ONE DAY ONE JUZ ALA PENSIUNAN



Dear Diary,
Hari Selasa tanggal 14 April 2020 tiba2 WAG bunyi, ternyata ada WA dari Yunis manis, begitu biasanya dia minta dipanggil.
"Bu ritaa.. mo ikut grup WA baca quran 1 hari 1 juz gaa ... Anggotanya kebanyakan ex cabang Jakarta Kota. Aku dan Mbantat ikut juga. Yuuukk ikutan."
Mbantat itu panggilan Yunis untuk Tati Harifin.
"1 juz itu banyak banget yunis manis.." jawabku.
"Mungkin mbak  Yanti dan  Tukul mo ikutan juga bisaaa." Yunis mengalihkan sasaran ke anggota group yang lainnya...yang lugu2.
" Ibu sampai setua ini blm pernah khatam quran..pdhl sdh merusak Al Quran 3 buah, jilid nya pada rusak ..sekarang ini 6 halaman sehari aja susah. Lha bacanya masih bingung kl  ketemu huruf numpuk." sambungku.
"Boleh sambil denger murotal bu, pake audio QRQ deh bu." Tati ikut2an membujuk.
" Kita baca maksudnya terus direkam gitu ?" tanyaku.
"Gak direkam bu.. Kalau sudah kelar cuma laporan aja selesai juz sekian.. gitu bu." jawab Yunis.
"Nggak direkam bu" jawab Tati barengan.
" Tat audio QRQ itu apa?" tanyaku.
" Dicicil aja bu bacanya.. Misalnya abis subuh sama dhuha gitu." jawab Yunis.
Seperti biasa obrolan di WAG semua serba ngalor ngidul, aku tanya apa yg jawab siapa dan jawabnya apa.

"QRQ itu Quantum Reading Quran bu" jawab Tati.
" Beli dimana QRQ ?" tanyaku.
" Kalau gak direkam boleh deh ibu ikut..biar ada saingan baca Quran...biar ibu semangat belajar. paling nanti mbak Nina dan bu ustadz guru ngaji ibu yg pusing ditanyain terus sama ibu kalau ada yg mentok." jawabku ikut2an jawab seingatku.
" Tat QRQ ini kayak kaset ngaji ya?" tanyaku penasaran.
Tidak terjawab.
Mungkin Tati sudah beralih kelain HP, begitulah kalau WAG cuma berisi 5 orang.

Dear Diary
Begitulah akhirnya aku ikut group WA NGAJI YUK yang anggotanya kebanyakan pegawai dan mantan pegawai BNI Cabang Jakarta Kota digawangi Marlita Eka dan Mirdaz.
Karena aku dapat nomor urut 13 berarti aku mulai dr juz 13. 
Waduh padahal selama 2 tahun  belajar ngaji aku baru sampai juz 12.
Aku buru2 ngebut  agar bisa mengikuti program one day one juz itu.
Dalam hati aku ngomel panjang lebar, ngomeli Yunis yang langsung mendaftarkan aku tanpa babibu lagi.
Kejadian yang sama dengan saat aku dibujuk ikut progran ustadz Adi Hidayat menghafal one day one ayat surat Al Mulk.
Al Mulk ? 
Ah kecil...aku sudah hafal kok.
'Kalau Al Mulk ibu sudah hafal Yunis, kan tiap ashar baca Al Mulk. Ibu juga sudah gafal Al Waqiah dan Yasin serta Ar Rahman." aku menyombongkan diri....eh mungkin bukan sombong ya Dear Diary tapi bangga.
"Yah itu bagus malahan bu. Ibu nanti tinggal betulin cara pengucapannya saja. ikut ya bu.?" kata Yunis.
Seingatku sih aku tidak menjawab karena masih bingung.
Tiba2 Yunis mengirimkan link nya suruh mendaftar.
Dengan penuh ragu aku daftar dan mulai belajar mengikuti arahan dr WA.
Saat merekam suaraku untuk laporan pencapaian hafalan, aku shock. Benar2 shock mendengar suaraku sendiri.
Cempreng, tinggi dan persis nenek2 bahagia.
Iseng kurekam suaraku saat ketawa.
Astagfirullohaladzim..persis suara Mak Lampir yg diperankan Farida Pasha di sinetron Misteri Gunung Merapi dulu.
Pantas  anak2ku saat masih kecil kalau kunyanyikan lagu Nina Bobo selalu menutup mulutku dengan tangan kecilnya " ssttt ibu jangan nyanyi ya...aku mau bobo."
Dulu mereka memanggilku ibu Dear Diary, bukan mamam seperti sekarang.
Beberapa bulan lalu Si bungsu kl aku nyanyi malah dengan wajah panik suka bilang " Mam jangan nyanyi2..ada anak2 kost. Kasihan nanti mereka keberisikan."
Mendengarkan rekaman suaraku yang mengerikan itu aku langsung putus asa dan berhenti ikut program hafalan one day one ayat detik itu juga.

