NAKALNYA ANAK ANAK KOS
Dear Diary
Tepat didepan kamarku saat aku kos di dekat kantorku dulu, ada gadis cantik berjilbab, santun sekali, dari Padang katanya, tak usahlah kutulis nama gadis itu karena statusku ini kemungkinan dibaca oleh temannya.
Dia setiap pagi selalu didatangi pamannya katanya, makan bersama dengan pintu tertutup.
Aku sebagai orang yang biasa melihat perselingkuhan selalu curiga bahwa itu bukan pamannya, dan mereka berselingkuh.
Kuutarakan kecurigaanku pada anak2 kost yang lain.
Seandainya laki2 yang mengaku pamannya itu bersikap baik2 dan tidak arogan dengan penghuni kost yang cowok, mungkin anak2 cowok itu tak akan usil memperhatikan dan mengerjainya.
Dengan arogan sering kali “ si paman” berteriak2 saat berbicara di HP, tepat didepan kamarku, menginstruksikan kepada bawahannya untuk mengurus ini itu atau si anu dengan menyebutkan angka ratusan juta dan milyaran.
Kalau aku belum menjawab “ huhhhhhhh” dengan kesal dan sengaja dikeraskan, bisa seharian itu “ si paman” pamer kekuasaan.
Kalau aku sudah melenguh dengan kesal, dia biasanya langsung berhenti menelpon, tentu saja penghuni kost lainnya geram melihat ulah laki2 itu.
Siapa sih yang tidak kesal dengar suaranya menelpon wong keras sekali suaranya.
Salah satu penghuni kost, tepat disebelah kamar sigadis berjilbab itu kebetulan bekerja dibidang komputer dan ahli dibidangnya.
Ia bolongi kamar kost sigadis dan menaruh kabel setitik, kecil sekali, rupanya itu kamera, tidak akan terlihat dengan mata telanjang.
Tiba2 aku dipanggil penghuni kost disebelahku, bu Nur namanya.
Dibukanya laptop, dimasukkannya CD dengan banyak file, semuanya berisi tentang si gadis berjilbab.
Ada yang sedang pakai handuk mandi, pakai baju, sedang berciuman dengan sang paman dan sedang ML dengan posisi berdiri dengan sang paman, dan yang menyakitkan mataku, sudah dalam posisi memakai jilbab.
Sehabis ML si gadis dan sang paman saling menggenggam peralatan lawan masing2 dan baru keluar kamar, rupanya itu ritual setiap paginya.
Itu adegan selama seminggu.
Aku sih tidak kaget, kuperhatikan dengan jelas, dan ternyata benar sinyalemenku, kalau laki2 gendut itu biasanya perlengkapannya minimalis.
Tidak kuperhatikan gayanya, lha itu gaya orang terburu2, dan sebetulnya pasti tidak nikmat.
Rupanya teman2 se kost itu mendaulatku untuk menemani bu Nur dan pak Eko untuk menghadap bu haji dan suaminya pak haji sang pemilik kos.
Walau aku sudah menolak tapi mereka tetap memaksaku.
“ Bu haji kan kayaknya sungkan sama bu Rita, ayo dong bu bantu, ibu kan pinter ngomong.”
Terpaksalah aku ikut jadi utusan, menghadap bu haji dan suaminya.
Baru saat itu terbukti bedanya orang berpendidikan dan yang tidak.
Bu haji tidak bisa menerima sama sekali, walau bahkan sudah disodori buktinya, dia bilang itu bisa saja dibuat2, sementara suaminya lebih pintar, dia perlu waktu untuk membuktikannya katanya.
Lha memangnya dia mau intip saat mereka sedang ML memangnya?
Singkat cerita, akhirnya sang paman marah2 dengan seisi kost2an dilantaiku, memaki2 dan mengajak berkelahi.
Seorang wanita yang mengaku istri sang paman juga ikut2an marah dan membela suaminya serta keponakannya.
