KELIRU DENGAN PASTI

Dear Diary,
Rumahku dekat dengan jalan raya sehingga banyak dilewati pegawai yg berkantor diseberang jalan.
Diantaranya ada seorang laki2 seumuranku, berkulit   putih bersih dengan rambut berombak yang mulai ditumbuhi uban.
Laki2 yang rajin mengangguk2an kepala dan menyapaku sambil tersenyum manis itu pegawai Telkom.
Kantor Telkom memang ada dibelakang rumahku 
Sebagai wanita yang ingin dianggap sopan akupun membalas anggukan dan senyumannya, malah kadang ditambahi percakapan basa basi, " baru pulang pak" atau "wah lembur ya" kalau kulihat dia pulang agak malam.
Wajahnya mirip bang Acun, bekas pacarku sesama teman kuliah di FHUI dulu yang pegawai Bea Cukai.
Makanya tentu saja aku getol berbasa basi, kuanggap itu nostalgia plus cuci mata.
Aku memang aslinya baik hati kok Dear Diary.

Dear Diary,
Aku antusias sekali berbasa basi dengannya.
Tapi sejak kutahu bahwa dia beristri banyak, aku langsung ilfill. 
Info itu sudah pasti kudapat dr tetangga sebelah rumahku, bu Juned, si pemilik warung, sumber informasi paling terpercaya buatku.
Walau aku pengasih dan penyayang dan kuduga mempunyai setitik darah buaya darat tapi aku paling tidak suka melihat buaya darat lainnya.
Apalagi memang kulihat dia memang agak genit, yah rasanya keahliannya setingkat dengan Ardianto temanku  si buaya darat kantorku. 
Sepiawai Ardianto juga dugaku.
Simpatiku langsung  berkurang banyak untuknya.

Dear Diary,
Laki2 itu bernama Rianto.
Terakhir Februari  yang lalu dia datang kerumah dan berpamitan karena akan pensiun.
Maksudnya jelas, dia tidak akan lewat depan rumahku lagi. 
Kalau ada apa2 dengan telpon rumahku, hubungi dia dinomor telpon xxx biar bisa dibantu, katanya. 
Sedih juga kehilangan orang yang suka manggut2.
Itu kejadian bulan februari lalu.

Dear  Diary,
Sudah sebulan terakhir ini kulihat pak Rianto lewat depan rumahku lagi.
Ohhh pasti dikaryakan lagi oleh Telkom pikirku wajar, toh di BNI juga seperti itu.
Perutnya sekarang agak buncit dan lebih gemuk.
Kupikir itu efek pensiun, aku juga toh tambah buncit dan  gemuk sejak pensiun.
Dia masih tetap manggut2 sambil senyum dan menyapaku.

