DOA UNTUK TIO...

Kukira Tio hanya sakit biasa, makanya saat Susi mengajakku menengoknya aku fine2 saja.
Tak kusiapkan hatiku menghadapi kenyataan bahwa Tio sakit parah.
Badannya yang memang kecil mungil tergolek ringkih di ranjang rumah sakit RSPAD Gatot Subroto pavilyun PU ruang 306.
Berbalut selang dihidung, infus darah dilengan kanan yg membengkak dan lengan kiri membiru bekas jarum2.
Semangat hidupnya hanya terlihat di binar matanya yang walau meredup tapi terlihat masih bersemangat untuk hidup.
Ya, kanker tulang stadium 4 telah merenggut keceriaan dan semangat Tio, panggilan dari Setiowati Suwarno.
Kami, aku, Tuti, Dedah, Ika Sahati, Mumun Pallo dan Nani serta Susi menangis dalam diam, takut menyakiti hatinya.
Bersamaan kami membaca surat Al Fatihah dan Yasin sambil mendoakan kesembuhannya.
Kami menangis, menangisi Tio, menangisi penyakit dan nasib buruknya.
Kalau bukan karena Tio orang yang baik dan dia selalu peduli teman, mana mungkin nenek2 seperti kami bersusah payah menyelusuri belantara kemacetan Jakarta hanya untuk bezuk Tio.
Ya, Tio memang orang baik.
Aku sempat merasa aneh dan terbengong2 saat membaca WAnya dulu, menawarkan untuk mengambil sabun dan pengharum pakaian jualan Dedah, untuk di drop di toko Nani, agar Dedah tidak perlu repot2 membawa jualannya ke Cibinong mengendarai motor, hanya karena dia selalu lewat Kali Malang dan membawa mobil jadi lebih ringkas.
" Ihhh....amit2, nih orang kurang kerjaan, baik banget sih, mau repot2.."pikirku.
Tapi ternyata dia memang orang baik.
Berapa kali aku malas datang ke reunian, dan Tio repot2 mau menjemputku.
Entah berapa kali kulihat dia menjadi penggagas  saat ada teman yg sakit untuk datang menjenguk.
Saingan Tio mungkin hanya Susi yang mau bercapek2 ria menjadi supir antar jemput teman2 untuk bisa berkumpul dan menjenguk si sakit.
Beruntungnya aku mempunyai banyak teman yg peduli..

Air mata kami menetes tak berhenti mendengar keluhan Tio saat merasakan sakit ditubuhnya.
Salah satu tulang rusuknya patah dan itu menyebabkan kesakitan.
"Tio...kalau sakit jangan bilang sakit ya...ayo ucap istigfar atau Allahu akbar atau apalah seingat Tio. Kan dengan begitu Tio juga sekaligus berdzikir..."nasehatku.
Tio pun mulai mengganti keluhannya.
Setiap kesakitan dia menyebut asma Allah atau kadang istigfar.
" Kamu pasti sembuh Tio..."kata Dedah "kamu kan orangnya penuh semangat hidup dan suka menolong orang. Ini teman2 semua doakan Tio agar sembuh."
" Kamu jangan mau kalah sama Eva. Eva sekarang sudah segar lagi padahal kan waktu itu sudah di ICU malahan. Ayo semangat Tio" kata Nani.
" Mamah sembuh ya mah, Kode janji akan masuk islam kalau mamah sembuh. Kode ingin mama sembuh ya mah...demi Kode..." ucap anak Tio yg pertama dengan suaminya yang cina Suràbaya.
Makin deras air mata kami mengalir mendengar janji Kode anaknya Tio.
Derita apapun yg telah dilalui Tio, nyatanya Tio berhasil mendidik anaknya menjadi anak yang penuh sopan santun dan menyayangi ibunya, apapun agama yang dianutnya.
Yang islam melantunkan ayat2 suci Al Quran mendoakan Tio, yang nasrani, Nani dan Mumun mendoakan Tio dalam doa nasraninya.
Kami menyayangi dan mengagumi Tio, orang aneh yang suka membantu sesama teman yg kesusahan.
Dalam doa yang ssma, dari agama yang berlainan, kami sama2 berdoa, sama2 mengharap kesembuhan buat Tio.
" Ya Tuhan, berikanlah kesembuhan untuk Tio, bila bahagia itu belum kau limpahkan untuknya, berilah saja kesembuhan untuknya Tuhan. Aku tak meminta banyak Tuhan, hanya kesembuhan untuk Tio temanku...amin ya robbalalamin."

Komentar

Postingan Populer