AKU DAN PARANORMAL : AKRAB
Dear Diary,
Dear Diary tahukan kalau hubunganku dengan dukun selama ini selalu akrab.
Dukunlah orang yang akan kucari bila doa2ku tak terjawab atau lama menunggu jawaban.
Sejak kecil aku memang akrab dg suasana dunia gaib.
Nenekku di Serang, bila kehabisan korek api dan lilin bahkan bisa meminta api dan disimpan didalam telungkup kedua tangannya.
Saat kami sekeluarga masih tinggal di Serang, aku dan adikku masih kecil, saat melarang kami, aku dan adikku keluar ruangan, mbah putri, demikian kami biasa memanggil nenek tiriku, dia cukup meludahkan air ludah berisi sirih kemerah2an, kedepan pintu, maka kamipun tak bisa melewatinya, seolah2 ada tembok tak kelihatan menghadang kami untuk keluar.
Itu awal aku berkenalan dg dunia gaibnya para dukun.
Dear Diary
Saat ibu menikah kembali, ayah tiriku ternyata cucu seorang dukun terkenal di Ciampea, Bogor, kami biasa memanggilnya mak Iyot dan abah Mali.
Dari mereka aku sempat mendapat pelajaran ilmu karang, disuruh menghapalkan kidung maling untuk menarik hati pria dan cara menolak hujan.
Dengan lembut mak Iyot mengajarkan aku cara membaca garis tangan dan melihat wajah.
Cuma aku yg diajarkan, bukan adikku.
Melihat mak Iyot dan abah Mali yg tulus menolong orang bahkan kadang tanpa imbalan, aku sempat tertarik dan bercita2 menjadi dukun.
Sayang saat mereka meninggal, walau mak Iyot dan abah Mali sudah mewanti2 agar aku hadir, aku tetap dilarang ibu hadir untuk menghisap asap yg keluar dr ubun2 mak Iyot dan abah Mali saat sakratul maut, ilmu merekapun hilang tak berkelanjutan.
Kadang2 hanya suara harimau piaraan mak Iyot dan abah Mali yg terdengar ibuku, dan kadang2 dilihat oleh tetangga2ku.
Aku sendiri belum pernah melihatnya. Padahal kalau aku memilikinya mungkin aku bisa kaya krn bisa hemat ongkos.
Pernah saat aku masih di SD, beberapa kali tiba2 abah Mali sudah didepan pintu rumah kami.
Saat sesudah pamitan tiba2 dia hilang. Benar2 menghilang.
Saat aku berkedip sejenak, abah Mali sudah tak ada.
Abah Mali kata ibuku menaiki harimau piaraannya datang ke Jakarta.
Hal2 seperti itu membuatku sangat tertarik dg dunia gaib.
Benar2 menakjubkan, pikirku saat itu.
Dear Diary,
Saat aku menjadi teller selama 8 tahun di BNI, sebagai pengkhayal, aku seringkali tekor selisih kas kurang.
Biasanya aku buru2 lari ke dukun langganan kami para teller, menanyakan siapa kira2 dan dimana kurangnya.
Ajaib, biasanya uang tsb kembali bisa ditemukan, kecuali bila yg mengambil uangnya nasabah numpang lewat yg susah dilacak alamat rumahnya.
Biasanya melalui media keris karatan, kadang2 baskom berisi air.
Entah sudah berapa kali wajahku diludahi mbah dukun, agar tidak kena gendam nasabah katanya.
Yah percaya atau tidak, biasanya memang manjur sih.
Saat suamiku yg alhamdulillah tidak percaya dukun dan kebetulan selalu punya uang, hubungan dengan dukunpun sempat terhenti, kr suamiku selalu membekali banyak uang didalam dompet, bila selisih hanya sampai 500 ribuan dan sudah waktunya setor ke kas tapi selisih belum ditemukan, aku langsung ganti, tidak perlu susah payah lagi pergi malam2 ke mbah dukun dan mencari alamat nasabah.
Saat itu belum ada ATM, jd dompetku harus penuh berisi banyak uang.
