TERNYATA INI MALAM JUMAT
Dear Diary
Sejak pagi suasana rumahku memang agak lain, mau ke dapur juga rasanya merinding tengkukku padahal rumah lumayan ramai, siang ini ada 4 anak kost yg libur, belum lagi ada Teti yang sedang mengaji dan bu ustadzah Imas.
Tadi pagi saat sedang mencuci sosok bayangan melewatiku, menuju ke rumah belakang.
Kukira Dini.
" Din, kamu dimana?"
" Dinnnn...kok gak nyahut sih kalau dipanggil ibu?!"
Nadaku mulai naik, maklum sejak dulu aku tidak pernah berhubungan erat dg yg namanya kesabaran.
Begitu nadaku mulai meninggi Dinipun masuk.
" Ada apa bu?"
" Kamu kok kalau dipanggil ibu gak langsung nyahut?"
" Dini lagi didepan bu., gak kedengeran."
" Lha tadi yg kebelakang siapa?.Tolong cek Din jangan2 maling. Makanya, ibu kan sering bilang, pintu depan jangan pernah dibiarkan dibuka.!" Omelku.
" Gak ada siapa2 bu, Dini sudah keatas. Anak2 yg dirunah belakang belum ada yang pulang."
Untuk menenangkan Dini yg kulihat mulai pucat aku bilang saja kalau salah lihat.
"Oh ibu salah lihat lagi kayaknya. Kirain Dini."
Kamis kemarin juga hal yg sama terjadi.
Saat itu aku dan Teti sedang bezuk Een.
" Bu, ibu dimana ?" Telpon Dini.
" Ibu lagi bezuk teman ibu sama bu Teti. Ada apa?"
" Tadi pulang sekolah Dini lihat ibu sedang makan, cuma Dini heran kok lampu ruang makan dimatikan. Habis taruh tas Dini samperin ibu mau cium tangan eh Dini lihat ibu sudah gak ada, kirain masuk kekamar, Dini panggil2 kok itu diam aja."
" Ah itu cuma perasan Dini saja kali.
" Sumpah bu, masak Dini bohong." Jawab Dini shock.
" Tenang saja ibu sebentar lagi sampai kok, palingan 10 menit lagi. Kamu makan sana nanti sakit maag lagi."
Kuputuskan telpon.
Biarlah Dini menunggu sejam lagi, toh gak ada bedanya menunggu 10 menit dan 60 menit, memangnya aku bisa terbang.
Dear Diary,
Sejak sebulan yang lalu suasana memang agak mencekam, selalu seperti itu kalau ada yang kecelakaan.
Sebulan yang lalu katanya ada anak muda yang meninggal didepan rumah karena tawuran jam 3 pagi, darahnya banyak berceceran dari ujung ke ujung jalan.
Jam 3 pagi malah tawuran bukannya sholat malam, aku mengutuk pelan dalam hati.
Sejak itu pintu rumah yang ada disepanjang jalan ada yg mengetuk2, saat dibukakan pintu ternyata tidak ada siapa2.
Rumahku karena ada pagarnya, eh malah yang dimainkan bel pintu.
Padahal bel pintu itu sengaja kutaruh tersembunyi, hanya aku dan anak2 kost yang tahu.
Kok bisa tahu ya?
Aku berinisiatif mencopot batterynya.
Saat bel nya tetap menyala seperti tadi, maka yakinlah kami serumah bahwa yang memencet bel pasti yg dibunuh waktu itu.
Dear Diary,
Diseberang jalan selama 6 bulan terakhir sudah 3 orang meninggal ditabrak motor dan mobil.
Aku bersyukur ayahku sudah tidak disini lagi, jadi aku tidak perlu was2 lagi.
Setiap meninggal selalu seperti itu.
Yang menyedihkan saat seorang karyawati pabrik ketabrak motor.
Kata tetanggaku dompet isi make upnya berceceran.
" Bu...permisi bu."
" Ada apa?" Kata tetanggaku membuka pintu.
Saat itu masih siang, masih jam 8 malam.
" Saya mau cari lispstick dan tas saya bu. Ibu lihat gak?"
" Mana saya tahu. Memangnya kira2 jatuh dimana?"
" Diseberang jalan bu, saya kan yang tadi siang mati ketabrak motor bu."
Saat si tamu bilang seperti itu spontan tetanggaku melihat wajahnya.
Wajahnya hancur berdarah2.
Tetanggakupun langsung pingsan berkali2.
Dear Diary,
Yah beginilah nasib penduduk yg tinggal dipinggir jalan, selalu didatangi korban2 kecelakaan yang menanyakan barang2nya yang hilang.
Rasanya aku sudah cukup berusaha.
Setiap pagi dan magrib aku dan Dini selalu mengaji.
Ternyata itu saja tidak cukup.
Dibutuhkan mental baja menghadapi pertanyaan2 dari orang2 yang meninggal seperti itu.
" Kembalikan tas saya bu...."
" Lipstick saya mana ? "
Ye..mana ku tahu ?!
Dear Diary,
Kata pepatah "Semakin tua seseorang akan semakin pintar ".
Kalau menurutku sih semakin banyak penyakit kita akan semakin pintar.
Dulu sewaktu muda penyakitku paling masuk angin krn banyak pakai baju terbuka dan minim, jadi pasti angin masuk darimana mana tebakku.
Semakin tua penyakitku makin tambah.
Ambeien, pusing, asam urat, sakit gula, dan entah apalagi tapi penyakit favouritku sejak dulu tetap saja masuk angin, pusing dan keseleo.
Karena seringnya itu penyakit datang aku jadi hafal obat2 yg diberikan dokter karena ya memang itu2 saja.
Tapi lama2 curiga timbul juga kalau2 itu dokter saking bosennya melihat aku sakit dia kasih obat yg sama.
Sejak aku mengenal internet setiap obat yg diberikan slalu aku browsing di internet apa gunanya, indikasi dan efek sampingnya. Keisenganku pernah menyelamatkan nyawaku saat aku sakit gigi.
Ternyata yg dikasih obat darah tinggi dosis tinggi.
Akhirnya setelah basa basi obat sebenarnya, Tramadol, diberikan kepadaku.
Sekarang aku berteman akrab dg voltaren dan glucosamine setelah tahu kegunaannya buat otot2ku. Dengan perbendaharaan nama obat2an yg kupunya, aku yakin, seandainya melamar di toko obat aku pasti diterima.
Contohnya, aku bisa menawarkan viagra dan menyebutkan indikasi dan efek sampingnya dg detil.
Juga trik2nya agar tidak ketahuan suami kalau kita kasih suami viagra.
Ada yg berminat dengan bakatku berjualan viagra gak ya kira2?
Komentar
Posting Komentar