GAUNG CINTA MASA LALU
Dear Diary,
Sepanjang karir cintaku rasanya hanya 3 atau 4 orang yang pernah kucintai, yang pernah membuatku meneteskan air mata, tapi diantara 4 orang itu hanya 2 orang yang bisa membuatku tetap bersahabat setelah putus, salah satunya adalah Oscar Nalle, pemuda tipker, maksudku tipis kering dari Kupang.
Sebetulnya dia menaksir adikku Wiwik, sementara saudara sepupunya Ferdiany Ndaumanu konon malah menaksirku.
Aku tak tahu kenapa bisa tertukar.
Walau saudara sepupunya lebih pandai tapi aku melihatnya lebih mirip seperti pemeran film Return of the planet of the apes, jadi tentu saja aku seram melihatnya, boro2 jatuh cinta.
Walau Oscar, aku memanggilnya bang Os, tidak ganteng, tapi dia pendiam dan agak tidak pedulian sehingga merupakan tantangan tersendiri untuk mendapatkannya.
Tentu saja dia tak peduli, lha dia sebenanya menyukai adikku yang semanis Lenny Marlina.
Inilah pertama kali aku bisa mengalahkan adikku, karena biasanya calon pacarku yang akhirnya urung dan akhirnya malah menaksir adikku.
Dengan rambut gondrong sebahu dan mata tajam bak elang, awalnya aku diawang2 saat pertama kali berpacaran dengannya.
Semua keinginanku selalu dipenuhi, bahkan saat dia tahu aku selalu tidak punya uang, dia malah menyerahkan gajinya untukku.
Dear Diary
Hanya sayang ada 1 noda tak termaafkan yang pernah dilakukannya.
Saat itu aku sudah mulai dekat, sudah sering jalan bareng walau bang Os belum bilang sayang.
Rupanya dia mengenal teman SMAku, si cantik Elly Noor Kamal yang tinggal di Nanggewer.
Saat itu, aku lupa tanggalnya, yang jelas tahun 1979 awal, bang Os sudah janji akan menjemputku pulang sekolah, dia juga berjanji akan mentraktirku makan.
“ Boleh bawa teman bang ?” kataku berbinar2.
“ Boleh, bawa saja, tapi jangan lebih dari 2 orang ya, mobilnya kan kecil.” Jawab bang Os lembut.
Sambil tertawa2 aku beranjak ke pintu gerbang sekolah bersama Lasminah, aku hanya mengajak Lasminah untuk ikut, karena hanya dia sahabatku, temanku itu sedikit sekali Dear Diary.
Maksudnya teman yanh sama sama gak jajan krn gak punya uang.
Nun diujung sana, diseberang jalan, kulihat temanku Elly Noor Kamal sudah menaiki mobil Mazda 808 putih Bang Os.
Aku ingat dengan jelas merk dan type mobilnya karena detik itu aku bersumpah tak akan pernah mau membeli mobil merk Mazda.
Terlalu jauh memang pikiranku, sekolah saja belum selesai, uang saja tak punya, sudah nekat bersumpah akan bermusuhan dengan Mazda.
Sambil menahan malu aku juga bersumpah tak akan melepas bang Os sampai kapanpun, akan kubalas perlakuannya, sakit hati ini berkali2 lipat.
Aku malu pada temanku Lasminah, rasanya cinta yang mulai mekar untuk bang Os sudah keburu dicabut sampai akarnya.
Sejak itu kupendam dalam2 rasa pedih dan benciku.
Dear Diary,
Sayangnya seakan tak tahu rasa sakit ini Elly tetap mendekatiku, meminta contekan, meminta diajari Tata Buku, Hitung Dagang atau bahasa Inggris dan mengajakku ngobrol ngalor ngidul.
Bukannya aku sombong Dear Diary, aku memang ranking dikelasku, diseluruh IPS malahan, mungkin efek rajin belajar dan tidak pernah jajan,wallahualam.
Seakan dia tak sadar aku tak menyukainya, Elly tetap saja mendekatiku bahkan memuji2ku.
“ Rita kulit mukanya putih dan halus sekali rit, pakai apa sih ? “ tanyanya.
Tadinya kudiamkan saja karena aku juga bingung mau jawab apa, bedak saja aku tidak pernah dibelikan ibu, kami kan orang miskin.
Kalau aku ingin pakai bedak maka aku harus membuatnya sendiri.
Merendam beras dan menghaluskannya dengan menggiling beras itu untuk kujadikan bedak, itulah caraku membuat bedak.
