KISAH ITU MEMANG BENAR ADA
Dear Diary,
Beberapa waktu lalu ramai di media sosial kritik tentang film Makmum.
Berbagai dalil diajukan, berbagai pembelaan diuraikan.
Intinya film itu tidak bagus karena mendiskreditkan islam dan sholat tahajud.
Kebetulan tadi aku ingin menonton dan sibuk mencari film yang bagus, syukur2 ada si botak, entah itu Vin Diesel atau Jason Statham sedang akting buka baju, yah siapa tahu dia sedang kerokan atau pijit, wajarkan kalau dia buka baju ?
Maaf bukannya aku suka adegan seperti itu, tapi berharap boleh saja kan?
Rasanya bosan juga lihat si Teguh tetangga sebelah setiap hari buka baju kesana kemari diikuti pandangan curiga istrinya si Princess.
Dear Diary,
Intinya saat kubaca sinopsis filmnya aku bingung, kenapa film ini dianggap mendiskreditkan islam dan sholat tahajud ?
Itukan kejadian nyata yang pernah dialami beberapa orang, sampai mati malahan.
Gak percaya kan ?
Jadi begini ceritanya Dear Diary.
Almarhum adikku pernah punya pacar dulu saat masih SMA, namanya Dedi atau Deri aku lupa.
Sejak dulu akukan agak autis kalau menyangkut adikku yang ini.
Suatu hari adikku cerita bahwa dia habis melayat dirumah orang tua pacarnya di Cimanggis beramai ramai dengan teman2 lainnya.
Ibunya sang pacar meninggal saat sedang sholat isya karena melihat hantu.
Mungkin maksudnya kaget karena melihat hantu sehingga kena serangan jantung.
Untungnya saat sholat mereka berdua, ibu dan adik pacarnya, si Eneng, jadi segera ketahuan walau akhirnya tetap tidak tertolong.
Mereka sholat menghadap kaca rias.
Aku tebak sih mungkin saja saat mendongak almarhum ibunya kaget melihat wanita berbaju putih menatap balik, padahal itu bayangan dirinya didepan kaca.
Tapi si Eneng sumpah2 bahwa dia juga melihat dikaca ada mahluk berbaju putih.
Kabar terakhir sebelum adikku putus dengan Dedi eh Deri, si Eneng beberapa kali dirawat di RS Cilendek Bogor, mungkin shock melihat kematian ibunya didepan mata, atau shock melihat wanita berbaju putih.
Wallahualam.
Dear Diary, Sholat didepan cermin itu memang berbahaya.
Dirumah orang tuaku dulu ada meja rias dikamar ibu.
Sebenarnya kamar ibu luas, tapi karena segala macam benda masuk kamar jadilah kamarnya penuh dan area tersisa untuk sholat adalah didepan meja rias.
Konon saat sedang sholat, bukannya menunduk melihat tempat sujud ibuku kebetulan mendongak dan...makjleb jantungnya serasa copot.
Ibu melihat ada wanita berbaju putih menatap balik sambil tersenyum.
Esoknya meja rias itu menjadi milikku sampai sekarang, ikut pindah ke Bogor.
Saat aku menaruhnya didepan aku biasa sholat, ibuku melarang.
" Jangan Da ! Jangan ditaruh disitu. Kowe gak boleh sholat didepan situ." Ibuku hampir berteriak mencegah.
" Memangnya kenapa sih bu? Yang paling pas memang disitu naruhnya kok." Aku seperti biasa ngeyel.
" Kowe kalau dilarang orang tua ngeyel melulu, gak pernah nurut sama orang tua." Ibuku langsung menuduhku tidak pernah menurut padahal aku kan cuma ngeyel.
" Ibu lihat deh majalah ini." kuambil majalah Femina." Lihat kan kamarnya...meja riasnya bagus ditaruh disudut bu.."
Singkat cerita meja rias itu akhirnya bertengger disudut.
Karena saat itu menjelang ujian masuk UI, entah ujian Sipenmaru atau Perintis, aku lupa apa namanya, aku sedang rajin2nya sholat tahajud agar diterima di UI.
Saat aku mau sholat tahajud tengkukku sudah merinding.
"Wah ada setan pasti nih"
Aku yang terbiasa digoda setan langsung menuduh setan sebagai penyebab aku merinding.
Saat sholat tahajud dipertengahan, tanpa sadar aku mendongak, kulihat ada bayangan putih memakai mukena.
Jaman dulu mukena itu selalu berwarna putih, tidak seperti sekarang, berwarna warni, bahkan kulihat ada yang bermotif seperti sarung dan sprei kembang2ku.