Ah ternyata masih banyak orang bodoh didunia ini, dalam hati aku membatin.
Dear Diary
Kini akupun sedang dibodohi.
Selasa kemarin datang seorang wanita kerumahku untuk kos, kalau dari wajahnya yang berkotak2 itu kuduga dia dari suku batak, belum lagi logatnya.
Dia ingin kost cuma untuk 2 minggu untuk kakaknya yang dari Batam, yang datang untuk melihat wisudanya.
Saat kutanya kenapa tidak tinggal dengannya saja, kan keluarga.
Dia bilang dia tinggal di mess dan tempatnya sempit.
Okelah 2 minggu, yang penting bayarnya tetap untuk sebulan.
Saat kutanya namanya dia bilang namanya Cucu Cahyati, marganya Siahaan.
“ Cucu Cahyati ? kok kayak nama penyanyi dangdut ya? Orang batak kok namanya aneh ya?”
Seperti biasa aku bergaya dengan nyinyir sekalian menyelidik.
“ Mungkin bapak saya suka penyanyi dangdut bu”
Saat datang sang kakak malam2 dari Batam, aku sudah tidur.
Hari minggu itu, itu saat sedang sarapan tiba2 si perempuan nongol.
“ Lho kok kamu pagi2 sudah disini ?” tanyaku kaget.
“ Iya bu semalam menginap karena sudah malam “ jawabnya.
“ Besok sih gak bisa nginep ya Cucu, masak perempuan laki2 satu kamar.”
“ Iya bu, ini karena kemalaman saja kok.” Jawabnya.
Okelah.
Malam senin itu aku tertidur seperti biasa, jam 8, setelah sholat isya dan mengobrol dengan manini yang sedang bertamu.
Saat pagi hari, ada yang memberi tahuku kalau cewek yang mengaku bernama Cucu Cahyati itu menginap lagi.
Aku langsung sms dia “ Cucu, nanti Cucu gak nginep di kost ibu kan? Kalau mau nginep ibu gak apa2 sih, ibu gak masalah, tapi tolong ibu minta Kartu Keluarganya biar ibu bisa tahu kamu kakak adik atau bukan. Ditunggu ya Cucu.”
Sejam dua jam emosiku tidak mereda.
Buru2 kutelpon dia.
“ Maaf bu, Cucu kan Kartu Keluarganya beda karena Cucu sudah pindah kesini.”
“ Oh kalau begitu ibu minta KTP kamu dan kakak kamu, kalau 1 marga kan berarti nama belakangnya sama kan? Ibu tunggu ya Cucu.”
Aku yakin namanya pasti bukan Cucu, temanku Sinta Damanik yang orang batak bahkan marah2 saat aku ceritakan hal itu.
“ Sialan itu orang, malu2in orang batak saja pakai kumpul kebo, ditempat saya kost lagi, itukan bikin sial. Lagian mana ada orang batak namanya Cucu Cahyati, kalau namanya Meja atau Kursi saya malah percaya bu karena di Karo seperti itu.”
Dia bicara dengan berapi api.
“ Katanya bapaknya penggemar dangdut Sin.” Aku seperti biasa masih ngeyel.
“ Mana ada sih bu orang batak penggemar dangdut. Saya belum pernah nemuin orang batak yang suka dangdut.” Jawab Sinta.
Nah itu yang aku belum tahu, apa benar orang batak itu tidak suka dangdut.
Saat aku menulis ini, sang “kakak” sedang dikamarnya, sedang sang “adik” Cucu Cahyati tidak datang kerumahku.
Sudah kuketuk kamarnya berkali kali untuk meminta KTPnya, tapi rupanya dia sedang mandi.
Yah, aku cukup sabar rasanya untuk mendapatkan KTP sang “ kakak “
Aku sudah teledor.
Pokoknya sampai jam berapapun akan kutunggu hingga aku mendapatkan KTP sang”kakak.”
Wish me luck Dear Diary.
Komentar
Posting Komentar