Saat itu sudah jamannya merk Softex untuk pembalut wanita saat menstruasi, teman2ku bercerita memakainya.
Aku?
Aku hanya pakai pembalut handuk seperti milik ibuku dan nenekku.
Jadi saat dia tanya aku pakai apa untuk wajahku, aku hanya diam.
Entah ndableg, entah memang dia tidak tahu aku tidak menyukainya, dia tetap mendekatiku dan bertanya pertanyaan yang sama “ Rita kulit mukanya putih dan halus sekali Rit, pakai apa sih ? “.
Iseng campur kesal aku jawab “ tapi jangan bilang siapa2 ya El, ini rahasia turun temurun soalnya makanya keluargaku kulitnya putih2 dan mulus2. Aku biasa kalau pulang sekolah pakai masker tomat campur terasi, diaduk dan dihaluskan. Jangan lama2, 30 menit saja, nanti putih halus deh kulitnya.”
Dalam hati aku berdoa semoga Elly tak bertanya tentang keluargaku pada sahabatnya yang juga tetanggaku, Ratna Suminar.
Karena kalau dia tanya Ratna Suminar, pasti akan ketahuan aku berbohong, karena semua keluargaku berkulit hitam kecuali aku dan adik tiriku, Susi.
“ Tomatnya berapa buah Rit, terasi berapa banyak? “ dengan antusias Elly bertanya.
“ Cukup ½ butir tomat yang agak masak, terasinya juga secuil saja. Terasi mentah ya El. Sambil mengoleskan kekulit muka, kamu sambil bilang “hush jopa japu tempe asu abang biru. Tiga kali ucapinnya ya.” Aku mewanti wanti.
“ Terima kasih Rit, terima kasih ya.” Ucap Elly berulang ulang sambil mencatat jampi jampiku.
Ada rasa aneh melihat Elly mengucapkan terima kasih sampai berulang2 dengan tulus.
Tapi, ah...apa peduliku.
Ada kepuasan dalam hati saat membayangkannya memakai tomat dan terasi.
Lasminah yang asli dari Jawa berbisik "Rita itu tempe kan artinya jorok banget. Apa gak salah jampi2nya?"
" Hush, jangan diikuti, aku cuma ngerjain dia, dia ngerebut cowokku soalnya." jawabku.
Lasminahou mengangguk angguk kan kepalanya mengerti.
Dear Diary
Tiga hari kemudian Elly kembali mendatangiku. “ Rit, kok jerawatku jadi tambah banyak ya?”
“ Oh memang begitu kok El. Itu kan lagi dikeluarin racunnya, nanti baru taraf penyembuhannya kalau racunnya sudah keluar semua.”
Dear Diary
Aku ingat seminggu kemudian, Elly mendatangiku dan dengan marah bilang “ Rita ! kamu bohong ternyata. Kamu jahat Rit. Untung pas aku pakai masker ada mas Manto datang, dia bilang jampi2 yang kamu ucapkan itu artinya porno. Kamu sengaja ya biar mukaku jerawatan !”
“ Lha habis aku bingung, kamu bolak balik nanya terus, aku gak pakai apa2 kamu gak percaya, ya sudah aku kibulin aja sekalian.” Jawabku kalem.
Hari minggunya, mas Manto yang wajahnya mirip Mamiek Slamet penyanyi beken saat itu, datang serombongan dengan teman2nya kerumahku.
Dia cerita tentang Elly Noor Kamal.
Dia dan teman2nya ketawa tak henti2 saat bercerita tentang jompa jampi yang kuajarkan untuk Elly, tentu saja sambil memperagakan gaya Elly saat diceritakan bahwa jompa jampi itu palsu dan artinya porno.
Dear Diary
Sejak menegurku, hubunganku dengan Elly menjauh dan mendingin.
Baguslah daripada aku harus pura2 baik dan selalu mendengarkan pertanyaan yang sama.
Tinggal satu orang lagi yang belum mendapat pembalasanku.Bang Os!
Dear Diary,
Bang Os mungkin aslinya pria setia, hanya karena perhatian dari gadis secantik Elly saja yang bisa menggoyahkan imannya.
Berkali2 setiap kuungkit kisah memalukan disekolahku bang Os akan minta maaf dan sesudah itu diam.
Dia memang pendiam, tak pernah marah dan selalu sabar.
Setiap saat kuingat kejadian itu, anehnya selalu saja ada laki2 menarik yang mendekatiku.
Seolah2 itu takdir dari Tuhan agar aku membalas dendam pada bang Os.
Mungkinkah kebetulan?
