DARIMANA CEU ROMLAH BERASAL
Dear Diary,
Tahun 1982 an...saat itu pertama kali dipanggil Ceu Romlah oleh Aan Suryana temanku, aku berasa ingin cekik lehernya.
Namaku kan Rita, keren kok menurutku, malah dipanggil ceu Romlah.
" Sialan lo. Ngapain sih panggil gue Ceu Romlah segala ?" tanyaku ketus.
" Yah elo kan dari Sunda, pakai bajunya kayak perempuan paruh baya lagi, mirip pelayan warung sunda dibawah pohon beringin Rit, makanya gue panggil ceu Romlah, kalau ceu Rita kekerenan. Lagian elo juga panggil gue Aan Ontohod gue gak marah kok." jawab Aan sambil cengar cengir gak lucu.
"Iya tapi kan Aan Ontohod lebih keren...kayak si Kabayan daripada Aan Suryana."
Saat itu aku pakai baju midi favouritku, warnanya abu2 dan ungu dengan panjang dibawah lutut bermotif garis2, sesuai peranku dalam sandiwara teater 46 di TVRI, entah apa judulnya, pokoknya aku kebagian peran emak2 yg pinjam uang.
Mungkin buat Aan aneh dan merasa rugi karena tidak melihat pahaku dan malah melihat aku berbaju model emak2, biasanya dia kan lihat aku pakai rok diatas lutut karena memang sedang musim mini saat itu.
Dear Diary,
Aan Suryana itu temanku, teman baikku malahan.
Kami sama2 test masuk BNI di asrama entah apa namanya di Cempaka Putih.
Sejak awal kenal dia sudah menganggap aku cewek sombong.
Katanya saat menunggu test selanjutnya aku dan dia sempat mengobrol diselasaran, katanya aku komentar tentang test yang barusan diikuti " alhamdulilah test bahasa inggrisnya gampang banget ya, masih susahan test bahasa Indonesia."
Aku sama sekali tidak ingat itu.
Lagian bukan maksudku menyombongkan diri, sejak dulu aku memang suka bahasa Inggris, dulu aku sempat punya cita2 untuk kawin dengan bule agar bisa memperbaiki keturunan, soalnya hidungku kan pesek.
Sayangnya cita2 menjadi istri bule berakhir saat teman kuliahku di FHUI Mira Dewi Jahya memperkenalkanku pada Elizabeth, bule penyewa rumahnya di jl Borobudur, Menteng.
Kami bercakap cakap.
Awalnya kaku, lama2 lancar, tapi aku langsung jatuh terpuruk saat temanku Mira berkomentar "gue lihat lu kok kayak Tarzan gitu Rit ngomongnya pakai gerakin tangan dan kaki. Biasa aja kali Rit. Dia juga ngerti kok maksud lo."
Apesnya si bule ternyata bisa bahasa Indonesia dan menimpali " Tidak apa2 Rita, I know what you mean. Saya sudah bisa bahasa Indonesia, saya sudah 3 tahun di Indonesia. Saya maklum, English is not your mother language ."
Sialan Mira, sialan si Liz.
Harga diriku benar benar terhempas.
Belum puas dia menjatuhkan mimpiku, dari rumah jl Borobudur aku diajak Mira kerumah tantenya, bule Perancis, tante Claudy Yahya namanya.
Dulu aku memang sering banget bolos dengan Mira, kalau tidak nongkrong di TIM lihat Sukmawati Sukarno mandi bareng pacarnya si Frans pakai air ledeng di dekat warung Dewi atau nongkrong di resto Rendezvous Menteng dan hitungin cowok ganteng anak anak UKI yang sering mangkal disitu.
Dear Diary,
Tante Claudy sangat ramah dan telaten mengajarkan bahasa Perancis sehari2 padaku dibawah pengawasan Mira.
" Jangan pakai gerak tangan lagi Rit. Jangan jadi Tarzan lagi deh."
Tante Claudy pun tertawa ngakak.
Kami buru2 pulang setelah oom nya Mira pulang.
Omong omong itu oomnya Mira ganteng lho Dear Diary, matanya seperti menghipnotis, sayang cuma setinggi aku, 167, untuk ukuran cowok agak imut lah.
