KEBAKARAN..KEBAKARAN...

Tadi pagi seusai sholat subuh lampu tiba2 padam. Aku menyumpah2 kr terantuk pinggiran tempat tidur. Belum selesai merasakan sakit tiba2 kudengar teriakan2 " kebakaran....ada kebakaran...!".
Kuintip dari balik pintu, ternyata sudah banyak orang berkumpul panik didepan rumahku.
Letupan2 diiringi bunga api serta kilatan2 warna putih terlihat dekat, hanya dibatasi jurang berisi pepohonan.
Jaraknya dekat sekali dari rumah. Hanya selang 5 rumah.
Aku buru2 masuk kerumah kembali.
Kucari baju bepergian paling praktis, kuisi tas tanganku dengan dompet dan buku2 tabungan. Kuambil koper kosong, kuisi dengan baju dalam dan baju2 serta jilbabku, dalam warna2 yg netral.
Surat2 tagihan ikut kumasukkan kedalam tas tangan. Semua kukeluarkan, kutaruh diteras sambil kuambil kucing2ku serta makanannya.
Depan rumahku sudah penuh orang, tetangga sebelah bahkan sudah membawa tas berisi uang jualannya. Ada yg sudah mengeluarkan TV dan stereo selain baju.
Sementara tetangga sebelah kiriku, bujangan paling ganteng se Indonesia yang dicari2 oleh kaum hawa se Pekalongan malah tidur pulas.
Macam2 reaksi orang kala tertimpa musibah.
Aku panik memang, kebakaran begitu dekat bahkan panasnya pun sudah terasa, tapi tidak membuat aku lupa hal yg paling penting: surat2.
Untung surat2 penting spt ijazah, SHM, dan akte anak2 semua disimpan di Safe Deposit Box, jadi tidak terlalu banyak yg tercecer. 

Sambil melihat keadaan membaik aku makan diteras. Itu yg paling penting. Karena aku perlu tenaga mengangkat koper, kucing, dll.
Tetanggaku heran dan bertanya " kok bisa sih bu lagi kebakaran malah makan? Memangnya ibu gak perlu keluarin barang2?"
"Itu sudah siap, tinggal bawa" sambil menunjuk 1 koper, 2 keranjang kucing dan 1 tas tangan.
"Barang2nya gak dikeluarkan bu?" Penasaran dia bertanya.
"Gak perlu. Ini yg paling penting, sudah dibawa semua kok."
Yang tetanggaku tidak tahu, aku sudah ikut asuransi. Semua barang2 sudah diasuransikan. Jadi aku tinggal bawa diri saja.

Untunglah Tuhan masih menyayangiku. Angin tiba2 berubah arah menjauhi rumahku.
Aku jadi membayangkan kebakaran dihutan nun nauh disana. Semua pepohonan berwarna merah dijilat api. Kebakaran makin diperparah karena adanya lapak penimbunan barang bekas berisi kardus2 dan plastik. Terasa sekali bedanya melihat kebakaran di TV dan di alam nyata. Betapa kecilnya kita melihat murkanya api.

Yang paling kusesalkan banyaknya penonton. Tetangga2ku bahu membahu menyiramkan air, sementara penonton malah berjubel bukannya membantu tapi mempersempit ruangan.
"Homo homini lupus", manusia adalah serigala bagi sesamanya. Satu2nya pelajaran yg kuingat dr fakultas hukum cuma ungkapan itu.
Aku saksinya melihat betapa antusiasnya mereka melihat api meranggas, betapa kecewanya saat api mulai padam, betapa tanpa perasaan mereka mentertawakan tetanggaku yg panik sambil menggendong bantal.
Ini musibah kebakaran ! Seandainya tidak mau menolong janganlah mempersulit pertolongan untuk kami.
Saking kesalnya, sehabis makan ku kordinir ibu2nya untuk menutup akses jalan agar tidak mengganggu proses evakuasi dan proses pengambilan air.
Kejamnya masyarakat kita.
Betapa menikmatinya melihat kesengsaraan orang lain.

Syukurlah jam 11 api mulai padam.
4 jam kemudian listrikpun menyala kembali.
PLN ternyata sesuai janji. Tadi sempat kutanyakan pada petugas PLN, Toni namanya, kapan listrik menyala.
Dia bilang "tidak lebih dari 4 jam bu. Sekarang kalau lebih dr 4 jam vendor yg mengurus masing2 gardu listrik akan dikenakan denda."
"Lalu kenapa didaerah pemadaman listriknya lama?"
"Didaerah masalahnya beda bu. Biasanya kl luar jawa itu karena daya nya yg kurang, jd sering padam bu."
Syukurlah PLN sekarang sudah lebih baik pikirku. Bukan cuma menggebu2 meminta pembayaran tapi juga mempercepat pelayanan.
Batal sudah pengeluaranku untuk  membeli genset.
Hmm....Tuhan ternyata benar2 menyayangiku...

Komentar

Postingan Populer