JATUH CINTA ITU BERJUTA RASANYA...

Dear Diary

Didunia nyata, sejak jaman Ahok masih pakai celana monyet, sampai Ahok jadi terpidana penistaan agama Islam, aku tak pernah seberuntung teman2ku dalam hal percintaan.
Dulu saat aku bersekolah di SMP Waskito Setiabudi, teman2ku sudah saling berpacaran, teman dengan teman, sementara aku hanya menjadi pemerhati lingkungan, maksudku pemerhati kawan2ku saling berpacaran.
Jangan bayangkan berpacaran anak SMP jaman dahulu sama dengan jaman sekarang.
Dulu mereka berpacaran saling kirim surat2an dengan gambar hati banyak banget.
Kalau sedang sedih kadang kulihat gambar hati yang terbelah dua, entah memakai apa, yang jelas gambar hatinya terbelah dan berdarah darah.
Memang dulu ada juga sih yang ehem ehem....tapi bisa dihitung dengan jari.


Dear Diary
Murid cewek paling tinggi dan besar  dikelas 3 SMP Waskito angkatanku itu hanya aku, sementara murid2 cowok2 yang setinggi aku paling hanya 2 orang, Effi yang tinggi, lemas melambai dan Suganda yang gendut dan tak elok dipandang.
Saat dijodoh2kan dengan Suganda aku malah berkelahi dengannya sampai aku naik ke atas meja saat menerjangnya. Aku lupa kenapa berkelahi dengannya. 
Maklum kalau tidak tertarik biasanya aku tidak perhatian apalagi mengingat ingat.
Amit2, biar masih kecil aku juga punya selera, pikirku.
Saking inginnya aku punya pacar, aku berkhayal mempunyai pacar, namanya Gerry Santoso, berkulit putih, tinggi, kaya, ganteng dan anak SMAN 3, SMAN yang top, dekat sekolahku.
Kadang aku pura2 pulang belakangan dengan alasan menunggu dijemput Gerry, padahal sih aku belajar, karena kalau sudah dirumah peranku bukan cuma sebagai pelajar tapi juga jadi baby sitter adikku si Buyung.
Setiap senin saling bercerita tentang wakuncar, aku juga ikut2an cerita tentang pacar khayalanku, kalau teman2ku menunjukkan “cupang”, bekas gigitan dileher oleh sang pacar, aku juga ikut2an menunjukkannya, tentunya cupang bikinanku sendiri dengan menggunakan uang logam.
Saat itu yang namanya cupang sedang ngetop ngetopnya.
Ada teman yang usil meledekku “ Rit, itu si Gerry bibirnya pasti gede banget ya, pasti bibirnya memble ya, kok cupangnya gede dan lebar banget ?”
La iyalah, mana bisa kerokan uang logam membuat merah2 kecil seperti cupang walau sudah kuusahakan setengah mati.
Padahal boro2 cupang, dicium saja aku belum pernah.
Menjelang liburan, anak2 cewek sepakat memperkenalkan pacar masing2.
Tinggal aku yang kelimpungan, mana kenal aku cowok berkulit putih, tinggi, kaya, ganteng. Kalau soal nama sih gampanglah, bisa saja kusuruh mengaku bernama Gerry Santoso, yang penting orangnya dulu harus ada.
Tahun  1973 itu kebetulan ada kejadian tabrakan di Parung yang dialami group band Koes Plus diikuti meninggalnya Maria Sonya Tulaar, istri Yok Kuswoyo saat kecelakaan.
Hal ini menimbulkan ideku.
Gerry Santoso kubuat meninggal kecelakaan di Parung, dan akupun berakting sedih selama sebulan didepan teman2ku.
Sumpah, tidak gampang lho berakting sedih dan menangis selama sebulan, apalagi teman2ku cenderung kepo tingkat dewa.
Yah pokoknya intinya, di SMP aku sudah punya pacar, walau cuma pacar khayalan.
Aku rasa inilah awal mula karir ngibulku dengan korban berjamaah.


Dear Diary
Jatuh cinta pertama kali kurasakan saat berkenalan dengan Joe, nama gaulnya, padahal nama aslinya cuma Syurkoni Junaedi, pegawai bank BRI Cibinong.
Seandainya diijinkan aku lebih suka memanggilnya Syurrr, lebih hot dan terkesan tidak dibuat2 dan memang merupakan penggalan namanya.
Sebenarnya aku tidak yakin juga cintaku yang pertama itu pada  Syurrr eh Joe atau jangan2 pada Eddi Mancung, karena walaupun berpacaran dengan Joe hatiku kerap deg2an melihat Eddi Mancung yang tinggi, mancung dan kerap diikuti cewek2 sekampungku.
Mungkin dari sinilah sifat pengasih dan penyayangku bermula.
Tapi aku yakin, orang yang pertama kali menciumku adalah si Syurrr eh Joe itulah.
Saat aku dicium, dunia tiba2 gelap dan berhenti berputar.
Saat dicium itu aku bahkan kebingungan, lho lho kok dunia berputar.
Joe pikir aku pusing, padahal aku shock.
Inikah rasanya dicium pria ?
Inikah rasanya jatuh cinta ?
Ingin selalu bertemu, bahagia bila melihatnya walau kadang cuma motornya saja yang terlihat, kadang tidak berpikir jernih dan selalu melamun berjam jam.
Pelajaranku di SMAN 8 Bukit Duri langsung anjlok dititik nadir gara2 membayangkan adegan dicium si Joe itu.


