ANTARA TASBIH DAN JARI2KU....
Dear Diary,
Dulu, dulu bangetlah pokoknya, satu2nya bagian tubuh yang menarik perhatian orang lain kepadaku menurutku adalah jari2 tanganku.
Walau tak pernah memelihara kuku, jari2ku menurutku sih indah banget dilihat, kurus, panjang dan putih mulus, tak ada urat2yang menyembul keluar.
Semua mantan2ku, dari mulai almarhum Tejo sampai si playboy kadaluwarsa itu, suka sekali memegang tanganku, kadang sambil menciumi jari tanganku dan ngegombal tentang cinta dan masa depan.
Kalau dipikir2 hanya si semprul yang tidak pernah menciumi jari tanganku, dia malah hobby memijit2 jari2ku, biar gak capek katanya.
Dasar cowok aneh !
Dear Diary, sejujurnya aku tidak pernah bisa pelihara kuku sampai panjang seperti ibuku.
Saat stres atau gugup aku seringkali menggigiti kuku jari tanganku sampai pendek, rapih sekali, padahal cuma digigiti pakai gigi.
Aku juga kalau sedang melamun dan tidak ada siapa2 suka sekali mengupil seperti pelatih bola Joachim Loew, cuma gak sampai memakan upil seperti dia.
Jadi bagaimana aku bisa melakukan hobbyku mengupil kalau kuku jariku panjang Dear Diary ?
Dengan makin bertambahnya bobot tubuhku, jari tanganku tidak lagi lentik tapi malah sebesar pisang ambon ukuran small, buntek2 dan besar2, bahkan untuk memasukkan jari kelubang hidungpun kini aku mengalami kesulitan karena besarnya.
Aku harus cari jalan keluar agar jari pisang ambonku ini tidak menjadi trade mark ku !
Harus Dear Diary !!!
Dear Diary,
Aku mahluk yang pelupa 100 %.
Biasanya sebelum sholat sudah kusiapkan pernik2 seperti tasbih dan buku kecil berisi doa2 dari mulai doa bebas hutang sampai doa tidak dibenci tetangga disisi sajadahku, lengkap dengan segelas air minum.
Jadi saat selesai sholat aku mau dzikir, dan aku lupa mempersiapkan tasbih didekatku, aku akhirnya terpaksa pakai jari2 menghitung dzikirnya.
Sekali dua kali tapi lama2 karena keseringan lupa aku akhirnya malah merasa lebih nyaman dzikir dengan menggunakan jari2 tanganku, tanpa tasbih, kecuali kalau hitungannya banyak, lebih dari 100 x.
Sambil menghitung dzikir, kupijit 1 ruas jari, 1 jari ada 7 hitungan, dan hanya jempol yang 5 pijitan.
Jadi kalau 33 kali berarti cukup 1 kali putaran kupijit ruas2 jariku sambil berdzikir.
Terasa enak Dear Diary.
Jari2ku tidak bengkak lagi walau masih semlohay, akhir2 ini aku malah sudah bisa membuka tutup botol aqua, padahal biasanya aku tak pernah bisa.
Jari2 tanganku juga tidak seperti pisang ambon lagi tapi sudah lebih mirip otak2 yang belum digoreng, masih melembung sih, tapi sudah gak terlalu parah bengkaknya.
Aku lupa, berapa lama aku dzikir pakai hitungan ruas jari, rasanya sekitar 2 atau 3 bulanan.
Ternyata “kembali ke alam” itu menyehatkan ya Dear Diary ?
Dear Diary,
Aku ingat ada temanku yang bilang bahwa memakai tasbih itu bidah, aku lupa siapa, soalnya jaman nabi Muhammad katanya dulu beliau berdzikir dengan menggunakan batu kerikil.
Aku tak mau terpaku dengan bidah atau bukan, yang penting esensinya kita berdzikir, ucapan2 dzikirnya yang penting, kalau mengikuti nabi Muhammad kan gak mungkin juga kita mengantongi batu kerikil kemana2, bisa2 dianggap makar nantinya.
Serius Dear Diary !
Batu kerikil itu kan bisa buat nimpuk presiden lho.
Kalau pas si ganteng presidenku mau liwat dan aku ketahuan mengantongi batu kerikil buat dzikir pasti aku akan langsung dianggap makar.
Pokoknya kalau orang Islam yang berbuat salah maka itu adalah makar.
Aneh kan Dear Diary ?
Ya, jaman sekarang memang serba aneh Dear Diary, orang jualan beras lebih tinggi dari HET yang ditetapkan pemerintah itu saja dianggap merugikan lho !
Dua hari ini kepalaku rasanya mau pecah memikirkan hal itu, dimana merugikannya ya?
Sebetulnya yang goblok itu aku atau polisi ya, kok aku malah tambah bingung.
