*ADZAN ITU PANGGILAN SHOLAT !!!*
﷽•
*______✍Adzan dan Iqomah adalah panggilan untuk orang-orang untuk datang ke masjid guna melaksanakan sholat wajib berjamaah, sebagaimana hadits berikut,*
*Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk mengumandangkan adzan dan mengangkat salah seorang jadi imam. Beliau bersabda :*
فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ
*“Jika waktu sholat telah tiba, salah seorang di antara kalian hendaknya mengumandangkan adzan untuk kalian dan yang paling tua di antara kalian menjadi imam.”*
*(HR. Bukhori no. 631 dan Muslim no. 674)*
*Sementara di masyarakat kita mengumandangkan adzan untuk hal-hal lain yang tidak disunnahkan. Syariat adzan dirusak oleh umat Islam sendiri, seperti :*
💖 *ADZAN UNTUK HAJI*
*Adzan ini dikumandangkan ketika seseorang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Hadits tentang hal ini tidak ditemukan.*
*(silahkan melihat keterangan hadits di bawah)*
*Mungkin yang dikatakan hadits shohih itu, riwayat muslim yang berbunyi :*
فَآذَنَ فِي أَصْحَابِهِ بِالرَّحِيلِ (مسلم
*Kalau kata آذَنَ diartikan adzan sholat, maka arti hadits riwayat muslim tersebut menjadi :*
*"Maka ia (nabi) beradzan di antara sahabat-sahabatnya untuk berangkat. Boleh jadi arti tersebut, yaitu disunnahkan adzan bagi orang yang mau berangkat (berpergian, safar, haji atau umroh).*
*Padahal arti sebenarnya tidaklah demikian. Kata-kata آذَنَ itu dapat dibaca dua macam :*
1. *Adz-dzana أذَنَ*
2. *Aa- dzana آذَن*
*Dan kedua-duanya memiliki arti asal yang sama : Memberitahu/mengumumkan. Dalam kitab Shohih Muslim, cetakan tahun 1348 Hijriyah, bagian II disyarah tersebut :*
لفأذن أي أعلم بالرحيل و في بعض النسخ فأذن بلا مد و بذال مشددة و هو بمعناه
*"Maka {aa-dzana}, yaitu memberi tahu/mengumumkan akan berangkat."*
*Di sebagian nukhsoh [tertulis] : fa aa-dzana tanpa bunyi panjang dan dengan dua dzaal , dan ini semakna dengan aa-dzana."*
*(halaman : 525)*
*Maka arti hadits Muslim di atas adalah :*
*"Maka (Nabi) memberitahu/mengumumkan di antara sahabat-sahabatnya supaya berangkat."*
*Sambungan riwayat di atas :*
فَخَرَجَ فَمَرَّ بِالْبَيْتِ فَطَافَ بِهِ قَبْلَ صَلَاةِ الصُّبْحِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَدِينَةِ
*"Lalu Rosulullah keluar {dari tempat singgahnya}, melalui baitullah. Lalu Nabi thowaf di situ sebelum subuh,kemudian keluar {pulang} ke Madinah.*
*(HR. Muslim)*
*Tegasnya kalimat adz-dzana artinya bukan ber-adzan {melakukan adzan}, tetapi bermakna memberitahu atau mengumumkan.*
*Adzan melepaskan kepergian jama'ah haji itu, oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani dalam kitabnya Hajji Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam. Halaman 107, termasuk dalam perbuatan bid'ah.*
💜 *ADZAN UNTUK JENAZAH*
*HADITS PALSU*
*Mengumandangkan adzan dan iqomah untuk jenazah ketika mayit akan dikuburkan adalah ajaran tanpa landasan, bahkan terdapat sebuah hadits palsu yang menyatakan :*
لَا يَزَالُ الْمَيِّتُ يَسْمَعُ الْأَذَانَ مَا لَمْ يُطَيَّنْ قَبْرُهُ
*“Mayit masih mendengar adzan selama kuburnya belum diplester dengan tanah.”*
*(HR. Ad Dailami dalam Musnad Al Firdaus no. 7587)*
*Hadits ini disepakati para ulama sebagai hadits yang palsu.*
*Al Hafizh Ibnu Hajar Al Atsqolani rohimahullah berkata :*
وَإِسْنَادُهُ بَاطِلٌ ، فَإِنَّهُ مِنْ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ الطَّايَكَانِيِّ وَقَدْ رَمَوْهُ بِالْوَضْعِ .