Dear Diary
Mengapa jatuh cinta mampu menarik seseorang merasa melayang dan mabuk ?
Kelak aku baru tahu, bahwa menurut para ilmuwan korteks frontal di otak jarang bekerja dengan baik pada orang yang sedang jatuh cinta. 
Korteks yang bertanggung jawab agar seseorang berpikir rasional dan mekanisme pengambilan keputusan tidak bisa optimal. 
Hal ini disebabkan oleh perasaan bahagia yang terlalu besar dan mempengaruhi otak serta pikiran.
Coba bayangkan, aku yang pemarah bisa langsung memaafkan kekasihku hanya dengan melihat foto-foto konyol berdua saat mesra. 
Tidak ada keraguan, sebesar apapun kemarahan itu maka akan sirna. 
Mungkin inilah mengapa orang yang sedang jatuh cinta terkadang tidak berpikir jernih. 
Secara kasar menurut para ilmuwan konon hal ini terjadi karena otak 'dibunuh' secara fungsional oleh cinta dan hati yang menyatu. 
Memang kedua, orang yang sedang jatuh cinta sering kali tidak melihat keburukan pasangannya dan cenderung memuji karena hanya tampak kebaikannya saja. 

Mengapa demikian?
Para ilmuwan mengatakan bahwa sisi rasional pada otak akan gelap saat kita jatuh cinta. 
Kita hanya akan menganggap orang yang kita cintai selalu bagus. 
Tidak hanya itu, bagian otak yang biasanya berfungsi mengontrol rasa takut cenderung 'mati' atau tidak berfungsi ketika jatuh cinta. 
Itulah sebabnya banyak orang yang melakukan berbagai macam cara demi cinta. 
Termasuk di antaranya membunuh karena cemburu, ehm....kalau aku sih paling melawan orang tua karena telanjur jatuh cinta.


Dear Diary
Saat putus bertunangan dengan Joe, aku kelas 2 SMAN Cibinong saat itu, dunia anehnya tak terasa hancur.
Entah mendengar dari siapa, aku berprinsip “ Jangan serahkan hatimu seutuhnya, cintailah hanya 50 % saja agar tidak sakit saat putus cinta. “
Kalau tidak salah aku membacanya dimajalah Gadis atau Femina, entahlah, aku lupa persisnya.
Nasihat jitu yang selalu kupegang erat2 sampai kini.
Lagipula saat itu aku sudah punya cadangan pacar, Eddi Mancung.



Dear Diary
Kalau dipikir2, seumur hidupku, hanya 3 kali aku benar2 jatuh cinta.
Pada Joe dan Tejo serta si semprul.
Pada Joe karena dia yang pertama kali menciumku, pada Tejo karena aku bisa mengeksplorasi dengan leluasa, maklumlah disamping enak buat bergelantungan dengan badannya yang tinggi besar, dia juga romantis dan humoris.
Gimana gak mantap, dia itu pemain PSSI Binatama yang disekolahkan ke Brazil tanpa hasil.
Jatuh cinta pada si semprul itu adalah karena terlanjur, terlanjur sering bersama, bertemu dan berbagi cerita.
Benar juga kalau orang jawa bilang “ cinta itu datang karena kebiasaan ”, terbiasa bertemu dan diantar jemput si semprul, membuatku takut kehilangan dan enggan melepasnya.
Yah kuanggap itu juga adalah masuk kategori jatuh cinta.
Karena saat tidak bertemu dengan kedua mahluk... si Semprul dan Tejo...yang dulu bersahabat itu aku kadang melamun berjam2, mengkhayal dan tidak nafsu makan.
Kadang kalau ada suara toke aku suka tebak2an “ cinta, enggak, cinta, enggak, cinta, enggak.
Kalau sang tokek berhenti bersuara dikata enggak, kiamatlah duniaku.
Malamnya biasanya aku langsung mengkhayalkan arjunaku sedang berasyik masyuk dengan wanita lain.
Dalam perjalanan, sambil menunggu pintu kereta dibuka, aku juga suka berteka teki meyakinkan cinta kedua sahabat itu padaku.
 “ ning nong, cinta, enggak, cinta, enggak...”
Begitu tidak yakinnya aku dengan cinta keduanya.


