ANTARA PESTA DEMOKRASI DAN TAHI KAMBING..

Dear Diary,
Hari ini, rabu 27 juni 2018 diadakan pilkada tingkat propinsi dan kabupaten.
Sebenarnya kepalaku pusing banget sejak sore kemarin,  cuma karena tidak ingin hak ku sebagai warga negara yang baik dan manis tidak dipergunakan, terpaksa aku berangkat.
Srasa punya indra ke 6, dari rumah aku sudah pakai masker sekali pakai.
Sebenarnya aku khawatir bau ketiak sih Dear Diary, tapi ternyata bau yg kuhirup lebih dahsyat dari bau ketiak, bau kambing, entah kambing bandot atau kambing betina aku tidak tahu, pokoknya bau kambing, titik !

Konon TPS nomor 5 tempatku menyalurkan hak demokrasi imi adalah daerah kekuasaan sang kambing yang sementara dikunci dikandangnya, tepat dibelakang aku duduk, atau dibelakang bilik suara.
Bisa dibayangkan kalau suara petugas TPS memanggil peserta pasti selalu diikuti suara kambing.." embeeekk...eee...".seakan2 protes area bermainnya dibuat TPS.
Aku pelan2 melangkah hati2 dan penuh curiga saat dipanggil petugas TPS, tentunya diiringi suara embeee...
Yah...sandal Fladeo ku menginjak tahi kambing dibarengi senyum puas pak RT.
Aku yakin itu senyum puas kr hubunganku dengan pak RT buruk sejak aku menolak menyumbang uang 15 juta utk jalan belakang rumahku.
Bukannya gak mau menyumbang, lha untuk jalan itu kan sudah ada dana pembangunan sebesar rp. 100 juta dari kelurahan, ngapain juga aku disuruh menyumbang sebesar itu, lha aku kan cuma janda terlantar.

Jadi, sesudah selesai mencoblos dengan penuh nafsu mencoblos, aku dengan gaya orang habis sunatan, berjalan selangkah demi selangkah menjauhi TPSku.
Ku jauhi TPS penuh tahi kambing itu.
Tahun 2019 kalau TPS nya masih didekat kandang kambing lebih baik aku gak akan  mau mencoblos.
Biarlah aku cukup berdoa dirumah agar 2019 tetap ganti presiden.
Tahi kambing ini benar2 mematikan jiwaku untuk berdemokrasi Dear Diary

Komentar

Postingan Populer