DARI WAKTU KE WAKTU...
Dear Diary,
Kemarin kutemui pas photo untuk ijazah SMA tahun 1979, dan akupun heran.
Hidung minimalis, mata sipit, rambut panjang tak beraturan tak terawat kr tidak pernah potong disalon.
Itukah aku dulu ?
Pantas saja aku selalu keduluan adikku Wiwik setiap ada cowok yang kami taksir bersama.
Kutemui photo tahun 1995 di Semarang, kurus peot dan tetap berhidung minimalis.
Ku jejerkan photo2 diri ini, kayaknya aku sudah berubah banyak, buanyak sekali apalagi kalau dilihat dari timbunan2 lemak disegala tempat strategis.
Tapi kenapa orang2 dari masa lalu, dari sekolah dan dari kampung asalku dengan mantap selalu mengenaliku, sementara aku selalu berusaha habis2an untuk mengenali mereka.
" Ida ya? Ya Allah, kok gak berubah ya?"
Dan akupun cuma meringis kecut dipanggil Allah dan dianggap tak berubah.
" Rita ya? Kemana aja Rit, gak pernah kelihatan. Kok gak berubah sih, masih tetap gila. Ya Tuhan, gue kangen banget sama elo."
Kembali aku dipanggil Tuhan dan dianggap gila oleh temanku.
Selain hidung minimalisku rasanya aku sudah berubah banyak.
Tapi kenapa teman2ku selalu bisa mengenaliku dari jarak 1 km walaupun sudah bertahun2 tak ketemu.
Dari cara jalankukah?
Dari gayaku yang suka pura2 pencet hidung padahal aku sedang mengukur kedalam hidungku kah?
Atau dari mataku yang melihat kesana kemari mencari keindahan pemandangan?
Inginnya aku tak dikenali.
Betapa indahnya bila ada yang tak mengenaliku dan kaget saat kusapa, " Ida ya? Kok beda amat? Sekarang kok cantik sekali? Langsing banget kamu Da !"
Ingin sekali.
Yah sayangnya variasi komentar yang kudengar hanyalah, " Rita? Kok penampilan lo sekarang kayak orang baik2 Rit? "
Memangnya dulu penampilanku seperti pembunuh berĂ ntai apa?
Atau jangan2 seperti pencopet kambuhan?
Atau seperti penjahat kolor ijo itu kr aku kan dulu suka berlagak mengerti kepribadian si kolor ijo itu.
Untungnya masih ada yang sopan berkomentar "Ida ya? Alhamdulilah sekarang sudah insaf, sudah pakai jilbab. Memang harus seperti itu Da, kan sekarang sudah tua, jangan ugal2an lagi. Waktu kita gak banyak lagi Da."
Aku sih fine2 saja dikomentari sekaligus dinasehati seperti itu, sayangnya selalu ada tambahan komentar yang cukup membuat perutku seperti ditonjok dengan keras.
" Aku tahu kenapa kamu pakai jilbab Da, pasti ubannya sudah banyak ya? Enaknya agama Islam memang seperti itu Da, dengan pakai jilbab kita bisa menutupi kebotakan kita, bisa menutupi uban2 kita. Agama lain mana ada yang seperti itu ?"
Dear Diary,
Kalau dibilang hidupku penuh penderitaan, yah seperti itulah contohnya.
Bertemu dengan orang2 yang salah, mendengarkan omongan2 indah diwaktu yang salah.
Alhamdulilah teman2 yang berkomentar seperti itu dalam waktu 2 tahun terakhir ini sudah banyak yang meninggal dunia dengan sukses.
Mudah2an teman2ku yang masih hidup, yang berkomentar seperti diatas membaca statusku.
Gak masalah kok, aku memaafkan kalian.
Memang ubanku sudah banyak..
Memang waktuku tinggal sedikit...
Tapi tolong jangan bilang aku tidak berubah teman, lihatlah lemakku, aku sudah berubah banyak kok, paling tidak aku sudah berubah 23 kg lebih banyak.
Komentar
Posting Komentar