SUSAHNYA JADI ORANG TUA
"Maaf bu, numpang tanya, rumahnya pak Saragih dimana ya?" Seorang wanita paruh baya tiba2 bertanya saat aku sedang menyapu jalanan depan rumah.
"Wah saya gak tahu bu. Coba tanya di warung bu Juned. Mungkin dia kenal, soalnya dia orang lama."
Selepas itu aku meneruskan menyapu sampai tiba2 teranggaku menghampiriku.
"Itu tadi saudaranya pak Saragih mau bezuk anaknya. Pak Saragihnya sudah pindah lama. Rupanya dia baru sempat datang bezuk." Tanpa diminta bu Juned menerangkan.
"Kasihan bu anaknya pak Saragih, mana ganteng anaknya tapi matanya buta sebelah."
"Oh cacat..."aku asal menimpali.
"Itu gara2 naik sepeda bu. Kecebur dikali belakang rumah ibu. Matanya ketusuk bambu. Dia cabut bambunya eh bola matanya ikut kecabut. Saya sampai lemas lihatnya. Darah dimana mana." Bu Juned nyerocos tanpa henti.
Aku langsung membayangkan anak2ku dan cucuku.
Pernah dulu si sulung yg masih TK saat aku sedang cuti matanya tertusuk lidi dan berdarah2.
Aku sambil menangis2 membawanya ke Puskesmas naik beca hanya memakai daster butut sobek disana sini dengan sebuah dompet.
Kalau anak celaka aku langsung lupa sudah pada mottoku bahwa penampilan itu penting.
Sakit anak adalah derita seorang ibu.
Sorenya aku lapor pada ibu tentang musibah mantan tetangga yg tidak sempat kukenal.
"Itu anak buahnya pak Udin, sopo jenenge aku lali, matanya juga luka saat masih kecil. Dia main perang2an pakai pedang2an kayu ketusuk matanya."
Ibuku turut menyumbang cerita.
"Ibu tahu darimana"kataku.
"Ibu tanya langsung ke pak Udin." Jawab ibu.
"Dulu anaknya pak Yasin di Cilodong juga gitu. Matanya gak melihat gara2 main coloķ2an." Sambung ibu.
Aku langsung membayangkan cucuku.
Betapa kami harus memperketat pengawasan terhadap cucuku Daru.
Susahnya jadi orang tua.
Syukurlah anak2ku sudah besar tanpa mengalami musibah berarti kecuali musibah over weight kalau kelebihan berat bisa dianggap musibah.
Tapi àdakah anak2 kita tahu kesulitan kita sebagai orang tua?
Arghhhhh.....
Komentar
Posting Komentar