IBUKU BUKAN MAHLUK SEMPURNA



IBUKU BUKAN MAHLUK SEMPURNA MEMANG

Bogor, kamis sore, 1 September 2016,
Dear Diary,

Sudah 9 bulan sejak ibu tinggal dirumahku tubuhku makin tambah gemuk.
Setiap hari ibu selalu memasak, sehat atau sakit, hujan atau panas.
Begitu ibu tahu aku suka masakan jengkolnya, baik dibalado atau disemur, hampir setiap hari ibu memasak jengkol untukku.
Masakan jengkol ibu memang yahud, dan tidak berbau jengkol.
Ibu memasaknya dengan soda kue katanya, saat kutanya resep rahasia agar jengkolnya tidak bau.
Kebiasaan ibu memasak jengkol untukku berhenti saat kakiku mulai sakit lagi karena asam uratku kambuh.
Itu mungkin alasan utamaku, sebetulnya sih alasan lainnya adalah karena harga jengkol sekarang melebihi harga 1 ekor ayam, sangat sangat mahal, biasanya hanya  rp. 15 ribu sekilo paling mahal, sekarang menjadi rp. 58 ribu se kilonya, cukup berat buat pensiunan melarat sepertiku.
Bila memasak ibu selalu dalam porsi yang banyak, sementara nasi malah sedikit.
Karuan saja masakan ibu selalu bersisa.
Pintarnya ibu, masakan sisa ibu selalu bisa diolah lagi.
Misalnya, beberapa hari yang lalu ibu memasak rendang jengkol untukku.
Karena aku tidak suka rendang jengkol, jengkol yang ada masih tersisa banyak karena kubiasakan hanya makan sekali setiap harinya.
Oleh ibu jengkol yang ada dicuci bersih dan dimasak lagi dengan bumbu semur kesukaanku.
Sementara bumbu rendang bekas masak jengkol diberi telor dan kentang.
Biasanya ibu memasak 2 jenis memang, untuk ayahku dan untukku.
Sementara untuk ayah hari itu memasak gulai ayam.
Oh masih ada lagi, pepes kembung.
Setiap hari ibu memasak pepes kembung, sekilo kembung berisi 7 ekor kembung montok, semua dipepes dan dimasukkan kulkas, bila mau makan baru pepes kembung itu dibakar diatas api kecil.
Pepes kembung itu juga untukku, ibu bilang biar ibu tidak perlu masak berkali2 untukku.
Sebetulnya tidak perlu setiap hari memang, tapi karena diolah lagi sehingga terkesan meja makanku penuh, dan aku seperti si rakus dengan banyak hidangan.
Hari ini ada 5 hidangan didapurku, membuat aku bingung memilih.
Sudah beberapa kali aku minta ibu, memohon malahan, agar ibu hanya memasak untuk ayah saja, karena ayah setiap hari perlu sayur, sementara untukku cukup ada persediaan telur atau mie goreng, itu sudah cukup untukku.
Sayangnya larangan dan permohonanku malah seolah menjadi perintah buat ibu.
Rasanya masakan2 ibu itu sebagai ajang ibu untuk membuktikan padaku bahwa ibu dulu juara masak sekecamatan selama bertahun2.
Jaman pak Harto presidenku satu2nya, ibu2 disetiap kelurahan memang digiatkan dengan kegiatan Posyandu, PKK, dan berbagai lomba memasak, membuat tumpeng, kebaya, dll.
Kelurahan tempat ibu tinggal selalu memonopoli juara tumpeng sekecamatan selama bertahun2.
Kulihat  bukan cuma aku saja yang bertambah gemuk, ayahku, Dini dan bapaknya Dini juga kulihat tambah gemuk.
Nah kalau sudah sampai penuh dapurku oleh masakan2, selalu kukirim untuk bapaknya Dini, anak angkatku untuk dihabiskan.
Dan itu seringkali terjadi.
Pernah ibu bilang “ gak disangka kamu itu orangnya baik ya Da, enggak seperti kelihatannya, keras. Kan bisa saja masakan2  itu dibuang, tapi kamu malah dikasih orang.”
“ Ya  kalau masakannya masih enak dimakan kan memang lebih baik dikasih orang daripada dibuang. Ibu yang masak juga kan dapat pahala, Ida juga dapat.” Jawabku kalem, sementara wajah ibu kulihat mulai waspada.
Padahal dalam hati aku menjawab “ salah siapa ibu masak buat sekelurahan banyaknya. Itu kan mahal biayanya, pakai tenaga lagi.”
“ Besok2 kalau ibu masak lauknya banyak, sekalian masak nasinya yang banyak juga, biar bisa dikasih ke bapaknya Dini bu “ sambungku.
“ Apa? Ibu masakin buat bapaknya Dini. Ngapain amat, kayak ibu gak ada kerjaan saja.” Jawab ibu marah.
Besoknya kulihat ibu memasak sedikit, sesuai porsi yang kuinginkan, tidak buat orang sekelurahan.
Yah sekarang aku tahu trik agar ibu memasak secukupnya saja.
Thanks God.
Tapi sayangnya itu hanya berlaku buat satu atau dua hari saja.

