TAMUKU DIGODA :


Dear Diary
Kemarin pagi saat keluargaku menginap dirumah, ibu tergopoh2 membangunkanku.
"Bangun Da, bangun !
Setan2 dirumahmu ini harus buru2 digusur Da ! (Kurasa ibuku penggemar Ahok si tukang gusur). Gak bisa dibiarkan Da! Mereka meraja lela kembali !" Cerita ibu terburu2 penuh nafsu.
Ternyata malam harinya adik iparku, Yayat, ditakut2i. Lehernya dicekik dan badannya digoyang2. 
Saat itu dia habis sholat magrib dan sedang menunggu saat isya.
Sementara mbak Yayuk dan mbak Min sepupu ibuku, jam 1.30 malam, kamarnya ingin dimasuki sesuatu.
Gagang pintu digoyang2 berkali2, tapi tak bisa masuk karena dikunci. Lalu terdengar bunyi sesuatu.
Mbak Yayuk yang pertama kali melihat langsung membangunkan mbak Min.
Mereka menyaksikan gagang pintu digoyang2 selama 5 menit an.
Setelah berdoa dan memohon pada setan agar tidak mengganggu mereka, baru mereka sadar bahwa mereka seharusnya baca ayat qursi. Setelah membaca ayat qursi berkali kali, barulah usaha goyang menggoyang gagang kunci berhenti.
Pantas saja kulihat Yayat selalu ber iring2an dengan anak dan istrinya, kupikir rukun dan mesra, ternyata karena hantu.
Anak angkatku juga akhirnya buka suara.
Daripada dia tidur dikasur dikamar Vani, dia lebih suka tidur dibawah dikamarku. (Aku memang tidak suka tidur berdua dikasur. Rasanya sesak dan tidak bisa nafas).
Dia bilang bahwa setiap malam jam 1.30 jendela kaca dikamarnya selalu diketuk2 saat dibuka tidak ada siapa2.



Dear Diary
Si bungsu juga sering diganggu dikamarnya.
TV dikamarnya tiba2 menyala.
Oleh sibungsu lalu dimatikan.
Tiba2 menyala kembali.
Dimatikan lagi oleh si bungsu.
Eh masih juga menyala kembali.
Saking kesalnya oleh si bungsu kabel listriknya dicabut sekalian.
Eh tiba2 TV menyala kembali, dilihat oleh si bungsu TV menyala tanpa kabel dipasang.
Itulah saatnya si bungsu hijrah ketakutan dikamarku.
"Kalau cuma bayangan mondar mandir dikamar sih Vani masih gak takut mam. Biarin aja, nanti juga dia capek jalan2. Tapi kl sampai lihat bukti TV menyala tanpa listrik, yah Vani jadi akhirnya takut." Curhat si bungsu.
Dugaanku sih tempat tidur kuno dikamarnya. Tamu yg tidur disitu kerap dipindahkan ke kursi kuno diluar kamarnya.
Yah, beneran, ayahku pernah dipindahkan saat tidur dikamar si bungsu saat marahan dengan ibuku.
Seisi rumah cuma aku dan ibuku yg belum pernah dipindahkan saat tidur disitu saat iseng iseng uji nyali.
Mungkin krn aku dan ibuku wanita berbobot jadi setannya gak kuat memindahkan kami.


Dear Diary
Aku hanya bisa bilang  pada ibuku "yah kita harus lebih sering mengaji mungkin bu. Gak usah di usir2 lagilah. Masing2 kan punya dunia sendiri. Mereka lebih dulu menempati rumah ini daripada kita. Sebaiknya kita mengalah saja bu. Perbanyak dzikir dan mengaji saja bu." Kataku sok bijak tapi pasrah.
" memangnya berapa sih biaya gusur setan? Biar ibu yang bayar" ibuku tetap ngotot ingin menggusur setan.
"Bukan soal biaya bu, ini soal keharmonisan hidup. Soal bertetangga dengan setan. Memangnya kalau setan2 yang ada kita usir lalu rumah kita gak dimasuki setan lagi? Ini rumah tua bu, dipinggir jalan. Setiap bulan selalu ada yg meninggal didepan rumah karena kecelakaan. Belum tentu juga pemburu hantu yang kita bayar asli, kemarin aja Ida dapat ustadz palsu padahal dia terkenal sebagai si pemburu hantu dan pernah masuk TV. Sudahlah kita perbanyak dzikir dan mengaji saja bu."
" Lagian sih  kowe gak ada kerjaan. Sudah enak2 tinggal di Sentul malah pindah kerumah hantu!" Ibuku mengomel panjang lebar.
Aku diam saja tak mau menerangkan bahwa alasanku pindah kesini karena kematian suami keduaku. Aku tak mau rumahku didatangi keluarganya, apapun alasannya. 
Aku tak ingin ada ikatan apapun, jejaknya, bahkan baunya sekalipun.
Aku juga ingin menghilangkan kenangan  tentang almarhum yang ada disetiap sudut rumah Sentul. 


Dear Diary
Aslinya ibuku penakut.
Ibu juga mempunyai imajinasi yang tinggi.
Bila mendengar suara tanpa ujud langsung ibu bilang itu hantu. Padahal bisa saja itu suara dr tetangga sebelah yg kebetulan berdekatan dengan dinding rumahku.
Pernah ibu bilang bahwa hantu dirumàhku sering memanggil manggilnya. "Bu...bu".
Ibu bilang dia kira aku yang memanggilnya, ternyata aku sedang tidur.
Beberapa hari kemudian aku bisa membuktikan bahwa suara " bu...bu" itu suara dari tetangga sebelah memanggi2 ibunya.
Suaranya dekat, seolah olah ada dirumahku, padahal disebelah rumah.
Bila kucing persiaku mengeong ngeong dimalam hari, ibuku langsung bilang bahwa kucingku pasti melihat hantu.
Kalau soal itu sih aku tidak mau berterus terang pada ibu.
Pernah saat rumah sepi, tak ada siapa2, saking ketakutannya aku tidur dengan Sasa dan Sunny kucingku.
Terpaksa Dear Diary, aku bukan pecinta kucing.
Kupikir aku jadi tidak merasa sepi bila ditemani kucing.
Sialnya kedua kucingku mengeong ngeong seolah olah ingin berkelahi dengan sesuatu.
Kedua kucingku kompak memandang kesatu titik, disudut kamarku.
Sekujur tubuhku menggigil kedinginan dan agak ketakutan juga kr saat itu aku sendirian dirumah.
Benar benar sendiri.
Saat itu aku yakin seyakin yakinnya bahwa kucingku melihat hantu.
Untuk menenteramkan ibuku aku bilang bahwa kucing2 itu ingin kawin.
Ternyata betul, kucing2ku sedang ingin kawin.


Dear Diary
Kemarin, semalam, pagi ini, ibadah aku dan ibuku dua kali lipat lebih banyak dan tiga kali lipat lebih khusyu.
Kurasa inilah gunanya berdampingan dengan hantu, meningkatkan takwa dan ibadah.
Jadi untuk apa aku menggusur hantu2 itu?
Biarkan saja.
Aku toh bukan aparat yang suka main gusur.

Komentar

Postingan Populer