Kalau ingat seperti itu, biasanya aku langsung bersyukur pernah punya suami si semprul, yang banyak uang, yang menyayangiku dan tidak ingin aku belusukan kerumah nasabah mencari selisih uang.
Dear Diary,
Saat aku jatuh cinta pd si play boy, si semprul yang anti dukun jadi mau tidak mau tertarik pd paranormal terkenal di Ciledug, pak Ikhsan namanya.
Dia mengantarkan aku berobat ke pak Ikhsan agar aku terlepas dr guna2 sang play boy.
Pak Ikhsan akhirnya meninggal kr kalah saat berhadapan dg ilmu sang play boy.
Aku dan suamiku sempat bezuk pak Ikhsan, saat itu dia masih sadar sebentar.
Dia menganjurkan utk berobat kegurunya pak Ikhsan, sayangnya belum sempat selesai bicara dan menyebutkan alamatnya pak Ikhsan tiba2 koma dan meninggal beberapa jam kemudian.
Tanpa pak Ikhsan, akupun jatuh kepelukan sang play boy.
Dear Diary
Saat aku bertugas di Semarang, aku mengikuti trend teman2 asli Semarang, mengikuti berbagai aliran dan berguru. Sayangnya kr malas dan tidak terlalu tertarik aku berhenti belajar dan hanya membeli mahar dan melakukan puasa saja.
Akupun diberi ilmu kebal.
Saat turun dr kereta jam 3 subuh, dlm perjalanan ke rumah di daerah Karang Turi, becakku dihadang 3 orang tukang todong. Belum sempat bereaksi saking kagetnya ditodong berjamaah, tiba2 kulihat ketiga orang itu terpental jauh.
Aku cuma bisa melongo melihatnya.
Saat ditodong di mikrolet M08 pun sang penodong buru2 turun saat kupelototi. Padahal aku melotot bukan krn berani tp karena lamunanku terganggu ulah sang penodong.
Menurutku itu bukti ampuh.
Dear Diary
Sesudah aku bercerai, setiap malam selasa dan malam jumat, aku selalu muntah darah. Rumahku juga kerap ditimpuki sesuatu tapi tidak ada bentuknya.
Belum lagi kelelawar yg tiba2 masuk ruang tamu setiap magrib atau ular yg bergelung disudut kamar.
Aku bingung.
Rumahku tertutup pagar tinggi.
Darimana binatang2 itu datang?
Konon itu ulah mantan ibu mertuaku yg tidak rela anaknya disakiti.
Akhirnya aku pergi ke dukun terkenal di Cibubur dekat studio ANTV.
Sekali datang aku bayar mahar ratusan ribu. Aku dimandikan air bunga setaman dan dipijat sang dukun.
Pijatnya seperti meraba2 dan agak erotis. Saat itu aku berpikir, ini mungkin yg menyebabkan banyak pasien yg kedukun rela disetubuhi sang dukun.
Aku yakin bukan diperkosa.
Pijatannya benar2 membuat orang terangsang.
Aku yg demikian berpengalamanpun terangsang saat dipijat sang dukun. Syukurnya aku penggemar cowok tampan dan bermateri, jd aku tidak tertarik.
Kumatikan perasaan terangsangku saat melihat wajah sang dukung yang tua renta.
Aku hanya diam dan membisu tak bergerak2 saat digerayangi sang dukun.
Pembenaran tindakanku saat itu adalah demi keselamatanku.
Aku toh ingin sehat dan aman dr teror mantan ibu mertuaku.
Dan inikah jalan yg harus kutempuh.
Itu pembenaranku saat aku mulai berpikir bahwa langkahku kedukun itu adalah salah.
Pada kunjungan ke 6 aku diberitahukan sang dukun bahwa pd kunjungan ke 7 rabu berikutnya aku harus mau ditiduri sang dukun.
Sang dukun bilang "ini bukan abah yg gituin ibu Rita. Ini pangeran Hidayatulloh. Wadah abah cuma wujudnya saja tp sebetulnya pangeran Hidayatulloh yg gituin ibu Rita."
Nalarku mulai jalan pelan2.