Dibibir sungai depan rumahku ada pohon pisang besar2 yang dulu tumbuh dihalamanku dan kubuang disana.
Daunnya lebar2 dan bagus.
Setiap melihat daun pisang itu ibu selalu bilang dengan nada mengancam “ hmmm...daunnya sudah besar2 Da itu pohon pisang, kita bikin kue pisang Da, besok kita suruh bapaknya Dini ambil. Babat aja semua.”
Pohon pepaya depan rumah juga tak luput dari ancaman ibu. “ Lihat Da, daun pepayanya montok2, besok ibu mau bikin buntil pepaya diisi teri medan.”
Aku hanya bisa diam, sambil membayangkan nasib pohon pisang dan pepayaku yang malang.
Susahnya punya ibu yang hobby memasak seperti inilah, selalu ada ide untuk membuat makanan.

Usia ibuku memasuki 79 tahun, desember ini ibu akan genap berusia 79 tahun.
Selain memasak hobby ibu adalah mencuci.
Hanya saja karena tidak ada yang dicuci ibu biasanya mencuci 3 hari sekali.
Aku  biasanya mencuci bajuku sendiri, sambil mandi, karena jengah rasanya membiarkan ibu mencuci bajuku.
Sejujurnya pernah kuajak ibu omong baik2 agar mencuci baju biar aku saja yang melakukannya.
Tapi ibu malah marah dan bilang cucianku tidak bersih.
Sering juga aku membantu ibu masak, tapi jarak terdekat yang dibolehkan ibu adalah 2 meter, itupun hanya sebatas mengupas bawang merah, membersihkan cabe dan memasukkannya kedalam tempat plastik.
Mengulek?
Tidak pernah diijinkan, katanya ulekanku tidak halus.
Kupikir itu cara ibu secara halus agar aku tidak perlu capek bekerja.
Lho terus masak aku harus makan dan tidur?
Aku sudah kehabisan cara membuat ibu tidak berlama2 didapur.
Ibu pergi dari dapurku apabila aku cerita bahwa di Indovision ada film setan.
Dengan segera ibu bergegas berhenti memasak dan siap2 nonton.
Kalau ternyata aku salah tangkap, bukan film setan tapi hanya film thriller biasa, ibu akan mengomeliku habis2an, “ Dari kecil sampai tua gak bosan2nya bohongi orang tua”, “ Gak insaf2 jadi orang ” atau “ Kayaknya kowe gak mau dapurmu dipakai masak ya? Ya sudah ibu masak dibelakang saja tempat anak2 kost situ “.
Kadang aku sampai menangis saking sakitnya mendengar omelan ibu yang tanpa koma.
Tapi aku langsung masuk kamar, menangis dan abrakadabra....hilang semuanya setelah airmata seember kutumpahkan dikamar.
Kuanggap marahnya ibu adalah ujian buatku, toh niatku menampung dan mengurusi ibu dirumah adalah untuk menebus dosa2 ku yang segunung banyaknya.
Keluar kamar aku sudah bisa haha hihi lagi.

