INI CERITA TENTANGKU, ANAKKU DAN PENGUNGSI SURIAH:


Dear Diary,
Rabu 23 september 2015, si bungsu yg kuliah di FH Unpad Bandung pulang kerumah dlm keadaan lesu.
Rupanya skripsinya ditolak oleh dosen pembimbing yg kedua kr blm ada regulasinya di Indonesia sehingga tidak ada contoh kasus di Indonesia , padahal judulnya sudah disetujui dosen pembimbing yg kesatu, bahkan sudah memasuki bab 2.
Dia mengambil hukum internasional.
"Sudahlah, legowo saja. Dosen juga kan manusia, kadang2 dia perlu menunjukkan taringnya pd mahasiswanya. Mungkin saat diskusi kamu agak ngotot sehingga si dosen tersinggung." Ujarku menenteramkan si bungsu.
Matanya mulai setengah melotot tak setuju tapi masih diam tak membantah.

Dear Diary,
Si bungsu cerita dia mengajukan judul baru tentang transgender dari segi HAM dan 1 lagi tentang refugees Suriah.
Aku terkejut.
Transgender?
Apa untungnya membahas tentang itu?
Dari segi agamapun mereka kaum yg keluar dari norma.
Anakku bilang bahwa transgender yg dibahas yg memiliki kelainan fungsi seksual sejak lahir  bukan kr pergaulan.
Lagipula ini bukan tentang hukum islam jadi tidak ada kaitannya dengan agama.
Sambil mengatakan itu matanya sudah melotot dg suara naik 1 oktaf.
Aku mulai istigfar dlm.hati agar diberi kesabaran lebih menghadapinya.

Dear Diary,
Anakku bilang dia juga mengajukan judul tentang refugees Syria dan krisis Uni Eropa.
Dia dengan berapi api bilang "mamam tahu gak, Saudi Arabia itu tidak mau menerima pengungsi mam. Padahal dia kan kaya, seharus dia membantu, kan dia juga punya andil ikut memberi bantuan ke pemberontak."
"Gak bisa. Mamam baca kalau Saudi menampung 2.5 juta pengungsi." Aku membantah dg meyakinkan.
"Pasti baca di FB kan?" Anakku bertanya dengan telak dan sinis.
"Sudah periksa linknya, sumbernya darimana? Jangan asal percaya mam. Aku pikir mamam pinter. Ini aku kasih linknya. Mamam baca yg betul."
Aku ingin berteriak memprotes ketidak sopanannya.
Aku tersinggung sikapnya yg keminter.
Baru 3 jam bertemu si bungsu kami sudah saling melotot, padahal berminggu minggu kutunggu kedatangannya dg penuh rindu.

Pertama kuperiksa pastinya berita ttg Arab Saudi yg menerima 2.5 juta orang pengungsi Suriah secara diam2.
Aku tak mau dianggap salah.
Astagfirulloaladzim, ternyata cuma hoax.
Aku tertegun kaget.
Masak sih tipu2nya Jokowi effect sampai ke Arab Saudi, sampai mereka ikut2an ngibul?

Negara Suriah atau Syria saat ini dibawah presiden Bashar Al Assad, dari dinasti Assad yg sudah sejak tahun 1960 memerintah Suriah.
Arab Saudi secara diam2 dan terang2an membantu pemberontak memerangi Pasukan pemerintah Suriah. Saat ini selain pemberontak juga ada ISIS yg memerangi pasukan pemerintah, dengan rakyat Suriah sebagai korban diantara adu kekuatan itu.
Entah dendam kesumat apa, aku belum sempat membaca seluruh sumber krn keterbatasan bahasaku yg alhamdulilah sangat dibawah standar, rupanya sejak tahun 2011 pemerintah Arab Saudi menurut kantor berita SANA telah menolak kunjungan rakyat Suriah untuk naik haji. Sikap larangan yg sama juga terhadap Yaman sejak tahun 2011.

Aku kecewa Dear Diary.
Selama ini aku menganggap Arab Saudi sangat bijak. Kaya raya lagi.
Penilaianku makin merosot saat kutahu Arab Saudi termasuk 5 negara Arab yg kaya, subur makmur loh jinawi yg tidak mau menanda tangani penerimaan pengungsi dinegaranya, walaupun Arab Saudi mengirimkan bantuan 500 juta dollar pertahun kepada UNHCR.
Ke 5 negara itu adalah Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Qatar dan Uni Emirat Arab.
Negara dengan kekayaan ratusan milyar dolar di pundinya.
Sementara negara tetangga Suriah yg miskin, yang mengalami defisit anggaran dan hanya memiliki kekayaan ratusan ribu dolar saja seperti Yunani, Lebanon dan Mesir malah mau menampung jutaan pengungsi Suriah.

Yang paling sadis sikap pemerintah Inggris.
Tahun 2014 Inggris mencoba menghentikan kapal  Mare Nostrum, upaya pencarian dan penyelamatan pengungsi di laut Mediterania.
Sikap pemerintah Jerman yg patut diacungi jempol. Saat ini Jerman telah menampung 800 ribu pengungsi dan bersiap merubah kebijakan yg lebih memudahkan pengungsi.
Jumlah itu setara dg total jumlah pengungsi di seluruh Eropa thn 2014.
Dan bagaimana Arab Saudi bersikap?
Melalui pemerintahnya Arab Saudi menyatakan siap memberi bantuan 500 juta dollar utk membangun mesjid bagi pengungsi di Jerman.
Aneh dan tidak tepat menurutku.
Yg lebih diperlukan pengungsi saat ini sandang pangan, bukannya mesjid.

Sikap Uni Eropa masih mendua saat ini.
Dikhawatirkan dg makin banyaknya umat muslim dr Suriah ke Eropa akan menambah jumlah muslim di Eropa.
Padahal berdasarkan perhitungan, masuknya jutaan pengungsi itu tidak banyak merubah prosentase muslim Eropa, dari 4 % semula menjadi 5 %.
Dikhawatirkan juga masuknya pengungsi akan menambah jumlah kelahiran dan pertambahan penduduk.
Hal yg tidak berdasar sama sekali.
Karena saat di Suriahpun angka kelahiran sudah menurun dg makin banyaknya penduduk Suriah yg berpendidikan.

Sampai saat ini aku masih malu mengakui kesalahanku kepada si bungsu.
Mana aku tahu kl ternyata berita yg kusambut bahagia tentang Arab Saudi yg diam2 menerima 2.5 juta pengungsi ternyata hanya hoax?
Padahal aku ingin sekali bertanya pada si bungsu, bagaimana dengan Indonesia?
Apakah Indonesia juga menanda tangani perjanjian penerimaan pengungsi ?
Kenapa sikap Indonesia terhadap pengungsi Rohangya demikian beringas?

Dear Diary,
Mudah2an Indonesia tidak seperi Arab Saudi yg menolak pengungsi.
Rasanya ironis sekali bila kita menolaknya, padahal kita menerima 10 juta rakyat China dengan karpet merah dan kemudahan regulasi.
Tapi itulah Indonesia, negaraku tercinta...

Komentar

Postingan Populer