*“Sanadnya batil, karena hadits ini termasuk riwayat Muhammad bin Al Qosim Ath Thoyakani, di mana dia telah dicap sebagai pemalsu hadits.”*
*(At Talkhish Al Habir, 2:389)*
*Allah Ta'ala berfirman :*
*"......Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan {tidak pula} menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan........"*
*(QS. An Naml 80)*
*Syaikh Muqbil Al Wadi'i dalam fatwanya berkata :"Beradzan ketika jenazah diletakkan diliang lahat termasuk bid'ah. Kami tidak mengetahui adanya hadits yang shohih tentang hal ini. Yang ada adalah hadits dari Ibnu Umar bahwa Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam* *mengucapkan :"Bismillah wa ala millati Rosulillah."*
*(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah. dishohihkan oleh Syaikh Al Albani)*
*Amalan ini sama sekali tidak pernah ada dan tidak pernah diajarkan oleh Rosulullah, tidak pula dari para sahabat yang pernah melakukannya."*
*(Dinukil dari Ijabah Al Sail hal 600-601 karya Syaikh Muqbil Al Wadi'i)*
💙 *ADZAN UNTUK BAYI LAHIR*
*Hadits tentang mengadzankan bayi yang baru lahir adalah hadits palsu. Berikut ini adalah bunyi dari hadits palsu tersebut.*
*HADITS PALSU*
*Dari Ibnu Abbas berkata :*
أَذَّنَ فِيْ أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ يَوْمَ وُلِدَ، فَأَذَّنَ فِيْ أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَأَقَامَ فِيْ أُذُنِهِ الْيُسْرَى
*"Sesungguhnya Nabi adzan ditelinga Al Hasan bin Ali bin Abi Tholib pada hari kelahirannya dan iqomat ditelinga kirinya kemudian setelahnya Al Baihaqi berkata : "Padanya terdapat kelemahan."Hadits mengadzankan bayi tersebut diatas adalah palsu dan tidak boleh dijadikan hujjah. Hanya amalan ini yang dilakukan Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam kepada seorang bayi yang baru lahir :*
*Bayi Lahir itu telinganya bukan diperdengarkan suara adzan, namun ditahnik dan didoakan.*
*Berikut ini dalilnya :*
1. *"Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abdullah bin Barrod Al Asy'ari da Abu Kuroib ia berkata : "Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Abu Musa ia berkata : "Aku melahirkan seorang anak laki-laki, lalu aku bawa kepada Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam, beliau menamainya Ibrohim dan men-tahnik-nya {mengunyahkan} kurma untuknya."*
*(HR. Muslim 3997)*
2. *"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Ala' telah menceritakan kepada Abu Usamah dari Buroid bin Abu Burdah dari Abu Burdah dari Abu Musa dia berkata : "Aku pernah memiliki bayi yang baru lahir, lalu aku serahkan kepada Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam,*
*kemudian beliau memberinya nama Ibrohim dan mentahniknya {mengunyahkan kurma kemudian menyuapkan ke mulut bayi}, setelah itu beliau mendoakannya dengan keberkahan, lalu beliau mengembalikannya kepadaku. Dan dia {anak tersebut} adalah yang paling besar dari anak Abu Musa."*
*(HR. Bukhori 5730)*
💚 *ADZAN SUBUH*
*Sesungguhnya adzan subuh itu dua) kali (2x), yaitu :*
- *Adzan pertama*
*Adalah sebelum masuk waktu subuh yang fungsinya untuk membangunkan orang untuk sholat malam dan makan sahur. Sedangkan,*
- *Adzan kedua*
*Adalah adzan masuknya waktu subuh.*
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ قَالَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ يُنَادِي بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ وَلَيْسَ أَنْ يَقُولَ الْفَجْرُ أَوْ الصُّبْحُ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ وَرَفَعَهَا إِلَى فَوْقُ وَطَأْطَأَ إِلَى أَسْفَلُ حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا وَقَالَ زُهَيْرٌ بِسَبَّابَتَيْهِ إِحْدَاهُمَا فَوْقَ الْأُخْرَى ثُمَّ مَدَّهَا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ
*“Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dari Rosulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda :*
*"Adzan-nya Bilal tidak menghalangi seseorang dari kalian, atau seseorang dari makan sahur, karena dia mengumandangkan adzan saat masih malam supaya orang yang masih sholat dapat pulang untuk mengingatkan mereka yang masih tidur, dan adzan bilal tidak dimaksudkan untuk memberitahu masuknya waktu fajar atau subuh.”*
*(HR. Bukhori no. 586)*
*Pada adzan pertama memakai lafadz taswib, yaitu : "Ash sholatu khoirun minan naum."*
عَنْ أَبِي مَحْذُورَةَ a، قَالَ: كُنْتُ أُؤَذِّنُ لِرَسُولِ اللَّهِ ، وَكُنْتُ أَقُولُ فِي أَذَانِ الْفَجْرِ الأَوَّل: حَيَّ عَلَى الْفَلاحِ، الصَّلاةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ
*Dari Abu Mahdzuroh berkata, “Saya adzan untuk Rosulullah dan saya mengatakan pada adzan fajar pertama ‘Hayya ’alal Falah : Ash sholatu khoirun minan naum."*
*(HR. Nasa’i no. 1611 dan dishohihkan Al Albani dalam Shohih Sunan Nasa’i 1/215)*
*Dan pada adzan kedua dimana fungsinya adalah masuknya waktu subuh tidaklah dipakai kata taswib.*
💛 *ADZAN JUM'AT*
*Sesungguhnya adzan Jum'at hanya satu kali.*
*Imam Asy Syafi'i berkata :*
*"Dan aku sukai bahwa muadzin mengumandangkan adzan seorang diri apabila ia (imam) telah diatas mimbar dan tidak boleh mengumpulkan dua muadzin."*
*Adzan untuk sholat Jum’at pada zaman Nabi hanya sekali saja, demikian juga pada masa Abu Bakar dan Umar, yaitu ketika imam naik di atas mimbar. Namun, tatkala pada masa Kholifah Utsman, beliau menambah adzan kedua untuk sholat Jum’at karena melihat banyaknya orang.*
عَنِ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ يَقُولُ : إِنَّ الأَذَانَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ كَانَ أَوَّلُهُ حِينَ يَجْلِسُ الإِمَامُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى الْمِنْبَرِ فِى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ n وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ d فَلَمَّا كَانَ فِي خِلَافَةِ عُثْمَانَ a وَكَثُرُوا، أَمَرَ عُثْمَانُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِالأَذَانِ الثَّالِثِ، فَأُذِّنَ بِهِ عَلَى الزَّوْرَاءِ، فَثَبَتَ الأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ
*Dari Sa’ib bin Yazid berkata :*
*“Sesungguhnya adzan pada hari Jum’at pada awalnya adalah ketika imam duduk pada hari Jum’at di atas mimbar pada masa Rosulullah, juga Abu Bakar dan Umar. Tatkala pada masa Kholifah Utsman dan manusia telah banyak, maka beliau memerintahkan pada hari Jum’at dengan adzan ketiga, dikumandangkan pada pasar Az Zauro’.* *Akhirnya, tetaplah perkara tersebut.”*
*(HR. Bukhori no. 874)*
*Maksud ucapan Sa’ib bin Yazid “Utsman memerintahkan dengan adzan ketiga” yakni dengan (termasuk) iqomat karena iqomat juga disebut adzan sebagaimana dalam hadits :*
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاة
*“Antara dua adzan disunnahkan sholat.”*
*(HR. Bukhori no. 601 dan Muslim no. 838)*
*Jadi yang dilakukan Utsman adalah adzan diluar masjid ditengah pasar dengan tujuan memberitahukan bahwa hari Jum'at dan hampir masuk waktu adzan, bukan seperti yang dilakukan orang-orang sekarang ini adzan dua kali di dalam masjid. Dan hal ini merupakan perbuatan baru yang diada-adakan (bid'ah).*
* *Mari kita luruskan syariat agama Islam ini dengan sebenar-benarnya sesuai sunnah Rosulullah, agar generasi kita mendapati Islam yang benar dan lurus.*
* *Ikutilah petunjuk Rosulullah dan para salafush sholih yang diridhoi Allah, agar kita semua selamat di akhirat kelak.¤*
*Semoga bermanfaat*
Komentar
Posting Komentar