Ibuku dan setan tampaknya saling mengagumi.
Setiap ada film setan ibuku pasti menggebu2 menyuruhku membeli DVD bajakannya.
Setiap ada film setan main di TV ibu sambil bergaya putri duyung, sambil tengkurep mengoyang2kan ekornya, maaf, maksudku menggoyang2kan kakinya menonton film setan.
Tinggal aku yang kerap bisa melihat setan didunia nyata akhirnya yang ketakutan saat menemani ibu menonton.
Biasanya sambil menemani ibu aku membaca novel, hanya menerangkan sedikit2 apabila ibu tidak mengerti jalan ceritanya.
Untung melalui Google aku bisa searching sinopsisnya lebih dulu sehingga ibuku diakhir film dengan malu2 bilang “ heran ya Ida kok tahu semua film, hafal lagi jalan ceritanya. Ingatannya tajam ya. ”
Dan akupun melambung tinggi disanjung ibu.
Yang paling aku gak suka kalau ibuku membanding2kan cerita di film dengan di Indonesia sesudah nonton film setan.
Bukan apa2, kalau ibu cerita itu karena merupakan kisah nyata yang dialaminya atau keluarganya.
“ Orang barat sih setannya keren2 pakai jas. Kalau orang kita setannya selalu pakai baju putih. Pernah ada tetangga di Cilodong dulu karena gak ada kain kafan akhirnya dia pakai kain blacu abu2 yang lebih murah. Malamnya dia jadi setan pocong, mengetuk rumah setiap warga sambil bilang “ tolong bu tolong, kain kafanku diganti...tolong...”. Kamu saat itu sudah kost di Jakarta Da, itu tetangga kita yang rumahnya ditengah2 sawah Da, pak Soleh. Akhirnya semua warga iuran beli kain kafan, dan mayatnya diganti dg kain kafan yang putih. Sejak itu dia gak jadi pocong lagi.”
Wajahku memucat karena kebetulan aku kenal orang itu dan sering bilang permisi saat lewat rumahnya.
Senang melihatku ketakutan ibu langsung melanjutkan “ Kamu ingat Ella adiknya bekas pacarmu Edy Mancung?”
“ Ingat bu. Ella yang cantik itu kan? Bukannya dia menikah dengan Bedy ?”
“  Iya, kasihan deh nasibnya. Mertuanya galak banget. Saking sakit hatinya Ella pernah bilang ke anaknya bahwa kalau dia meninggal dia gak mau mertuanya datang. Pas Ella meninggal, mertuanya datang. Tiba2 mayatnya Ella yang belum dikasih kafan bangun dan melotot memandang mertuanya, terus tidur lagi. Orang2 yang lagi melayat kaget dan kabur, tapi ternyata dia memang sudah meninggal. ”
“ Kamu ingat sama bibinya bekas tunanganmu, si Iyuh. Bibinya kan punya anak bandel, sering gak pulang, siapa tahu inu lupa namanya. Pas mau meninggal dia bilang ke suaminya agar jangan dikubur kalau anak kesayangannya si bandel itu belum datang. Saat dia meninggal, anaknya dicari2 gak ketemu, pas ketemu disuruh pulang tapi waktu sudah jam 7 malam,sudah siap dikubur.
Pas anaknya datang, mayatnya bangun, duduk, dia pandang anaknya dengan sedih, terus tidur lagi. Malam itu juga jam 7 malam mayatnya dikubur. Sampai sekarang setiap angkot yang lewat depan rumahnya suka ditumpangi dia,  tapi saat sampai kuburan orangnya menghilang. Kadang dia jalan spt biasa dia kepasar, sambil tanya orang2, lihat anaknya gak? Sampai sekarang katanya bu Mirah arwahnya masih gentayangan cari anaknya, soalnya anaknya sejak kejadian itu diusir bapaknya dan pindah entah kemana.”
Walaupun nikmat mendengar cerita ibu, ibu sangat meyakinkan kalau sedang bercerita, tak urung aku ketakutan.
Kesal melihat binar2 kepuasan dimata ibu karena berhasil menakutiku, aku juga bilang ke ibu “ Memang kalau jadi orang gak usah pesan macam2 kali ya bu. Ibu tahu gak, pemilik rumah Ida ini dulu kan muslim, anak mubaligh terkenal, kyai siapa lupa namanya. Saat menikah dengan pemilik rumah ini, duda kristen beranak 2, dia masuk kristen. Sebelum meninggal dia bilang agar jangan dikubur dulu kalau orang tuanya sang kyai belum datang melayat jenazahnya. Karena dipesan seperti itu, ya mayatnya gak dikubur2. Orang tuanya didatangi dan diberi kabar anaknya meninggal tapi tetap gak mau datang karena sudah dianggap anak hilang karena murtad. Karena sudah seminggu lebih gak datang juga sementara mayatnya sudah mulai bau dan dikerubungi semut, akhirnya dikuburlah dihari ke delapan. Ibu tahu gak mayatnya ditaruh dimana? Jangan kaget ya bu, ditaruhnya didepan kamar ibu ditaruhnya,  karena ruangannya kan luas, jadi pelayat bisa datang leluasa sambil kumpul2. “
“ Kowe serius Da ? ”
Waduh pakai kowe lagi, berarti ibu mulai emosi lagi nih pikirku.
“ Iya bu, Ida baru ngomong sekarang karena takut ibu ketakutan.” Jawabku kalem.
Padahal dalam hati aku bersorak2 kegirangan melihat ibuku ketakutan.
Siapa menabur benih akan menuai bencana, aku ketawa dalam hati.
“ Betul Din mayatnya ditaruh depan kamar Mbah ?” tanya ibu kepada Dini.
Dini memang penduduk asli situ, jadi ibuku yakin Dini tahu kebenarannya.
“ Gak tahu Mbah, Dini gak pernah masuk rumah ini dulu, yang punyanya Cina tertutup banget Mbah, tapi memang betul sih sampai seminggu lebih  mayat istrinya gak dikubur. “
Acara takut menakuti bubar, sambil ibu memerintahkan ayah untuk memindahkan alat2 sholatnya kedalam kamar tidurnya.
“ Nanti malam bangun ya, situ temanin aku ambil wudhu.” Perintah ibu ke ayahku.
Biasanya ibuku sholat malam di mushola.
Gara2 cerita setan sholat malamnya dikamar.
Yang ibu tidak tahu sebenarnya dikamarkulah mayatnya bersemayam selama berhari2, karena kamarku lebih luas dari pada lorong depan kamar ibu.

