AKU DAN ANJING : TIDAK PERNAH ADA CINTA



Pagi2 sekali aku dibangunkan suara anjing menggonggong berjam2 sejak jam 4 pagi dr bengkel diseberang jalan.
Mungkin krn suasana masih sepi sehingga suaranya terdengar jelas, kadang menggonggong kadang melenguh menyayat hati.

Aku jadi ingat hubunganku dg anjing seperti hubungan suami istri yg sudah bercerai, ada rasa ingin menyentuh tapi benci dan takut tersentuh.
Sejak dulu selalu begitu.

Saat aku masih tinggal di Cilodong, setiap pergi atau pulang dr sekolah aku harus melewati rumah pak Sumarjo yg memiliki anjing kecil lucu berpita merah, tapi galak dan suka mengejar orang2 yg lewat.
Pretty namanya.
Setiap lewat situ aku selalu berdoa banyak, semua doa yg kuingat, agar anjing semprul itu tidak ada didepan rumah.
Ibuku bilang, kalau digonggong anjing agar jongkok dan pura2 ambil batu.
Sudah kulakukan.
Saat digonggong aku pura2 jongkok sambil has his hus mengusir, dan ambil batu.
Tapi tetap saja sang anjing dengan berani mendatangiku.
Batu yg sdh ditangan dan siap kulempar tidak bisa kulempar kr kasihan.
Aku cuma bisa jongkok, menangis dan tanpa sadar terkencing2.
Untung sang pemilik, gadis sebayaku, Iis namanya, datang dan mengambil anjingnya.
Aku pulang sambil menangis dan tidak jadi sekolah kr  rok putihku satu2nya sudah kotor kena debu dan air kencing.
Sejak itu kalau ada suara anjing, aku selalu jalan memutar menghindari rumah itu.
Aku benci anjing itu, juga pemiliknya.

Saat itu aku masih berpacaran dg Oscar Nalle, yg juga memiliki anjing labrador menyeramkan bernama Nero. Setiap aku datang kerumahnya, Oscar selalu meyakinkanku bahwa Nero sudah diikat erat.
Pernah lagi asyik2nya aku lihat bunga dihalamannya tiba2 Nero terlepas dan mengejarku.
Aku bingung.
Tidak ada pohon yg bisa kupanjat, disitu cuma ada oom Ferry, saudaranya Oscar.
Tanpa pikir panjang aku lari terbirit2 sambil berteriak2 minta tolong dan...nemplok dipunggungnya oom Ferry. Untung badanku masih ringan melayang, coba kl sdh seberat ini, pasti langsung ambruk oom Ferry kunaiki punggungnya.
Itu terakhir kalinya aku datang kerumahnya. Tidak pernah lagi.
Nero sang anjing telah membuatku malu didepan keluarga Oscar.

Saat di Semarang, tetanggaku di Jati Ngaleh penggemar anjing, tapi selalu dirantai. Kr tetangga baik, saat natal aku datang walau ketar ketir dan bolak balik tanya "anjingnya dirantai kan bu ?". 
Saat sedang asyik berbincang2, ada yg mencium2 kakiku. kulihat moncong anjing, entah jenis apa, berbulu dan berair menciumiku.
Aku segera bangun dan lari terbirit2 diikuti gonggongan sang anjing.
Satu2nya penyelamatku hanya pohon mangga.
Aku buru2 memanjat pohon mangga penuh semut. Semua akhirnya berakhir damai, sang anjing dirantai kembali diiringi berjuta2 maaf, akupun diturunkan pakai tangga kr tidak bisa turun.
Aku juga bingung, bisa2nya aku memanjat pohong mangga setinggi itu.
2 bulan kemudian aku pindah rumah walau kontrak rumahku masih 6 bulan lagi.

Di Jakarta, pernah aku kost di Jatibaru.
Anak sang Pemilik rumah tiba2 tergila2 anjing kecil lucu kl tidak salah jenis chihua hua, atau apalah namanya.
Aku tidak pernah berani lewat pintu depan, selalu lewat pintu belakang menghindari pelototan anjing lucu itu.
Seminggu kemudian akupun pindah kost kr ketakutan.

Saat ini, saat kudengar suara anjing melenguh sedih, aku turut sedih.
Aku memang tidak punya peri kebinatangan thd anjing.
Tapi aku sering kali sedih mendengar suara anjing melenguh sedih.
Melihat matanya, tubuhnya yg diikat rantai, berapa terpasungnya hidupnya, betapa kejamnya manusia.
Setiap kali melihat anjing, kakiku memang langsung lemas tak bertenaga dan merasa ingin kencing.
Tapi betapapun aku benci anjing, aku tak pernah tega menimpuknya.
Aku merasa anjing adalah mahluk Tuhan.
Mereka juga punya hak untuk hidup, yah setidaknya hidup untuk menakuti dan menggonggongku.
Sampai kapanpun, aku rasanya tak akan pernah jatuh cinta pada seekor anjing.
Sampai kapanpun.

Komentar

Postingan Populer