Bahkan pernah saat bang Os apel malam minggu, kebetulan datang juga pacarku yang lainnya, kebetulan dia kakak kelasku di FHUI, Erbindo Saragih namanya.
Pacar baruku kupersilahkan duduk diruang tamu, sementara bang Os kusuruh duduk dipaviliun.
Selama itu aku mondar mandir dari ruang tamu ke paviliun.
Setelah pacar baruku pulang, barulah bang Os pulang.
Seakan ingin menggarami diatas lukanya, sambil lalu kukatakan bahwa tadi pacar baruku Erbindo Saragih datang.
“ Iya aku tahu.” Jawab Bang Os singkat.
Begitulah hubunganku dengan Bang Os, rasanya telah berlangsung sepanjang masa, sejak SMA kelas 3 tahun 1978 sampai tahun 1984, terlama sepanjang sejarah hidupku.
Selalu merasa sakit hati, tapi tak ingin melepas pergi.
Walau akhirnya aku putus hubungan tapi bukan karena kata putus yang terucapkan, itu karena aku kost di Jakarta dan aku tak pernah memberi tahu Bang Os, dimana tempat kost ku.
Aku hanya pulang sebulan sekali untuk memberi jatah bulananku untuk ibu.
Dear Diary,
Saat bang Os sakit, walau aku sudah berbulan2 tidak bertemu dengannya, aku mendatanginya.
Kuajak dia ke dokter, kupaksa sebenarnya karena bang Os takut dengan jarum suntik.
“ Ayolah ke dokter bang, kalau bang Os mati walau sudah ke dokter itu namanya takdir, tapi kalau bang Os mati tanpa berobat ke dokter itu namanya bodoh dan pengecut bang. “
Kami mengantri di praktek dokter berjam2 tanpa mengucapkan kata, hanya saling pandang.
Aku menyesali kebodohannya karena dia sempat tergiur dengan Eloly Noor Kamal.
Seandainya saja gadis itu bukan teman SMA ku mungkin aku tak akan se sakit ini, sudah jauh2 hari kulepas bang Os tanpa harus berkali2 menyakiti hatinya.
Aku tak tahu arti pandangan bang Os untukku.
Dia hanya diam dan memandangku lekat2.
Seminggu kemudian kutelpon bang Os, kutanyakan apakah sudah sembuh atau belum, kalau belum sembuh aku akan mengantarkannya ke dokter lagi.
“ Terima kasih Da, bang Os sudah sembuh kok.Terima kasih Ida masih peduli sama abang. Jangan lupain abang ya, dimanapun Ida berada. Abang juga gak akan pernah lupa sama Ida. Cuma Ida satu2nya orang yang abang cinta selama ini.” Ucapnya pelan.
“ Ah gak usah ngegombal deh bang, basi tahu. Memangnya bang Os pikir Ida sudah lupa sama Elly ? Memangnya Elly bukan orang? Udahlah gak usah ngomong macam2, bang Os sudah sembuh belum, jangan bohong deh, jangan sampai Ida marah.” Kataku dengan ketus.
“ Benar kok Da, bang Os sudah sembuh. Senin besok habis cuti bersama tahun baru juga bang Os sudah sembuh dan masuk kantor. Terima kasih ya Da, bang Os tetap sayang Ida kok.......” Bang Os masih mau menyambung kata2nya tapi buru2 kuhentikan.
“ Udah ah, ini Iagi mau nonton midnight New Year nih sama Lilik. Udah dulu ya bang, bye...” buru2 kututup telpon, aku malas mendengar kata2nya, sehabis bilang masih sayang pasti bang Os akan mengucapkan kata maaf, aku yakin sekali, karena kalimat itu sudah terlontar ribuan kali darinya.
Rupanya itu kali terakhir aku mendengar suara bang Os.
Dari ibuku kudengar kabar bang Os meninggal diawal tahun itu, sehari sesudah aku menelponnya.
Tertegun aku mendengar kabar kematian bang Os.
Ada rasa sedih karena selalu ketus dan menyakitinya.
Pernah aku merajut mimpi dengannya, merencanakan sunatan untuknya sambil tertawa2.
Kelak kalau kami menikah bang Os berniat jadi mualaf.
“ Bang benar yakin mau disunat? Nanti sunatnya gak pakai gunting lo kalau umurnya sudah tua, disunatnya pakai golok.” Kataku.
“ Lho memangnya boleh gak disunat Da? Bukannya kalau mau masuk islam harus disunat ? Kalau boleh gak disunat syukurlah, abang takut golok soalnya.” Katanya serius.
