Kehadiran saudara2 ibuku, atau kehadiran adik2ku bisa membuatku mengorek2 kejahatan di masa lalu.
Aku sih tidak takut  kejahatan masa kecilku terungkap karena kejahatan terbesarku adalah mencuri mangga muda dan memakannya diatas pohon, serta buang air dikoran untuk kuhadiahkan kepada orang2 yang tak kusukai.
Ibu sudah berulang2 cerita tentang kejahatan terbesarku itu sampai hafal rasanya.
Padahal sih menurutku itu bukan kejahatan, itu cuma karena aku malas.
Jaman dulu kan rumahku masih pakai sumur.
Kalau mau buang air harus menimba banyak2.
Nah kalau kotoranku kubungkus baik2 dikoran dan kutaruh didepan rumah orang2 yang tak kusukai, itu kan jalan keluar yg brillian menurut ukuran anak kelas 5 SD.
Tidak harus menimba air banyak2.
Walau sudah kuterangkan ibuku tetap menganggap aku jahat dimasa kecil.
Sekarang, dengan mendengar taktik kesurupan ibuku dimasa kecil aku merasa mempunyai amunisi untuk bahan ledekan ibu.
Aku juga langsung merasa  bahwa tingkat kejahatanku menjadi masih diambang normal dibanding ibuku.
Sekarang aku baru tahu, darimana bakatku berasal.

Komentar

Postingan Populer