Sudahlah Dear Diary, aku tak mau membicarakannya, aku kan lagi cerita tentang tanganku yang montok dan dzikir pakai jari tangan.
Enaknya berdzikir dengan menghitung ruas jari adalah ucapan kita tidak terlalu cepat dibandingkan dengan menggunakan tasbih.
Karena setiap memijit itu kan memerlukan waktu sehingga ucapan kita tidak terlalu buru2.
Kadang bila aku memakai tasbih niat berdzikir Alhamdulillah saking cepatnya menjadi Alamdillah, Subhanallah menjadi Subnallah.
Entah kenapa saat kita sudah lama berdzikir biasanya kita seperti trance, makin lama makin cepat ritmenya, maka yang terjadi seperti itulah, bacaannya jadi salah karena kita cepat2.
Dear Diary,
Mengenai dzikir, kalau sedang memasak aku suka berdzikir membaca la illa ha illallah.
Mungkin itu sebabnya setiap memasak aku tidak pernah enak, saking asyiknya berdzikir aku lupa ingin mengambil garam malah yang kuambil gula, padahal tempanya sudah kuberi tulisan besar2 pakai spidol merah “GARAM “ atau “GULA “.
Pernah kutanyakan pada bu guru Nina bolehkah aku berdzikir sambil memasak?
Bu guru membalas pertanyaanku dengan jawaban Ustadz ahmad bazher ,Lc , katanya “Bagus masya Allah....Dan dzikir apapun selain laa ilaahaillah ketika kita memperbanyaknya sangat bagus, *asal jgn dikhususkan waktu, tempat dan jumlahnya, karena Rasulullah menyuruh kita agar selalu lisan ini basah dari berdzikir kpd Allah.”
Sip lah, berarti aku tumben2an tidak salah dalam beribadah.
Akupun langsung bahagia...
Ya Dear Diary, saat sedang memasak aku biasanya berdzikir hanya kumat kamit tanpa suara.
Aku malu terdengar anak2 kost.
Aku bisa diangkat jadi ibu kost teladan kalau mereka tahu aku berdzikir sambil masak.
Ternyata tindakanku salah.
Yang namanya berdzikir harus dengan lisan, diucapkan dengan menggerakkan bibir*
“Imam Malik rahimahullah ditanya mengenai orang yang membaca dalam shalat (termasuk berdzikir), suaranya tidak didengar oleh seorangpun dan tidak juga dirinya, ia tidak menggerakkan lisannya, maka Imam Malik berkata,
“Ini bukan termasuk membaca (berdzikir), berdzikir itu dengan menggerakkan lisan”
Dan Fatwa ulama di zaman ini juga demikian, syaikh Abdul Aziz bin Bazrahimahullah berkata,
“Berdzikir itu harus menggerakan lisan dan harus bersuara, minimal didengar oleh diri sendiri. Orang yang membaca di dalam hati (dalam bahasa arab) tidak dikatakan Qaari. Orang yang membaca tidak dapat dikatakan sedang berdzikir atau sedang membaca Al Quran kecuali dengan lisan. Minimal didengar dirinya sendiri. Kecuali jika ia bisu, maka ini ditoleransi”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
“Qira’ah itu harus dengan lisan. Jika seseorang membaca bacaan-bacaan shalat dengan hati saja, ini tidak dibolehkan. Demikian juga bacaan-bacaan yang lain, tidak boleh hanya dengan hati. Namun harus menggerakan lisan dan bibirnya, barulah disebut sebagai aqwal(perkataan).
Dan tidak dapat dikatakan aqwal, jika tanpa lisan dan bergeraknya bibir”
Yah aku salah lagi Dear Diary......
Bahagiaku langsung menguap.
Ternyata berusaha jadi orang baik itu susah banget Dear Diary.
Akhirnya saking kesalnya sambil masak aku sekarang nyanyi SMULE, kalau anak2 kost sudah berangkat semua aku malah menjerit2 menyanyikan lagu Nia Daniati, “ Burungpun ingat pulang”, entah burung siapa yang kumaksud, pokoknya aku nyanyi teriak2 meluapkan kekesalanku.
Begitulah Dear Diary,
Aku yang masih belajar menjadi baik akhirnya mutung karena kerap kali salah.
Begitu banyak peraturan2, aku kadang ya seperti ini, jadi malah mutung, putus asa.
Padahal setahuku Islam tidak mempersulit umatnya.
Mungkin aku memang belum siap jadi baik.
Mungkin aku memang harus sering2 menyanyi buat pertandingan, siapa tahu ada pertandingan menyanyi sambil menjerit2 di acara 17 agustusan nanti.
Yah siapa tahu, aku orangnya optimis kok.
Komentar
Posting Komentar