JADI INDUK SEMANG ITU TERNYATA BERAT
Dear Diary,
Sejak tanggal 21 mei 2016, hari kedatangan anak yang mau kost dirumahku secara resmi oleh tetangga kanan kiri aku diledek dengan panggilan ibu kost.
Dengan senyum getir terpaksa kuterima panggilan itu.
Kadang sesuai suasana hati tetangga2ku memanggilku induk semang, biasanya diucapkan saat aku sedang ngobrol dan anak kostku pamit berangkat kerja.
"Induk semang? Memangnya gue ayam!" Sungutku dalam hati.
Hanya dalam hati.
Aku khawatir kalau mereka tahu aku tidak suka dipanggil induk semang mereka akan lebih hiperbola lagi memanggilku.
Induk semang yang subur, induk semang jojoba atau entah apalagi julukan yg akan kudapat.
Dear Diary
Anak kost pertama Shinta masuk tgl 21 mei.
Lama kosong sampai aku ingin melepas persyaratan2 untuk jadi anak kost dirumah karena khawatir terlalu berat, akhirnya tanggal 29 mei serentak masuk 6 orang, keenam nya anak2 magang di puskesmas depan dari akademi kebidanan di Bogor.
Alhamdulilah sesuai yg kuinginkan, muslimah dan berjilbab.
Yah hanya Shinta saja yg berbeda agama, lainnya Islam semua.
Kost dengan hanya 2 kamar mandi untuk 7 orang ternyata mendebarkan, terutama saat mereka berbarengan ingin kerja pagi.
Sebenarnya ada 4 kamar mandi dirumahku Dear Diary, tapi hanya 2 yang kubokehkan untuk anak kost.
Terpaksa kamar mandi intern dekat dapur kubolehkan dipakai.
Dengan cuma berselimutkan handuk dibadan bergantian memakai kamar mandi.
Memang mendebarkan karena aku khawatir ada ayah yang tiba2 masuk dapur dan melihat jejeran paha mulus memakai handuk keluar dari kamar mandi.
Untuk mensiasatinya; ayah tiba2 diperlakukan seperti raja.
Makan minum disiapkan dan tidak perlu ambil ke dapur.
Adik iparku juga kuingatkan untuk tidak kedapur tempat anak2 kost.
Memang dapur untuk kost terpisah dengan dapurku, tapi karena malas mereka biasanya ambil gelas dan piring dari tempat anak2 kost.
Untuk memasak mereka bisa memasak sendiri, dengan catatan gas nya dibeli berpatungan bila habis.
Untuk listrik juga dibayar berpatungan bila pulsa listrik habis.
Untuk minum aku sediakan Pure it.
Sayangnya Pure it baru itu nampaknya bocor pelan2.
Aku tidak tahu apakah memang bocor atau aku salah pasang.
Terpaksalah mereka minum air isi ulang.
Dear DIary
Menyediakan keperluan air minum, air mandi agar selalu terisi ternyata cukup menyibukkan.
Namun yang paling berat untukku adalah karena harus selalu bertanya nama bila sedang berbicara dengan mereka.
Cuma 1 nama yg kuingat, Shinta itu saja, itupun karena dia tidak pakai jilbab dan logat bicaranya berbeda.
Selain karena dia yang pertama datang dan namanya sama dengan adikku yang nomor 5, istri si boncel kupret itu.
"Maaf ini namanya siapa ya?" Biasanya aku mulai seperti itu.
"Saya Bella bu yang dikamar atas."
"Oh iya Bella. Kamu sudah kumpulkan copy ktp? Itu pak RT sudah bolak balik minta."
Selalu seperti itu.
Pernah aku berasa yakin nama anak kost dibawah adalah Yessi dari Palembang.
"Yessy pulang ke Palembang nya kapan? Lebaran libur panjang pulang gak?" Tanyaku dengan yakin.
"Maaf bu, saya Dessy. Saya gak tahu Yessi pulang atau tidak ke Palembang."jawab Dessi.
Aku hanya bisa bersyukur dalam hati bahwa ternyata betul Yessi dari Palembang.
Cuma selisih antara Y dan D saja kok, aku menghibur diriku.
Pernah malam2 sekitar jam 9, saat aku mau buka tutup pagar karena ada anak kost yang mau dinas malam, aku berbasa basi bilang "Lita kalau shift malam pulangnya jam berapa biasanya?"
Aku yakin dia bernama Lita karena kulitnya putih bersih dan dia diantar oleh ibunya saat datang.
"Saya Eva bu. Kalau shift malam saya pulang jam 7 pagi bu. Harusnya jam 10 saya berangkat, ini karena ada yang mau partus, lahiran bu, jadi saya berangkat lebih awal." Jawab Eva panjang lebar.
"Eh maaf, ibu salah nama lagi ya. Kirain Lita. Kalau malam memang ibu suka salah lihat. Habis sama putihnya sih."jawabku.
"Kalau Lita anaknya hitam manis bu. Satu2nya yang hitam manis cuma Lita bu, paling sama mbak Shinta bu. Mbak Shinta juga hitam manis bu." Jawab Eva.
"Eh iya ya...he he habis gelap sih jd ibu gak lihat." Jawabku malu.
Sejak saat itu, niatku untuk menjadi ibu kost yg ramah sirna.
Aku juga tidak lagi berani menyebutkan nama.
Memang selisih sedikit sih, beda awalan antara Lita dan Eva, akhirannya sama2 A, tapi rasanya malu untukku berkali2 salah sebut nama.
Dear Diary
Tugas terberat ibu kost menurutku hanyalah saat buka pintu pagar saja.
Kira kira 14 kali buka tutup pagar dalam sehari, rasanya ibu kost lebih mirip penjaga pintu pagar.
Sebetulnya aku ingin mereka kuberi kunci pintu pagar selain pintu kamar, sayangnya aku salah beli kunci pintu pagar.
Seharusnya aku beli kunci pintu biasa saja sehingga bisa digandakan.
Sayangnya karena ingin kuat dan tahan lama aku beli kunci pintu pagar yang computerized sehingga tidak bisa digandakan dan cuma ada 3 buah.
Yah jadi beginilah nasibku setelah pensiun.
Buka tutup pintu pagar, tanpa berani menyebut nama, hanya senyum2.
"Oh dinas pagi ya? Hati2 dijalan ya."
Aku tak tahu yang pergi itu Lita atau Eva atau entah siapa.
Beban yang berat buatku.
Buka tutup pintu pagar.
Komentar
Posting Komentar