15. HOREEE AKU JADI SPY- NYA BNI
Tiba2 ada pemberitahuan bahwa aku dan peserta yang tersisa harus ikut test untuk diikutkan tim Booz Allen and Hamilton, itu lho tim yang disewa BNI untuk reorganisasi.
Wah keren, pasti bule2 ganteng, aku langsung positif thinking.
Aku memang selalu optimis kalau berkaitan dg cowok.
Sayangnya kami harus di test bahasa inggris lebih dulu oleh pimpinan Tim.
Syukurlah pimpinan timnya aku pernah kenal, pak Sahala Manik.
Kurasa pak Sahala bahkan tidak mengerti ucapan bahasa inggrisku, dia hanya mengerti niat dan semangatku saja.
Untungnya lagi walau bahasa inggrisku amburadul, aku termasuk orang yang tidak tahu malu.
Konon menurut Jim, pimpinan dari pihak bule, untuk bisa bahasa inggris dengan piawai memang syarat utamanya harus tidak tahu malu, entah salah atau benar, yang penting bicara bahasa inggris.
“Kami mengerti bahwa bahasa inggris bukanlah mother language anda, jadi enjoy saja.” Begitu kira2 penjelasan Jim saat aku dengan terbata2 berulang kali mengucap “pardon..pardon terus karena kurang mengerti.
Bahasa inggrisku bila harus berbicara dengan bule2 itu adalah bahasa inggris dengan berbagai inovasi dan kreasi tiada henti, maksudnya sambil bicara selalu ditambahkan dengan gerak gerik dan isyarat bahasa tubuh.
Tim Booz Allen and Hamilton terdiri dari berbagai unit penelitian.
Penelitian di unit ku adalah tentang layanan.
Inilah cikal bakal Divisi Layanan, cikal bakal service excellent, aku kadang membanggakan diri.
Tugas anggota tim mengadakan penelitian tentang transaksi dan lamanya transaksi di bank2 pesaing. Masing2 peserta diberi modal awal, biasanya rata2 rp. 20 juta.
Aku kebagian membuka rekening di bank apa aku lupa saking seringnya ikut2an ke bank lain yang bukan tugasku.
Di tim kami ada pendatang baru, namanya Maureen dia ditugaskan membuka rekening di Citibank, sementara Susi di bank Mandiri.
Kami mulai akrab berkelompok saat menjalankan tugas.
Aku setor ke Mauren, Mauren setor ke Susi, begitu seterusnya, semua sesuai petunjuk si bule, serta kepala tim kami pak Sugiarto dan Adhika Pratama namanya, dari Divisi PMR.
Saat akhir tugas uang penyamaran, yang dikembalikan kembali utuh rp. 20 juta, hanya berkurang biaya penutupan dan pembukaan serta biaya transfer.
Saat bertransaksi semua anggota tim dibekali stop watch, berapa lama penerimaan uang, percakapan dengan petugas bank dan berapa lama selesai transaksi.
Yang paling sulit saat berpura2 melakukan komplain.
Banyak temanku yang kesulitan pura2 komplain.
Aku heran, apa susahnya sih berbohong toh ini demi kemajuan BNI, ini demi tugas mulia?
Susi bahkan menolak melakukan komplain, katanya dosa karena itu bohong namanya.
Si bule sampai mengeleng2 kesal dan marah menerima jawaban susi.
Dosa? Siapa sih yang tidak punya dosa ?
Buatku bukan dosa bila berbohong demi tugas mulia.
Aku bahkan bahagia sekali disuruh ngibul dibayar pula.
Kecillll....ujarku pada teman2.
Akhirnya jadilah aku mendampingi Mauren dan Susi saat harus pura2 komplain.
Aku ingat, itulah saat pertama kali aku dianggap Yesus oleh Mauren.
Saat komplain di Citibank, aku dengan wajah lugu melakukan komplain bahwa uang dari ATM tidak bisa keluar, sementara Mauren berulang2 memanggilku Yesus.. tolong aku Yesus...dan memegangi tanganku dengan gemetaran terutama saat pihak Citibank berjanji mau memeriksa CCTV di ATM.
“Ssttt....tenang ren. Lo mending nangis daripada gemetaran seperti ini, biar lebih meyakinkan.”
Dan Maureenpun menangis dibahuku, menangis ketakutan.
Sementara si petugas penerima complain Citibank menduga Maureen sedih kehilangan uang.
" Sabar ya mbak, kami janji akan menelusuri transaksi ini segera. Kalau memang kesalahan pada ATM kami maka uangnya akan segera di kreditkan kembali. Tenang ya mbak..tenang..."
Kurasa petugasnya ikut2an stres menghadapi Maureen yang tangisnya makin meninggi.
Sialnya saat pura2 komplain di bank Mandiri Mangga Dua ada orang yang mengenaliku, petugas cowoknya, putih bersih dan lumayan menyenangkan. Sampai bertahun2 kemudian aku masih tetap lupa namanya.
Dia tahu rumahku di Cilodong, namaku, dan kebiasaanku naik kereta.
Dia tahu aku kerja di BNI.
Untungnya berbohong sudah menjadi bakatku.
Dengan wajah lugu, mendamba dan penuh rindu masa lalu kami mengobrol, sementara komplainpun berlanjut dan berjalan lancar.
Siapa bilang berbohong itu dosa?
Ini demi kantorku, aku membenarkan ulahku membohongi berbagai bank.
Baru kali ini aku berbohong dengan dibayar, dan demi kemajuan kantorku pula.
Setiap hari kerja tim kami seperti itu, komplain disana sini sambil mencatat responnya.
Hidupku kembali bersinar, bertemu dengan bule2 ganteng, bertemu dengan pimpinan dari Korea dan Singapura.
Kami berbicara dan bersenda gurau dalam bahasa inggris, bahasa inggris dengan gayaku maksudnya, gaya orang Indonesia keblinger.
Aku yang biasanya banyak bicara, menghadapi bule2 itu tiba2 jadi irit bicara.
Kadang aku dengan kagum bertanya2 “sudah berubahkah aku?”
Sayangnya Lilik kembali membawaku kebumi, “ibu belum berubah kok. Ibu pendiam karena kosa kata bahasa inggris ibu sedikit” ujarnya sambil mengusap2 rambutku.
Sumprit banget !
OMG, aku belum berubah...
Komentar
Posting Komentar