" Pulang yuk Rit, entar lo diperkosa oom gue. dia kan doyan cewek."
Entah benar atau tidak, temanku itu kalau ngibul tidak pernah bisa ketahuan soalnya, benar benar suhu dia kalau ngibul, kami buru2 pamit pulang seperti dikejar anjing .
Yah Mira tanpa sadar membuat cita2ku layu sebelum berkembang dan bermimpi kawin dg bule.
Selain Mira ada 1 hal lagi yang membuatku down kawin sama bule.
Dear Diary tahu kan kalau belajar aku suka teriak2, dan bukannya diam2an.
Nah saat belajar bahasa Inggris aku ingat bukunya Student Book, biasanya aku belajar diteras depan karena udaranya segar, aku ingat banget aku membaca cerita tentang anak laki2 yang bermain layangan.
" the boys flying kites. "
Dari sudut depan rumah kudengar suara beberapa orang cowok mengikuti "en de boyen ekekek".
Kupikir aku salah dengar.
Ku ulangi lagi dengan suara keras " the boy flying kites."
"en de boyen ekekek" ada suara mengikuti lagi.
Segera kututup bukuku dan masuk kedalam rumah sambil membanting pintu.
Pasti itu pemuda2 kampungku mengintip aku belajar.
Besoknya saat berangkat sekolah, pemuda kampungku yg sedang nongkrong di depan gangku sambil bermain gitar, ramai2 menyanyikan lagu Rhoma Irama dengan syair berisi "en de boyen ekekek" sepanjang lagu.
Sejak saat itu aku tak pernah mau lagi senyum dan menganggukan kepala kepada pemuda2 dikampungku.
Berkat mereka julukanku jadi berubah, setiap aku liwat mereka berseru sambil tertawa2 " awas ada en de boyen ekekek liwat".
Kututup cita2ku kawin dengan bule.
Cukup sudah.
Baru belajar saja aku sudah dijuluki seperti itu, apalagi kalau betulan kawin dengan bule, bisa2 aku dipanggil " mrs en de boyen ekekek".
Dear Diary
Aan ternyata sama2 diterima di Divisi International, sama2 ditempatkan di bagian Jasa Luar Negeri, aku di seksi impor dan Aan di seksi Ekspor.
Duduk kami bersebelahan.
Badannya kurus tipis dengan rambut jabrik dan kumis antara ada dan tiada keberadaannya.
Saat hari pertama kerja, aku ingat, kami dapat kue2 masing2 sepiring kecil dimeja kami.
Kami pikir itu gratis setiap hari.
Saat besoknya mau ambil kue lagi dari sesama pegawai yang berjualan kue, eh ternyata harus bayar.
Kami mundur teratur sambil tersenyum malu....mana ada duit buat jajan, kami kan sama2 kere.
Rupanya kemarin itu ada yg dapat uang pinjaman UMG sehingga traktir karyawan se unit.
Duduk disamping cowok jabrik itu selesai saat aku dipindah ke Cabang sebagai Teller...itu lho petugas yang bagian menerima setoran dan pengambilan uang.
Aku lumayan down ditaruh di kantor Cabang sebagai Teller.
Tapi Aan dengan gaya khasnya membesarkan hatiku, bahwa aku manusia pilihan sebagai Teller karena selain tinggi, bibirku kan tebal, jadi kalau spons berisi air untuk membasahi jari saat menghitung uang habis aku bisa pakai ludah dibibirku yang tebal.
Saat aku pergi dari Divisi International kutinggalkan Aan dengan sebal karena kerap dipanggil ceu Romlah walaupun aku sudah gak pernah pakai baju midi itu lagi.
Entah dimana anak itu berada.
Kugunakan nama ceu Romlah untuk akun cadanganku, sebagai penghargaan untuk temanku Aan Ontohod yang dulu selalu ada, selalu menghiburku dengan humor2 getirnya.
Aan Ontohod, eh maaf...Aan Suryana si penyuka nama Wika...entah siapa Wika, kurasa dia cewek khayalannya agar tidak diejek jomblo oleh teman2 se divisi, si pemuja penulis Beni Setia.
Aku kehilangan dia Dear Diary, kehilangan masa lalu bahagia bersamanya, my best friend Aan Ontohod...
Komentar
Posting Komentar