Aku masih belum takut, kupikir itu kan pantulanku didepan kaca.
Aku juga tidak berpikir tentang kematian almarhumah ibunya Dedi, jadi belum ada rasa takut.
Saat aku rukuk, iseng kulihat apakah bayanganku dikaca ikut rukuk juga.
Ternyata dia tetap berdiri malah nyengir kuda.
Setelah selesai sholat tahajud dan berdoa, buru2 aku ngomel sendirian, maksudku sih memarahi itu setan didepan kaca, padahal setannya sudah tidak ada.
"Ngapain sih ganggu2 gue ? Gue itu orang susah, pengen masuk UI, dosa lo tambah besar ganggu orang lagi ibadah. Mending lo ganggu itu si Wiwi, dia kerjanya tidur melulu. Awas kalau ganggu gue lagi. Jangan main2 ya sama gue."
Aku segera melanjutkan sholat hajat.
Saat berdiri sengaja kupicingkan sebelah mata, melirik kaca, tidak ada apa2.
Alhamdulilah ternyata dia setan cemen, takut dengan ancamanku.
Besoknya buru2 kuganti posisi meja rias itu disudut lain kamar.
Ibu yang melihat aku dan Wiwi geser2 meja rias, meja riasnya berat banget Dear Diary karena dari kayu jati, meledekku.
"Melihat setan ya pas sholat ? Gak nurut orang tua sih kalau dibilangin." kata ibuku.
" Lha ibu gak cerita sih, mana Ida tahu."
" Kowe ditakutin apa ?" tanya ibu kepo.
Akupun cerita dari A sampai Z, termasuk usulanku agar si setan lebih baik mengganggu adikku.
"Ya mbak Ida kok jahat banget sih. Pantesan Wiwi pas tidur kakinya ditarik2, kirain mbak Ida nakut2in, gak tahunya mbak aku lihat lagi tidur." keluh adikku.
" Makanya kalau mau tidur cuci kaki, jangan poles2 muka terus. Boro2 kowe sholat kayak mbak yumu."
" Ah mbak Ida juga jarang sholat, itu dia sholat ada maunya saja bu. Minggu kemarin Wiwi lihat mbak Ida ke gereja sama pacarnya."
Sebelum Ibu sadar aku buru2 menukas.
" Yee Mbak Ida kan nganterin bang Os ke gereja, daripada nunggu di mobil kan mending masuk gereja sekalian, minta didoain Yesus biar masuk UI."
Aku lupa endingnya, apakah aku dipukuli pakai rotan untuk memukul kasur oleh ibu, atau cuma dicubit.
Itu kayaknya missing link buatku; apakah aku akhirnya dipukul ibu?
Dear Diary,
Kisah melihat hantu didepan kaca itu sudah sering terjadi dan mengambil korban jiwa karena kaget.
Kisah seperti di film Makmum juga sering terjadi kok.
Dulu di rumah Sentul atau Cilodong, setiap sholat malam, kali ini tidak didepan kaca, aku seringkali merasa ada yang ikut sholat denganku.
Merinding memang, mau lari juga susah. Jalan satu2nya ya harus tabah, teruskan sholat walau dengan bacaan yang ngawur, muter2 tak ada habis2nya dan salah pastinya.
Pernah aku baca ayat Qursi berputar2 saja, aku sampai bingung.
Pantas setannya gak hilang2.
Pelan2 ku ulangi bacaan ayat Qursi itu dari awal dan ..setannya hilang.
Yang membuatku kuat saat sholat didampingi setan sebagai makmum adalah ucapan ibuku, entah ibu bohong atau tidak, karena persis sepertiku dan anak2nya yang lain, kalau ibu berbohong kita tidak bisa mendeteksinya.
Ibu bilang " kalau kowe sholat malam dan ada yang dampingi, bersyukurlah Da, karena doamu pasti berhasil, karena kowe sholat didampingi khodammu."
Akupun sholat malam dengan giat, bila ada yang diinginkan.
Sampai sekarang aku lupa nanya tentang khodam itu, setiap mau tanya selalu lupa, sampai akhirnya ibu pergi.
Jadi Dear Diary, menurutku sih kalau ada setan seperti itu ajak bicara saja walau dia tidak berwujud, kalau berwujud malah keburu pingsan.
Mereka memang ada, didunia berbeda.
Masing2 sajalah.
Kalau memang gak tahan pasti salah satu akan pindah kok.
Lihat saja Ki Joko Bodo kalau gak percaya.
Komentar
Posting Komentar