Dear Diary,
Baru kali ini aku bersyukur punya sahabat yang setia berkaraoke denganku.
Betapa besar pengorbanan mereka saat mendengar suaraku...aku langsung ingin memeluk mereka satu per satu.
Aku langsung ingat almarhum si play boy suamiku dulu.
Dia kan suka letoy tiba2, jangan2 letoy nya dia dengan tiba2 karena mendengar suaraku mendesah2 tidak enak didengar.
Mungkin dia takut didengar anak2, maklum rumah Sentul kan kecil, cuma 240 meter bangunannya.
Ku rewind ingatanku, seingatku si Semprul sih malah tambah semangat kalau aku mendesah2 sambil memberi instruksi seperti tukang parkir.
" Yah terus pak...terus...berhenti..berhenti dulu pak..lagi pak...lagi..ya..stop..stop."
Mungkin karena rumah kami di Pondok Cabe luas banget dan tidak akan didengar anak2 makanya si Semprul gak terpengaruh desahanku yang tidak enak didengar.

Dear Diary,
Saat kubaca nama2 anggota group Ngaji Yuk itu ternyata ada nama cucu temanku Utiek, namanya Kara, yang masih anak singkong.
Waduh..anak sekecil itu sudah ikut program ini ?
Ada photonya pula dia lagi baca Al Quran.
Harga diriku yang setinggi langit melarangku mundur.
Masak kalah sama anak kecil ?
Daripada nonton drakor lalu malamnya mimpi pacaran sama si Oppa bukankah lebih baik ngaji ? Daripada nonton film How to get away with murder sampai matanya bintilan padahal aku gak suka bintang film negro bukankah lebih baik diperbanyak ngaji ?
Suara2 itu berdengung2 ditelingaku.
Adegan sakit dan meninggalnya adikku Wiwik membuat aku sadar betapa dekatnya kematian denganku.
Tiba2 anakku si bungsu masuk kamar dan tanya "mam ulang tahun mamam yang ke 60 mamam mau hadiah apa nanti ? Dari sekarang bilangnya mam jadi aku bisa nabung kalau mamam minta hadiahnya mahal."
Kepalaku seperti diketok palu oleh Puan Maharani.
Aku sudah 60 tahun november nanti, dan aku belum punya bekal apa2 buat menghadapNYA?
2 Tahun ngaji bahkan aku baru sampai juz 12 ?
Ya Allah ..aku seperti linglung.
Mau nangis rasanya membayangkan aku gak punya bekal apa2 diakhirat nanti.
" Terserah Vani aja...mamam beliin mukena mahal saja Van...biar keren kl ke mesjid." jawabku sekenanya.
Padahal aku ke mesjid itu kan cuma setahun 2 x...itu juga kalau gak panas udaranya.