Aku tertawa terbahak2 mentertawakan kenaifannya.
Ya, kami memang kerap bahagia, tertawa bersama.
Kami jarang bertengkar karena bang Os selalu sabar, tapi hanya sampai ada kata2 yang mengingatkan pada “ Elly”.
Entah tetanggaku yang kebetulan namanya Elly lewat, entah melihat orang yang wajahnya mirip Elly, atau membaca nama Elly, pokoknya sesuatu yang berbau Elly selalu membangkitkan amarahku terhadap bang Os.
Kenangan saat kulihat Elly memasuki mobil putihnya selalu nyata dimataku.
Saat itulah amarahku tak pernah tertahan lagi.
Maafkan aku bang, maafkan Ida, tangisku dalam hati.
Dear Diary,
Saat malam natal dan sehari sesudahnya, kamarku dipenuhi bau rokok kretek dan kopi, dua benda kesukaan bang Os.
Dia mampu tidak makan dan minum, tapi tidak mampu berpisah dari rokok kretek Gudang Garam dan kopi.
Mencium bang Os seperti mencium kopi dan rokok, itu bau khasnya.
Kali ini, saat kamarku semerbak bau kopi dan rokok, aku mahfum, berarti bang Os sedang menyambangiku.
Selalu begitu setiap tahunnya.
Dear Diary
qSaat aku menikah dengan si semprul, saat kamarku bau rokok dan kopi, awalnya si semprul bertanya curiga “Kamar kita kok bau kopi dan rokok ya? Kamu habis ngopi Yang ? Apa kamu juga merokok lagi, kok baunya santer sekali ?”
Saat itu si semprul masih memanggilku "Yang", maklum masih pengantin baru.
“ Mana aku doyan kopi. Ini pasti almarhum bang Os lagi nengokin. Memang setiap natal dia suka datang, ini bau khasnya. Tapi cuma bau2 aja kok, gak mewujud.” Kataku kalem.
Kulihat si semprul pucat pasi.
Dia buru2 keluar kamar.
Sampai bau itu hilang biasanya si semprul enggan menyentuhku walau kami tidur satu tempat tidur.
Terakhir kalinya si semprul merasakan seisi kamar bau kopi dan rokok adalah tahun 2002, tahun terakhir kebersamaan kami.
“ Almarhum pacar ibu rajin banget setiap tahun datangin ibu, pasti dia cinta banget sama ibu ya?” kata si semprul.
Kali ini aku dan si semprul sudah saling memanggil ibu dan bapak, maklum kan sudah 16 tahunan menikah.
“ Ahh...bukan cinta banget, almarhum merasa bersalah karena dia pernah berkhianat, mungkin ini cara nya meminta maaf. “ jawabku enteng.
Tiba2 terasa hembusan angin ditelingaku dan seucap kata lirih “ Bang Os sayang Ida..”
Rasanya itu benar2 suara bang Os, tepat ditelingaku.
Aku kaget sekali mendengarnya.
“ Ada apa bu? Kok ibu pucat sekali kayak habis lihat setan ?” si semprul bertanya, maksudnya bercanda memang, tapi candaannya selalu garing dan tak mengundang tawa.
“ Ibu kaget, barusan dengar suara ditelinga ibu, suara bang Os, katanya dia sayang ibu.” Jawabku terbata2.
Kini giliran si semprul yang kaget.
Al hasil dua malam itu kami tidur bertumpuk2 disatu kamar.
Bukan karena aku takut, tapi karena si semprul kangen ingin tidur bareng sama anak2 katanya.
Dear Diary,
Kini saat bau itu datang lagi, hanya satu kalimat yang mampu kuucapkan saat telingaku dihembus angin dingin berbau khas.
“ Maaf kan Ida bang, Ida juga sayang, tapi Ida terlalu sakit hati dikhianati bang Os... “
Malamku tak sendiri lagi selama natal memang, aku yakin, selama bau itu ada pasti bang Os ada disekelilingku.
Mungkin dia sedih melihat nasibku yang tak bahagia, melihat tubuh gemukku atau sedih melihatku menangis dalam diam melihat album2 lama kami.
Kadang aku ingin bertanya, apakah dia disana juga merayakan natal?
Bahagiakah dia disana ?
Sayang aku takut mendengar jawabnya.
Aku hanya mampu mengucap “ Selamat tahun baru bang Os, dimanapun abang berada.
Maaf bila Ida dulu sering menyakitimu bang...”
Komentar
Posting Komentar