JANGAN PERCAYA IKLAN SERBA MURAH

Kamu pasti pernah ngalamin hal ini juga....kecewa korban iklan.


Dear Diary
Saat temanku mengajak aku coba makan di resto baru didaerah Pakansari, aku sempat ragu.
Sambil menunjukan iklan di IG resto baru dia mempromosikan persis seperti iklan di IG " bagus Rit, ada semur jengkol kesukaan kamu. Serba murah lagi,  harga dimulai dari 3 ribuan, kopi nya juga gratis."
Aku tidak tertarik tawaran kopi gratis, aku bukan penggemar kopi.
Aku minum kopi hanya saat saat aku sedang kesurupan saja.
"Masak sih? setahuku itu resto mahal lho. Dulu aku makan bertiga saja hampir 900 an. Enak sih tp.menurutku gak worth it banget lha makanan pilihan kami bertiga saat itu kan tidak ada daging2an karena aku jijik bau daging.
Tapi karena penasaran ikut jugalah aku ke resto baru.

Dear Diary
Sebagai emak emak penggemar kata "murah" aku coba cari makanan apa yg seharga 3 ribuan sesuai iklan.
Gak ketemu kr sistimnya seperti restoran Ampera, sistim prasmanan  ambil dulu barangnya, dikasih nomor pesanan makanan, bayar belakangan.
Aku mulai merasa was was karena tidak menemui makanan 3 ribuan.
Temanku langsung menyerbu kopi gratis sambil menunggu makanan.

Dear Diary
Makanannya lamaaaa sekali baru datang.
Tidak semua meja ada kotak tisu sehingga kami minta beberapa lembar tisu dari meja lain. So far makanannya memang enak terutama sayur asemnya yang boleh nambah sepuasnya.
Tapi spot view photo yang diunggulkan kuanggap biasa2 saja.


Dear Diary
Drama mulai terjadi saat pembayaran di kasir.
Sang kasir sedang dimarahi pembeli yang kaget melihat struk pembelian.
"ini kok ayam harganya mahal sekali. Saya tadi saat milih2 sempat nanya lho harganya katanya cuma sekian. Kok ini mahal sekali harganya."
Aku tak mendengar jawaban sang kasir. Selain tidak tega aku juga sibuk melihat dompetku, adakah uang cash.
Kulihat semua wanita yang membayar pasti komplain harganya.

Saat aku mau membayar..aku memilih yang terakhir..ternyata tidak bisa pakai kartu baik kartu debet atau kartu kredit.
Streslah aku, tiba tiba saja panik dan lemas. Gak mungkin sekali kalau temanku yang bayar.
Kukorek2 ada 650 ribu didompetku.
Alhamdulilah cukup.
Untung saja aku sempat ambil uang di warung sebelah sambil bergosip sebentar.
Biasanya aku malas isi uang didompet. Aku sering membayangkan uang itu  beredar dari tangan ke tangan, dari 1 tangan kurap ke tangan berpanu dan baru sampai ke tanganku.
Dengan  bersungut2 aku bilang kepada teman temanku.
" Tuh kan, bener kan, aku bilang ini restoran mahal, soalnya di Bogor ada 2 restoran ini harganya mahal."

Dear Diary
Aku tidak komplain harga, aku hanya kecewa dengan ketidak jujuran. Kenapa harus bilang serba murah kalau nyatanya mahal? Mulai 3 ribuan?
Lha lalapan saja bayar, di restoran sunda lainnya lalapan itu menu wajib dan gratis.
Lagipula dijaman ijazah palsu begini kok masih pakai uang cash?.Memang ada Qris tapi aku gak punya krn ATM ku belum ditukar dengan yang baru, aku malas ke bank kr saldoku sedikit.
Malas dan malu sebenarnya karena petugasnya pasti kenal aku sang pensiunan hobby komplain.

Pengalaman buatku atau mereka mereka yang hobby makan, makanlah di tempat yang memang sudah punya julukan "enak", jangan tergiur kata murah apalagi gratis,  memangnya ini restoran punya bapak moyangmu apa  mau murah dan gratis ?


Dear Diary
Hari ini ditengah hujan deras, akhirnya kami isi perut lagi dengan mpek2 dan es oyen di warung pinggir jalan. 
Akhirnya kusadari Dear Diary, perut rakyat jelata memang tidak bisa dibohongi.
Kembali ke warung pinggir jalan, 100 ribu sudah wareg...

Komentar

Postingan Populer