Entah pangeran atau raja sekalipun kl wujudnya seperti sang dukun, tua, hitam keriput dan dekil, aku emoh.
Amit2 deh.
Ini salah.
Hari rabu saat seharusnya kunjungan ke 7, kuutus supirku Royani untuk menemui sang dukun.
Aku kasih uang mahar sebesar rp. 1.177.771.- dan berpesan bahwa aku berhenti berobat padanya.
Memang sih ada perbaikan saat sesudah diobati.
Ada pasir2 besi berwarna putih kadang disertai belatung yg katanya keluar dari vaginaku.
Bodohnya aku percaya saja saat itu. Belakangan saat kasus Guntur Bumi menyeruak, aku yakin sang dukun punya trik yg sama dg Guntur Bumi.
Jangan2 malah dia embahnya Guntur Bumi.
Dear Diary
Keputusan menjauh dr dunia paranormal adalah setelah uangku habis bukan cuma sedikit tp sampai puluhan juta agar rumahku di Sentul laku terjual.
Puluhan dukun, kyai, ajengan yg kudatangkan kerumahku.
Menyiram air garam sehingga rumputku mati menguning, membongkar2 kebunku dan menanamkan ber gram2 emas untuk tumbal. Tak ada yg berhasil.
Kepercayaanku pd para dukun mulai luntur. Dukun terakhir yg membuatku putus asa adalah dukun dr Sukabumi.
Membayar banyak uang, menempuh 12 jam perjalanan pulang pergi dan menggigil kedinginan dimandikan tapi dengan hasil nihil.
Cukup sudah.
Dear Diary
Hal yg mendukung taubatku ternyata penyakitku.
Penyakitku membuatku tak mampu pergi jauh.
Hanya dirumah dan berdoa saja yg kini bisa kulakukan.
Taubat kr keterpaksaan sebetulnya.
Apapun itu kusyukuri.
Lebih nikmat meminta dan mengeluh langsung pd Tuhan, tak perlu perantaraan kyai, ajengan, ustadz apalagi dukun.
Usia tua mampu menyadarkan aku.
Kematian teman2ku yg tiba2, yg tak wajar dan yg sakit berkepanjangan membuka mataku, perjalananku menjelang akhir.
Sudah saatnya aku taubatan nasuha dan menjalankan semua kewajibanku serta menjauhi laranganNYA.
Selama ini aku bertahun2 sholat tapi aku tetap bertindak musyrik.
Walau aku mengatas namakan keselamatan dan demi kebaikan saat meminta pertolongan ke sang dukun, itu tetaplah musyrik.
Walau doa2 dan komat kamit sang dukun mengucapkan asma Allah aku yakin itu adalah musyrik.
Memangnya siapa dia sehingga doanya akan dikabulkan Tuhan bila saat berdoapun tangannya sambil menggerayangi tubuhku?
Kenapa aku tidak berdoa langsung kepada Tuhan?
Kesadaran yg terlambat.
Keyakinan yg tertunda lama.
Dalam usia tuaku, seperti layaknya orang Indonesia lainnya, aku masih tetap merasa beruntung walaupun sudah merugi banyak.
Aku beruntung sempat sadar bahwa perbuatanku salah.
Saat anak2ku membaca tulisan ini, entah kapan, percayalah nak, sebagai ibu, aku ingin tak ada yg mengikuti langkahku.
Aku ingin dengan kepandaian mereka, mereka bisa mengerti dan menelaah, tindakan ibunya selama ini salah.
Ke dukunlah aku pergi bila ada yg tak beres ditubuhku, bukan ke dokter.
Itu semua tindakan musyrik anakku, ingin aku mengaku didepan anak2ku.
Sayangnya aku tak mampu berbicara.
Aku hanya mampu menulis yg tak terucap.
Ibumu musyrik nak, ingin aku berteriak.
Berdoalah pada Tuhan.
Menangislah, merataplah dan mengadulah sepenuh hati pada Tuhan.
Pasti Tuhan akan mendengarkanmu.
Jangan ikuti langkahku.
Jangan pernah !!!
Akankah anak2ku mengerti Dear Diary ?
Komentar
Posting Komentar