Dear Diary, 
Sudah 2 hari berturut2 kulihat ada miss call dari nomor  telpon pak Rianto.
Berdasarkan azas hemat pangkal kaya aku tidak menelpon balik.
Kupikir toh nanti dia lewat, biar kutanyakan saja langsung.
Nah kemarin kebetulan saat aku sedang memotong pucuk2 bekas bunga mawar yg sudah rontok, pohon mawar itu memang kutanam dipinggir jalan, saat pak Rianto lewat.
Aku dengan tulus berbasa basi dengannya, yah namanya juga sama2 sedang dipinggir jalan.
"Pak Rianto kemarin miss call saya 2 kali ya, ada apa pak?" Tanyaku.
"Maaf saya gak telpon ibu kok."jawabnya.
"Kok ibu kenal dengan saya?"sambungnya.
Wah ada yang gak beres nih pikirku.
Aku mulai was2 apalagi kulihat ibuku yang sedang duduk2 diteras memperhatikan aku.
"Lho bapak kan pak Rianto bukan? Yang kerja di Telkom yang istrinya banyak itu?" Aku ngotot bertanya.
"Maaf saya bukan Rianto bu, pak Rianto sudah pensiun februari kemarin. Pak Rianto istrinya gak banyak bu cuma 3 itu juga setelah meninggal baru dia menikah lagi. Ibu kok punya nomor HP pak Rianto?" Tanyanya curiga. 
Aku benar2 shock saat ditanya seperti itu.
Aku paling benci diduga apalagi dibilang janda genit.
"Saya dikasih nomor telpon pak Rianto, katanya kl ada masalah dengan telpon dirumah saya agar saya hubungi dia." Jelasku panjang lebar, dengan wajah yg kubuat setulus mungkin.
"Ibu duga saya pak Rianto ya? Pantas ibu beberapa kali bilang saya gemukan terus." Katanya.
"Saya pikir pak Rianto soalnya mirip. Pak Rianto juga suka manggut2 sama saya kalau lewat."
"Lha saya manggut2 karena ibu senyum2 duluan sama saya kalau saya lewat. Lagipula saya gak mirip pak Rianto deh. Saya kan gemuk dan hitam, pak Rianto kan putih."
Jawabnya sambil ketawa2.
Jawaban yg menohok harga diriku.
Tapi  saat kuperhatikan betul juga sih.
Orang itu tidak ada mirip2nya dengan pak Rianto.
Duh..kenapa aku baru sadar sekarang ya?
Kulirik ibu diteras terbatuk2 menertawakanku.
"Maaf ya pak saya salah orang. Saya kira pak Rianto."
"Ibu gak perlu nomor telpon saya, kalau2 telpon ibu bermasalah."
"Oh gak usah pak. Nanti saya minta tolong pak Rianto saja, sudah biasa soalnya."

Dear Diary,
Saat laki2 itu berlalu, aku buru2 masuk kamar diiringi tawa ibu.
"Makanya jangan sok kenal. Kalau dianggap genit kan gak enak, masak kamu dianggap yang senyum2 duluan." Kata ibu, seakan2 menabur garam dilukaku.
Bukan hal yang aneh kalau aku salah mengenali seseorang.
Tapi biasanya kan artis yang suka aku salah kenali, bukannya orang biasa.
Itupun hal yg wajar, coba bayangkan,  karena seringnya melihat sang artis makanya saat ketemu aku selalu menduga dia teman SMAku.

Deaar Diary
Dikantorku dulu, di  BNI Jakarta Kota, setiap ketemu seseorang di lift,  aku juga sering kali salah mengenali. 
Pernah suatu ketika, aku sudah panjang lebar berbasa basi kukira dia temanku dulu saat masih  didivisi International atau Kantor Wilayah 10, ternyata dia malah bekas pacarku. 
Itupun aku baru tahu saat dia berbisik "salam buat ayah dan ibu ya, aku masih boleh manggil Yang lagi gak Rit?".
Kali lain saat ketemu teman lama yg kulupa namanya dan tidak aku ketahui sampai akhir pembicaraan, dia tidak pakai tanda pengenal  TPP saat itu, karena dia kenal ayah dan ibuku, aku langsung to the point tanya "eh kita pernah pacaran berapa lama, kok kenal sama nyokap dan bokap gue ?".
Memang hanya sahabat dan pacarku yang pernah kubawa kerumah, dan sahabatku dimasa lalu bisa kuhitung dengan sebelah tangan.
"Ge'er lo, dulu gue pacarnya si Nina divisi International, terang aja kenal nyokap sama bokap lo kan gue sama Nina sering numpang pacaran dirumah lo"  jawaban temanku itu benar2 menyakitkan.
Entah dimana sakitnya. 
Tapi terasa sakit dan ...malu.

Dear Diary,
Aku bukan wanita sempurna, yang selalu ingat nama dan wajah.
Itulah kenapa setiap aku berselingkuh dari pacar pacarku, aku  pasti ketahuan karena salah panggil nama.
Jadi, kalau aku salah mengenali pak Rianto dan senyum2 pada orang yang mirip pak Rianto itu bukan karena aku genit.
Bukan !
Sumpah Dear Diary !
Aku hanya ingin menjadi wanita paling baik se kecamatan ini.
Aku juga  ingin menjadi tetangga yang baik bagi sekitarku.
Dan itu cukup dengan senyum2 bukan?
Bukannya senyum itu ibadah ?

Komentar

Postingan Populer