Ku perhatikan bila ibuku kalah berdebat denganku, beberapa saat kemudian pasti akan dialihkan menjadi cerita hantu.
Seperti balas dendam atas kekalahannya.

Pernah aku dan ibu suatu sore sambil mendengar suara jangkrik dan kodok yg sengaja kupiara, terhembus bau wangi asap dupa diudara.
Ibuku mengendus2 dengan siaga dan bilang " kalau sore selalu bau kemenyan dr tetangga sebelah deh ibu perhatikan. Jangan2 dia ngambil ilmu ya Da, manggil setan apa gitu biar laku."
" Bukan bu, itu Teguh memang suka bakar hio biar gak ada lalat. Dia kan buat mpek2 jadi suka ada lalat."
Aku membela tetanggaku dengan logika saja.
Karena bau hio kan beda dengan bau kemenyan.
" Gak ini pasti bau kemenyan. Bau hio gak seperti ini."
Ibu tetap bersikukuh menganggap itu bau kemenyan dan itu adalah ritual pemujaan.
Besok paginya aku kepasar dan membeli kemenyan secuil di tukang jual bunga rampai.
Kubakar didekat kamar kost.
Baunya menyebar masuk kedalam ruangan dirumah bagian depan.
" Bau apa ini Da? "
" Ini baru bau kemenyan bu, kalau yg kemarin ibu cium itu bau hio bu. Beda kan baunya?" Tanyaku.
" Iya beda. Tapi ngapain kamu bakar menyan didekat kamar kost? Nanti kalau setannya datang lagi gimana?"
" Gak lah bu. Ini Ida cuma mau buktikan bahwa si Teguh bakar hio bukan bakar kemenyan. Ibu sudah suudzon sama tetangga."
Ibuku diam saja, pura2 buka kulkas, entah apa yg dicarinya.
Aku tenang.
Tapi akibatnya seperti yg ibuku bilang, setannya datang lagi mengganggu anak kost dikamar bawah.
Hadeuhhh...berat sekali pilihan buatku, ibuku suudzon atau setannya datang kembali.
Untung anak kost itu tidak mengadu ke ibuku.
Tenang.
Nanti minta tolong Moms Dewi lagi, pikirku.