Dear Diary, 
Aku mulai mengaji dengan serius.
Pantatku bisulan saking lamanya duduk, belum lagi leherku susah buat digerakan.
Dengan bahagia kupesan kursi untuk sholat.
Aku selalu bahagia saat belanja online Dear Diary, dalam bayanganku aku sudah membantu UMKM negeriku.
Kucoba.
Ternyata masih kurang empuk, pantatku kan tipis tapi lebar.
Kubeli 3 bantal besar.
Masih bisulan juga.
Kuambil kasur lipat, karpet karet pink bekas di kost ku dulu, kualasi lagi dengan alas tidur bekas si Bungsu saat kost dulu.
Kucoba dengan menginjak2nya.
Hmmm ..lumayan empuk.
Sayangnya bisul berlalu tapi datang sariawan.
Mungkin saking semangatnya aku mengaji.
Entah kenapa setiap aku mengaji dengan suara pelan tapi lama2 suaraku makin kencang.
Si bungsu rajin mengingatkanku..."mmmm...mam suaranya kencang banget mam..."
Aku langsung pelankan lagi.
Kadang si bungsu ke warung pak Juned hanya untuk mengecek suaraku sampai ke warung atau tidak.
"Mam suaranya sampai ke warung mam. Nanti pasti bu Juned nanya2 Dini deh."
Suara serak karena  bersuara kencang, leher berasa keseleo karena menengok ke 1 jurusan belum lagi menahan kencing.
Kamar mandi sih dekat, cuma masalahnya kan aku penganut  aliran "kalau sudahnduduk.lupa berdiri", maksudku susah bangun dari duduk.
Berjam2 duduk mengaji, salah baca karena huruf yg menumpuk dan mengantuk, itu juga masalahku.
Kubeli kaca pembesar, sampai 2 malahan karena takut lupa naruh.
Kalau masih belum bisa juga aku photo dan tanya ke guru mengajiku mbak Imas.
Sayangnya WA jam 6 pagi dijawabnya jam 6 sore.
Aku yakin kalau guru mengajiku itu punya slogan biar lambat asal selamat.
Pertanyaan dan photo huruf nya segera ku kirim ke bu guru Nina Emilia. Cepat jawabannya..cuma sejam paling lama.
Kadang kalau aku malu tanya2 terus maka pertanyaan dan photonya kukirim ke group 5 Sekawan

Tapi yg paling enak sih kalau ada Dini.
Aku bisa bertanya langsung dan dapat jawaban langsung. 
Cuma apesnya kalau jawaban Dini kuulang dia malah jadi gak yakin.
" Benar Din bacaannya begitu ?"
" eh iya kali ya bu..menurut Dini sih bacanya seperti itu."
" Jangan sampai salah Din..ini kan Al quran." suaraku mulai naik.
" eh iya betul bu...kayaknya betul bu" jawab Dini demgan ketakutan.
Nah kl sudah seperti itu aku terpaksa dengan tidak punya malu bertanya ke yang lain.

Dear Diary,
Didera bisul, sariawan dan sakit leher berkepanjangan ternyata membuahkan hasil.
Kalau dulu di awal aku 1 juz itu memakan waktu seharian lama2 aku makin mahir sehari bisa 2 juz.
Kucoba lagi..ah ternyata bisa 3 juz sehari.
Sayangnya keahlianku baca 3 juz sehari berahkir setelah khatam karena aku keseleo urat pundak dan tangan sebelah kanan.
Jangankan buat baca, buat menunduk lihat Al Quran saja sakit sekali.
Ya sudahlah..mungkin aku terlalu berlebihan memforsir diri.
Akhirnya kembali ke semula, cuma 1 atau 2 juz saja.

Dear Diary,
Ternyata niat insafku seperti roller coaster, naik turun.
Saat si bungsu memberi tahuku bahwa season 5 film seri Lucifer di Netflix sudah tayang, aku buru2 memutuskan untuk 1 juz sajalah ngajinya nanti bisulku kambuh lagi, toh aku sudah 6 x khatam sejak ikut group.
Aku kan hanya manusia biasa Dear Diary, kadang insaf kadang setengah insaf.
Pantat Lucifer terlalu mubazir bila tidak dilihat.
Swear Dear Diary, itu film Lucifer memang menggoda iman isĺamku banget.
Cowok ganteng itu mondar mandir telanjang memperlihatkan bokong seksinya.
Aku kan sudah 8 tahun tidak melihatnya...bokong cucuku si ganteng gak usah dihitunglah, aku kan bukan pedopile...jadi wajar saja kalau aku agak terganggu.
Sudah dulu curhatanku ini Dear Diary, aku mau lihat cucuku, aku mau lihat apakah dia sudah mulai sholat dengan sarung barunya atau sarung itu hanya dibuat selimut tidur.
Bye Dear Diary...

Komentar

Postingan Populer