Dear Diary
Sekarang, puluhan tahun kemudian, saat bertemu dengan mereka2 yang pernah mengisi hati dan lamunanku, aku kerap berpikir “ Gila, kenapa dulu aku naksir dengan dia sih? Pakai adegan sedih jedut jedutin kepala dipintu kamar lagi ?”
Mungkin mereka juga berpikir hal yang sama tentangku “ Gila, ngapain juga aku naksir cewek gembrot ini? Kayak gak ada wanita lain saja. Amit2 deh.”


Dear Diary
Tahun 1997 aku dipanggil berkali2 oleh seorang pria tua agak  bungkuk didekat rumah orang tuaku di Cilodong, saat itu aku sedang menjadi penerima tamu pernikahan adik bungsuku.
Karena merasa tak kenal aku diam saja.
“ Ida gak kenal ya? Saya Eddi, Eddi Mancung.” Katanya memperkenalkan diri.
“ Ya Allah...Eddi ? Kok....” untung saja aku bisa merem mulutku yang biasanya ember untuk berhenti pada waktunya, hal yang jarang terjadi.
“ He he he...sudah tua ya Da ?” katanya sambil senyum2.
Giginya sudah tanggal sebagian besar, didepan pula, kulitnya hitam kusam dengan rambut agak botak, agak bungkuk pula.
Padahal kayaknya dulu Eddi Mancung itu putih.
Walaupun shock melihat Eddi Mancung, aku mengucap syukur dalam hati sudah disuruh putus oleh ibuku.
Tak bisa kubayangkan kalau aku harus menuntun nuntun Eddi Mancung setiap ingin pergi, padahal aku sendiri kena asam urat dan tertatih tatih.
Cinta....pergilah kau pergi.....nyanyiku dalam hati, tak merasa penasaran lagi, setelah melihat Eddi Mancung.


Dear Diary
Tahun yang sama aku juga bertemu dengan Joe, diatas metro mini jurusan Bogor Depok 1.
Aku dengan kedua anakku dan pembantu2ku naik bus, entah kenapa aku naik bus aku lupa, biasanya kalau aku naik bus si semprul pastinya sedang di carter oleh orang tuanya mengantar ke Jogja atau ke Kutoarjo.
Gak akan pernah si semprul membiarkan bidadari dan anak2 kesayangannya naik bus berhimpit2.
Aku kan tidak bisa setir mobil, jaman itu juga belum ada taxi online.
Taxi biasa juga gak akan ada disini.
Pokoknya singkat cerita aku naik bus seperti rakyat jelata titik.
“ Ida ya ?” ada bapak2 kecil, manis dan berkumis menegurku.
Aku bengong lama. 
Seingatku aku tidak pernah punya teman cowok yang naik bus, kecil pula badannya.
“ Masak gak ingat Da? Ini Joe, bekas tunangan Ida.” Katanya memperkenalkan diri.
Gubraak....aku terhuyung2 diatas bus, maaf saat itu aku memang belum sempat duduk jadi wajar saja kalau aku terhuyung2.
Tunanganku sekecil ini ? 
Kakiku terasa lemas, plus malu karena dilihat kedua pembantuku.
Memang sih manis orangnya, dengan matanya yang lebar berbinar2, dengan senyum manis, tapi masak sih sekecil ini ?
Sekilas ingatan saat aku pertama dicium okehnya...itu dalam posisi duduk, dan selalu dalam posisi duduk kalau dicium, tidak pernah bisa bergelantungan seperti di film2 amerika, rasa tidak nyaman itu saat sedang berciuman dengannya, saat2 tunangan, saat2 cincin tunangan kulempar ke semak2 dan kucari lagi saat dia sudah pulang tapi tidak bisa kutemukan, semua tergambar jelas.
“ Ngapain aku pacaran dengan laki2 ini? Tuhan maha besar dengan menggagalkan pertunanganku. Apa jadinya kalau aku menikah dengannya, bisa2 anak2ku sekecil botol penicilin.”
 Aku bersyukur dalam hati sambil melirik anaknya, anak satu2nya katanya, yang juga bertubuh kecil.



Dear Diary
Ditengah suara guntur yang menyambar2, ditengah kekhawatiran ada bocor lagi diatap rumah tuaku, sore ini kuucapkan lagi syukur alhamdulilah.
Kepedihan yang menyayat, penghinaan karena telat menikah dan dilangkahi 2 orang adikku, berganti2 pacar setiap 3 bulan sekali karena bosan dan agar tidak cinta terlalu dalam, memilih2 pacar sekaligus supir antar jemput agar bisa gratis ongkos dan aman diperjalanan saat kuliah malam, semua telah membuahkan hasil yang manis walau tidak manis seutuhnya.
Aku tidak seutuhnya salah pilih, aku hanya salah langkah.
Si semprul pilihan yang baik, dia suami yang baik.
Aku hanya salah langkah karena percaya bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput dirumahku sendiri.
Terima kasih Tuhan aku hanya salah langkah bukan salah pilih..

Komentar

Postingan Populer