Saat ini ibu gandrung sekali melihat persidangan Jesica.
Dalam waktu singkat ibuku menjadi ahli sianida dan ahli hukum pidana berkat TV serta ahli gesture tubuh dan wajah.
Cerita India tentang Ranviir dan Utharan terlupakan sudah.
Jesica, Jesica dan Jesica.
Aku sampai bosan mendengar ceita ibu tentang betapa bersalahnya Jesica.
“Jesica pasti dihukum Da, coba kamu lihat wajahnya. Nyebelin banget, ketawa2 genit, bermanja manja sambil bisik2 sama si Otto. Ahli wajah juga bilang kalau Jesica itu gerak geriknya seperti orang salah. Tadi kan CCTV nya diulas habis2an.“
Ibu memanggil pengacara Jesica dengan si Otto, layaknya kenalan lama saja.
“ Bu, di Indonesia itu pembuktian dengan  ahli wajah dan CCTV itu gak diakui bu, lha wong bukti photo copy saja gak diakui dalam persidangan. Jadi Jesica belum tentu dihukum.”
Bukannya aku penggemar Jesica, rasanya kasihan saja melihat Jesica diomeli ibu seharian, didiskusikan berhari2 sambil diceritakan kejelekannya oleh ibu kepada siapapun yang mau mendengar, dari mulai ayah sampai Dini.
Aku tahu bagaimana rasanya menjadi bahan pembicaraan tanpa bisa membela diri.
Sore hari pasti akan ada cerita setan untukku.
Balas dendam ibu untukku.
Aku sudah bersiap2.
“ Ibu pas sholat malam kok dengar pegangan pintu kamarmu di okrek2, tapi ibu lihat gak ada siapa2.”
Ibu memulai pembicaraan hantunya.
Aku memang mendengar juga, kupikir tadinya ibu yang mau masuk kekamarku, tapi gak mungkin banget kupikir, karena ibuku pasti takut keluar kamar.
Saat itu aku juga sedang sholat malam.
“ Iya Ida juga dengar, padahal sudah dibersihkan oleh Moms Dewi teman Ida ya. Apa setannya datang lagi ya bu ?”
Saat kulihat ibu kegirangan dengan hidung kembang kempis dan senyum setengah mengembang, naluriku bilang ibu pasti bohong.
Itu memang ciri2 ibu bila sedang membohongi kami anak2nya.
“ Tapi Ida sih curiganya setan yang didapur yang belum hilang tuntas, soalnya semalam pas Ida ambil minum ke dapur kok disumur sebelah dapur kayak rame gitu bu. Cuma ngapain setannya jalan2 ke depan kamar Ida ya, biasanya dia mainnya didapur atau kamar mandi saja kok.”
Kali ini aku tidak bohong, cuma waktunya saja yg kubohongi.
Adegan seram itu kejadian sebelum dibersihkan oleh Moms Dewi.
“Coba hubungi lagi temanmu, masak setannya gak hilang2. Ibu kan kalau pagi selalu masak buat  rebusan kaki ayahmu.”
“ Biarin ajalah bu, malu Ida bolak balik minta tolong. Kita banyakin baca surat Al Jinn saja bu. Enak malah ada yang jagain rumah. Maling juga takut masuk. ”
Aku pura2 kalem, tapi jiwaku tetap penasaran ingin tahu kebenarannya.
Saat ibu tidur siang, kubelikan ayah biskuit dari warung sebelah sambil tanya “ semalam yang koprek2 pintu kamar Ida ayah ya? Ada perlu apa yah?”
“ Gak ada apa2, lagian bukan ayah kok, itu ibumu aja iseng, mau nakut2in, akhirnya dia yang ketakutan sendiri.” Ujar ayah geram.
Alhamdulilah, ternyata bukan setan betulan yang oprek2 pintu kamarku.
Rumahku sudah bersih seutuhnya.
Mudah2an ibu berhenti menakut2i aku bila kalah debat denganku.
Kadang aku ingin mengalah, tapi rasanya salah membenarkan hal yang jelas salah.
Malam jumat ini, entah cerita setan apalagi yang diceritakan ibu untuk menakut2iku.
Wait and see sajalah......sambil deg2an tentunya.

Komentar

Postingan Populer