BALADA KOLOR BIRU
Dear Diary,
Kemarin aku bongkar bongkar tanaman pembatas pagar didepan rumah.
Sesuai kebiasaan, tetangga yang lewat berbasa basi dengan mengangguk anggukan kepalanya.
" Bu haji suka warna biru ya ternyata." tanya salah seorang tetangga sambil senyum senyum simpul.
Dear Diary tahu kan senyum simpul ?
Itu lho senyum yang gak jelas juntrungannya dan sebab musababnya.
Otomatis aku melirik bajuku, oh iya aku pakai baju muslim warna biru.
"Iya bu...saya suka biru." aku langsung ngibul.
Mana pernah aku suka warna biru, aku kan suka warna hitam biar pinggangku tidak kelihatan lemak lemaknya.
Ada rasa aneh dihati, tetanggaku itu orang ke dua yang tanya soal warna biru, dan orang kesepuluh yang tanya warna biru selama 4 hari terakhir, sejak hari Jumat kemarin.
Aku langsung berpikir dengan runtut, dimulai sejak hari Jumat.
Hari Jumat aku pakai gamis biru tua, baju bepergianku sebetulnya, bukan baju rumah.
Sia sia rasanya kalau langsung di laundry padahal baru dua kali pakai dan selama 4 jam saja.
Hari Sabtu aku pakai daster batik biru yang panjangnya menjuntai menyapu tanah.
Hari minggu aku pakai baju biru dengan motif abstrak.
Hari Senin aku pakai baju muslim biru.
Hari Selasa ini aku pakai baju yang warnanya sama dengan kemarin hanya beda motif.
Apakah aku disangka tidak ganti baju sejak Jumat karena semua baju yang kupakai warnanya biru?
Aku mulai panik Dear Diary.
Rasanya kejadian dipermalukan oleh bang Ucup terulang kembali.
Dipanggil " bu haji yang pakai daster pink melulu" oleh bang Ucup selama 3 tahun itu sangat membekas dihati.
Padahal aku kan kalau beli pakaian memang seperti itu.
Sejak badanku berubah bentuk dan bergelambir dengan sukses, aku paling malas beli baju.
Hanya ada 2 toko langgananku, My Size dan X to X yang menjual baju ukuranku.
Jadi bila aku lihat2 baju online dengan LD dan PB ukuranku, rasanya bagai mendapat durian runtuh.
Sayangnya sang penjual kadang memaksakan ukuran tanpa setahuku, sehingga dalam waktu seminggu daster itu sudah sobek dibagian ketiak atau bagian bawahnya.
Saat aku dapati penjual yang cocok denganku biasanya aku selalu beli dalam jumlah banyak.
Beli baju selusin ukurannya dan modelnya sama, warnanya saja yang beda.
Nasibku saja yang sedang jelek saat membeli daster pink selusin ternyata hanya ada warna pink, tidak ada warna lain.
Ada warna lain tapi beda model.
Daripada resiko akhirnya dengan tidak peduli kupesan saja daster sontoloyo itu.
Yah mau bagaimana lagi, uangnya kan sudah terlanjur ku transfer.
Dear Diary,
Aku masih bingung.
Walau semua baju yang kupakai sejak hari Jumat berwarna biru tapi kan model dan motifnya beda banget.
Misteri mulai terkuak saat tetangga paling nyinyir berkomentar dengan tanpa tedeng aling aling.
" Bu haji pasang bendera biru ya? Ada acara apa bu ?"
Pasang bendera ? Biru ?
Otomatis kepalaku mendongak keatas.
Sialan...itu bukan bendera biru, itu kolor biru.
" He he iya nih...buat nolak bala...sengaja pasang bendera kolor. Antik ya keliatannya?"
Aku langsung pasang mimik muka mirip pelawak garing Mukidi.
Begitu masuk kerumah, dari sudut tak terlihat jendela kamarku, ku amati asal.muasal.kolor biru itu.
Ternyata dari rumah Teguh tetanggaku yang produsen mpek mpek.
Menurut analisaku saat dia menjemur kolor birunya pakai hanger terbawa angin dan sang hanger mengikuti kabel listrik turun dan bertengger mantap didepan rumahku.
"Teguh...itu celana kolor kamu gelantungan didepan rumah ibu tolong diambil ya...maaf, merusak pemandangan soalnya.
maaf ya teguh...soalnya kesannya rumah ibu yang jelek ini jadi kumuh." aku berbasa basi dan sms sang calon duda.
" Ha....ha....susah bu....barang siapa yg bisa ngambil ada imbalannya." Teguh menjawab.
"Ibu punya tangga besi...pakai saja buat ambil celana kamu. Tolong ya Teguh."
Aku tidak bisa marah pada Teguh.
Tetanggaku ini baik hati dan sering membantuku.
Dia sedang diambang perceraian dengan istri yang baru dinikahinya setahun yang lalu.
Mana aku tega ?
Dear Diary,
Disinilah aku.
Tidak berani keluar rumah karena malas melayani pertanyaan tentang warna biru dan bendera kolor yang melambai lambai diatas rumahku.
Aku memang wanita yang sabar kok Dear Diary...
Komentar
Posting Komentar