RENCANA OH RENCANA....



Seperti biasanya kaum wanita jaman baheula, begitu punya uang maka yang pertama kali dilakukan selain memenuhi keinginan anak2 adalah memperbaiki rumah. 
Rumah tua buatan tahun 1970 an bila dilihat dari modelnya ini memang masih cukup kuat, sayangnya saat merehab tahun 2014 sesaat sebelum ditempati, kayu2 untuk pintu dan kusen yang kubeli walau dari kayu kamper yang konon kuat, ternyata tidak dioven terlebih dahulu.
Jadilah pintu2 rumahku dijadikan sarang rayap, binatang kecil2 menjijikkan yang mau tak mau menjadi musuh bebuyutanku selama tinggal disini.
Pintu lantai atas yang susah dibuka bahkan setelah kubuka paksa langsung copot karena rayap.
Merasa pintar, aku melakukan tahapan2 seperti yang dianjurkan dalam memperbaiki rumah.
Kubuat rencana secara detail sejak mulai bahan, harga sampai pekerjaan secara rinci.
Kenyataan tidak seindah rencana yang kubuat, kenyataan ternyata lebih mahal daripada anggaran.
Memang rencanaku semula hanya ingin mengecat tembok pagar dan tembok luar rumah saja, menggantinya dari warna merah marun menjadi hijau muda. Setiap kali melihat tembok rumahku, aku merasa seperti ABG kadaluwarsa, karena cat tembok berwarna merah marun itu sejalan dengan berjalannya waktu menjadi berwarna merah muda. Bayangkan ! Nenek2 sepertiku mempunyai rumah berwarna merah muda. Bukan gue banget, pikirku.
Mengganti cat tembok, itu sasaran utamaku. Harus ganti cat tembok pink itu !!!

Saat beli cat Dulux, aku hanya ingin Dulux walau harganya mahal karena berharap tak perlu mengecat ulang lagi bertahun2 kemudian, apa yang terjadi?
Pak Udin tukangku bilang, dia perlu cat Dulux 2 kaleng ukuran 2 liter buat diluar dan 2 kaleng ukuran 2 liter buat didalam rumah. Kupingku yang sudah agak berkurang pendengarannya mendengarnya 2 pile. Berarti pak Udin perlu 4 pile.
Dengan gagah berani kubeli 2 pile cat tembok hijau muda untuk pagar, dan 2 pile cat tembok warna kuning pucat untuk diluar.
Esok paginya pak Udin iseng2 tanya, berapa harga cat Dulux sekarang. Saat kujawab rp. 6,4 jutaan, pak Udin melotot heran. “Wah kemahalan bu, perkiraan saya palingan rp. 150 ribuan ukuran 2 liter. Paling habisnya rp. 600 ribuan.”
Kusodorkan bon pembelian cat, pak Udin pun  melotot histeris. “Ibu beli cat 40 liter buat apa bu? Pantes mahal. Saya kan cuma perlu 4 kaleng ukuran 2 liter.”
Gantian aku yang histeris. Buru2 kutelpon Mitra 10, sayangnya tidak bisa dicancell.
Ternyata 1 pile itu berisikan 10 liter.
Jadilah rencana hanya cat ulang pagar dan tembok luar menjadi cat seluruh rumah. Lha terusnya cat 40 liter itu masak aku simpan sampai mati ? 
Upah borongan tukangpun dinego ulang.
Saat cat tembok kuterima, ternyata warna kuning pucat yang kukhayalkan menjadi warna kuning partai Golkar, partai korup yang kubenci.
Sampai disini pertahananku jebol.
Airmataku mengalir tak terasa membayangkan hinaan dan ejekan yang pasti kuterima karena dianggap pendukung Golkar.
Kuubah lagi rencanaku. 
Warna kuning Golkar kubuat cat didalam rumah.
Serasa mau muntah melihat warna kuning Golkar berkeliaran dirumahku.
Walau sudah kuselang seling cat ruangan dalam rumahku dengan warna hijau tapi tetap saja ada nuansa Golkar didalam rumahku.
Untuk menetralisirnya kupadu dengan warna merah karpet dan warna hijau tanaman dalam pot.
Entah apa jadinya, aku tak mau berharap muluk2 rumahku menjadi rumah idamanku lagi. 
Sejak rumahku dicat ulang, aku lebih banyak mendekam didalam kamar atau diteras, tidak mau lagi duduk2 didalam rumah lebih lama dari 10 menit. 
Aku merasa sebagai pendukung fanatik Golkar, dikelilingi warna kuning Golkar.
Kalau sudah begini aku merasa terkutuk mempunyai imajinasi yang suka melantur.

Saat pengecatan ruangan dapur, saat barang2 dipindahkan baru kuketahui bahwa kompor Modena 4 tungku milikku sudah ada koreng dan karatnya, sementara kulkas Electrolux yang dulu begitu kubanggakan ternyata sudah ada bunga es dan kadang membanjiri dapur.
Semua itu harus diganti bukan?
Kubayangkan bila temanku datang dan tiba2 ingin ke dapur, dia lihat kulkasku yang banjir, pasti dia akan berkomentar “bu Rita ini kok kulkasnya ngompol? Ibu gak ngompol juga kan?”
Atau saat lihat dapurku yang kumuh pasti dia akan bilang “bu ini dapur ibu kok kayak dapur penampungan pengungsi ya?”
Baru membayangkannya saja aku sudah merinding. 
Dapurpun ikut2an kurenovasi, padahal tidak ada yang bermasalah, dan selama ini aku merasa fine2 saja karena kunjunganku ke dapur hanya 2 kali kunjungan sehari, biasanya hanya untuk mengambil piring buat makan.

Saat sedang memperhatikan tukang mencat pagar depan, tiba2 hujan turun.
Aku tetap duduk diteras sambil membaca novel. 
Hujan yang cukup deras disertai angin kencang, membuat aku terpaksa mengungsi dari kursi kebesaranku diteras karena terciprat air hujan.
Akibatnya sudah pasti.
Teraspun ikut diperbaiki, ditambahkan kanopi dari besi. 
Talang air ukuran 10 cm diganti dengan yang ukuran 20 cm agar bisa menampung air hujan lebih banyak.
Negosiasi ulang lagi dengan pak Udin mengenai upah tukang.
Sampai saat ini total pengeluaran untuk tukang sudah mencapai rp. 56 juta koma sekian, karena renovasi melebar kesegala tempat.
Beginilah bila kaum ibu melakukan renovasi rumah.
Cat ulang tembok pagar menjadi membangun 4 kamar untuk kost2an.
Cat ulang dapur menjadi mengganti total kitchen set dan segala isinya.
Rencana yang tersusun dengan rinci dan indah melenceng entah kemana, budget maksimal rp, 50 juta sudah membengkak, bahkan upah borongan pak Udin sudah melebihi keseluruhan budget awal. 
Aku tak tahu ending rumah ini seperti apa nantinya.
Aku hanya bisa pasrah.

 

CATATAN: 
Pesan moral dari pengalamanku memperbaiki rumah sudah jelas:
1. Bagi wanita single, bila ingin renovasi rumah, sebaiknya memakai jasa konsultan sehingga tidak melebar kemana2. Serahkan semuanya pada mereka.Bila wanita bersuami, serahkan pada suami saja. Tugas wanita sesuai kodratnya bukan merenovasi rumah, tapi memperindahnya.
2. Bila terpaksa mengerjakan renovasi sendiri, ajak tukang bila berbelanja.
2. Pilih cat pada saat segar bugar, disiang hari, jangan disore atau malam hari.

Komentar

Postingan Populer